Starbucks Manhattan New York
Omar menatap Nadya yang masih dengan santainya membaca novel Agatha Christie seri Hercule Poirot dengan judul Murder On Christmas.
"Nad..."
"Yes Omar?" jawab Nadya tanpa mengalihkan mata birunya dari novel itu.
"Kamu pecinta Hercule Poirot?"
"Absolutely. Dengan baca Hercule Poirot, aku bisa mengasah kemampuan deduksi ku. As Monsieur Poirot said 'If the little grey cells are not exercised, they grow the rust' ( jika sel abu-abu kecilku tidak diasah, maka dia akan berkarat )."
Omar Zidane tersenyum mendengar ucapan gadis itu. "Tak heran jika kamu sangat antusias dengan segala sesuatu karena panutan mu adalah detektif necis berbadan gemuk pendek dari Belgia."
Nadya meletakkan novelnya. "Apakah kamu tidak suka Agatha Christie? Atau Hercule Poirot?"
"Bukan aku tidak suka, aku tidak sempat membacanya. Kamu tahu, sebagai agen FBI, jam kerjanya sering tidak menentu apalagi jika ada kasus yang pelik."
Nadya menopang dagunya diatas kedua tangannya. "You know Omar, kenapa mbak Leia tidak klik denganmu meskipun kamu salah satu sommelier dan kakakku pemilik kebun anggur serta perusahaan wine Bianchi bareng bang Tomat, kamu itu kurang hidup!"
"Am I dead?" pendelik Omar.
"Bukan, maksud aku, kamu itu terlalu kaku, terlalu menahan diri, bukan yang spontanitas macam bang Dante. Ini aku kasih tahu ya terlepas mbak Leia memang jodohnya bang Dante. Tapi lihat saja, mbak Leia orangnya panasan, dapat bang Dante yang panasan juga. Kabooomm!"
Omar tertawa kecil. "Ya ampun, Nadya... kabooomm?"
"Lho iya, berdua itu sama-sama panas. Kamu itu setengah kulkas dan aku tidak tahu seberapa kakunya kamu."
"Hhhhmmm... Kenapa kamu menjadi profiler?"
"Membuatmu supaya move on, bodoh! Memangnya kami semua tidak tahu kamu patah hati?" senyum Nadya. "Dengar, keluarga aku durjana, iya. Julid, biangnya! Tapi kami tahu siapa yang orang baik dan siapa yang tidak. Dan kamu orang baik, OZ. Janganlah patah hati berkepanjangan, apalagi sudah tiga tahun ini."
"Apakah akan ada wanita yang lebih dari Leia?"
"Jangan terpancang dengan mbak Leia, nggak bakalan move on kamu! Mbak Leia anggap saja bagian dari hidup kamu yang sudah lewat dan kalau kamu mau jadi pebinor, kagak bakalan bisa! Bang Dante bucin dan cinta mati sama mbak ku satu itu!" ucap Nadya berapi-api.
Omar menatap wajah cantik yang makin menggemaskan disaat heboh sendiri. "Nad..."
"Apa?"
"Rasanya yang akan menjadi klien mu bakalan pikir ulang kalau melihat kamu emosi begini..."
"Memang kenapa?" tanya Nadya bingung.
"Dikira kamu marahi dia."
"Memang! Intinya elu kok begok banget berbuat kejahatan! Kagak mikir apa konsekuensinya?" Nadya menyesap kopinya. "Tapi kalau tidak begitu, aku tidak dapat uang ya dari dia..."
Omar terbahak. "Ya Ampun, Nadya..."
"Well, kita bicarakan yang lain. So, apakah kamu sudah pernah menikah?"
Omar menggelengkan kepalanya. "Apakah kamu tahu Nad, statistik pasangan menikah para agen federal itu 85% berakhir di perceraian."
"Insyaallah bang Pedro dan mbak Dira nggak lah..."
"Pedro dan Dira itu memiliki persamaan visi, Nadya. Dan masing-masing bisa mengatur ego tidak seperti pasangan lainnya."
"Mungkin karena kami dididik agar berusaha menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin ? Tapi sepertinya tidak berlaku buat mas Bayu..."
"Bayu O'Grady? Aku tidak yakin ada wanita yang betah dengan pria itu!"
Nadya menatap Omar. "Why?"
"Panasan, egosentris, keras kepala, bagaikan banteng..." gumam Omar Zidane.
"Heeeiii, aku juga keturunan Blair sama dengan mas Bayu. Jadi aku sama kan?" kerling Nadya.
"Mungkin tapi kamu bedanya satu..."
"Apa itu?"
"Kamu masih jahil."
Nadya tertawa. "Habis, kamu enak dijahili, biar tidak macam kanebo kering!"
Omar tersenyum tapi tak lama ponselnya berbunyi dan wajahnya berubah menjadi serius. "Ya Maggie?"
Nadya memperhatikan wajah Omar yang berubah menjadi wajah agen ( entah ada yang berbeda kalau sudah serius ).
"Oke Maggie. Aku sebentar lagi kembali ke kantor... Oke... Bye." Omar memasukkan ponselnya dan menatap Nadya. "Sorry Nad, duty calls."
"Paham."
"Thanks buat traktiran nya." Omar pun berdiri sambil membawa gelas kopinya yang masih ada separo.
"Anytime OZ. See you."
Omar mengangguk ke arah gadis cantik itu dan pergi meninggalkan Nadya.
***
Markas FBI Plaza Manhattan New York
Omar keluar dari lift dan langsung menuju ruangannya. Tampak Maggie dan Tiffany tersenyum melihat pria jangkung itu membawa kopi Americano Starbucks.
"Tahu begitu aku nitip tadi..." kekeh Maggie.
"Nggak bilang" jawab Omar cuek.
"Tumben kamu ke Starbucks" goda Tiffany.
"Hhhhmmm..." Omar hanya diam dan menghabiskan minumannya. "Ada perkembangan apa?"
***
Apartemen Keluarga Blair Di Central Park New York
"Jadi kita ada wacana ke Dubai gitu?" tanya Nadya saat makan malam bersama dengan keluarganya.
"Iya, kita nanti ke Dubai mengawal proses pengadilan nantinya. Oom Ayrton sudah meminta Daddy untuk datang dan kalau dipikir sekalian saja kalian berdua mengawal bersama dengan Omar Zidane dan rekan Pedro dulu untuk menjaga Marisol Braga yang akan berkoordinasi dengan jaksa penuntut Dubai." Travis menatap ke kedua anaknya.
"No problemo Dad. Sekalian kami juga banyak belajar proses pengadilan Dubai yang pasti tata caranya akan berbeda dari New York" jawab Nelson.
"Kabarnya kamu ribut lagi dengan Marisol?" tanya Travis.
"Darimana Daddy tahu?" tanya Nelson cuek.
"Ya ampun, kamu kira gedung pengadilan sepi gosip?" kekeh Travis.
"Memang Marisol kenapa?" tanya Nadya.
"Biasa, tidak mau kalah debat sama aku."
"Oh Astagaaa... " Nadya memegang pelipisnya. "Dasar lawyer!"
***
Ruang Kerja Isobel de Garza gedung FBI
Nelson mendampingi Gabriel untuk menyelesaikan administrasi dan kekurangan keterangan berkas - berkas yang akan diajukan dan dipakai di sidang besok di Dubai.
"Jadi benar kan Mari, Gabriel tidak usah maju ?" tanya Nelson untuk memastikan kembali.
"Tidak usah, Nelson." Marisol menatap putra sulung Travis Blair itu.
"Yakin? Serius? Beneran?"
Marisol tampak kesal dengan ucapan Nelson "Positive Nelson!"
"Marisol akan terbang ke Dubai bersama dengan Omar Zidane dan Billy Boyd. Empat rekan Pedro Pascal akan mengawal empat oknum ini" potong Isobel.
"Apakah aku perlu memakai suntikan obat tidur lagi?" seringai Nelson membuat Marisol mendelik.
"Kamu itu! Namanya pelanggaran! Jangan bikin kasus lagi sementara kasus ini masih terbuka Blair!" omel Marisol.
"Daripada nanti nyusahin selama perjalanan! Tenang saja, hanya beberapa jam kok, tidak seperti di Acapulco dan Rio de Janeiro yang sampai tiga hari."
"Tidak boleh Nelson! Ya ampun! Kamu beneran lulus dari Harvard Law School nggak sih?"
"Lulus lah! Cumlaude! Tapi aku tidak bisa tidak menghilangkan gen licikku, Mari" cengir Nelson.
"Heran aku! Pria model seperti kamu kok bisa cumlaude padahal otakmu sangat kriminal!"
"Jika kamu ingin mengetahui tentang pola pikir penjahat, berpikirlah kamu seperti penjahat " seringai Nelson. "Dan kebetulan keluarga dan ipar kami, terbiasa memiliki pemikiran seperti kriminal."
Marisol berkacak pinggang dengan wajah marah. "Suatu saat nanti, aku akan bisa menuntut salah satu keluarga kamu!"
"Dan aku akan disana untuk menghadapi dirimu, Mari. Don't worry, aku pasti bisa memenangkan kasusnya" jawab Nelson sombong.
Gabriel yang berada diantara Marisol dan Nelson merasa seperti seorang anak ditengah-tengah pertengkaran kedua orangtuanya. "Saya pindah ... tempat duduk..."
"Kamu disini saja Gabriel!" hardik Nelson dan Marisol bersamaan membuat Gabriel terkejut.
"Kalian berdua! Sini bukan ruang sidang! Ya Ampun!" bentak Isobel yang sudah sering mendengar keduanya sering debat.
Nelson dan Marisol saling menatap tajam satu sama lain lalu membuang muka. Gabriel hanya bisa memegang pelipisnya karena melihat keributan yang unfaedah di hadapannya.
"Gabriel, apa rumah Miami akan tetap kamu pegang?" tanya Isobel. "Sebab jika iya, semua berkas kepemilikan rumah itu sedang diurus oleh Travis Blair untuk menjadi milikmu." Isobel memberikan foto-foto rumah Gabriel yang di Miami.
Gabriel melihat foto-foto rumahnya yang bentuknya tidak banyak yang berubah. "Rumah ini adalah peninggalan kedua orangtua saya dan banyak kenangan disana." Gabriel menatap Isobel. "Saya akan mempertahankan rumah keluarga saya."
"Anggap saja kalau kamu ingin berlibur ke Miami, tidak perlu mencari hotel kan?" kekeh Nelson.
Gabriel mengangguk.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ꍏꋪꀤ_💜❄
gesrek iya....
menistakan antar saudara wajib🤣🤣🤣
no rusuh no life 😁😁😁😁
2023-03-26
2
ellyana imutz
kluarga yg komplit gen licik..bar2.somplak..dll ny ...OZ jgn terpaki dgn 1 wanita..move on OZ...
2023-03-25
1
shinta
kayaknya nanti ruang keluarga Nelson sama Marisol bakal berasa di ruang sidang, isinya debaaaaaaat unfaedah......😅
2023-03-25
1