Pagi hari di warung adalah kegiatan rutin buat para warga untuk menyusun rencana, mencari maupun menyebar informasi tentang segala hal.
Pagi ini khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya yang telah mengusir mereka, berada di warung yang merupakan warung biasa Haris mangkal.
Tidak seperti biasanya dimana Haris berjalan kaki, kali ini dia datang dengan sepeda motor barunya.
"Wah.... kereta baru nih bang Haris..!
Fauzan yang memang langganan di kedai itu menegur Haris dengan ramah."
"Kereta saudara Fauzan."
Timpal Samsul yang menjual kebun kepada Haris kemaren."
Khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya, melirik Haris yang baru turun dari keretanya sekilas lalu membuang muka, seolah tidak melihat apa apa.
"Haris sekarang orang kaya baru di kampung kita ini, kebun sudah ada dua hektar dekat kampung pulak lagi, ini sedang bangun rumah pulak kabarnya, semalam si Herman laki' si Mar juga cerita sama aku sawah orang itupun sudah jadi di jual sama si Haris ini sudah kereta baru pulak lagi."
Seorang pria tua ikut bicara.
"Biasalah pak, punya saudara..... ha ha ha hahhh."
Beberapa orang di kedai kopi tersebut serentak mengucapkan kata yang sama.
Haris yang sedang melangkah masuk ke kedai kopipun tersenyum tak beraturan.
"Mau minum apa Ris? sapa pemilik kedai."
"Biasalah pak." jawab Haris.....!
"Biasa yang mana ini? kata pemilik warung sambil tersenyum nakal.
"Kopi susulah pak Maklin, malah ditanya lagi, sudah tahu toke yang mau minum."
Salah seorang yang ada disana lagi lagi menimpali pembicaraan.
"Iya pak kopi susu aja.".
Haris menyahut, dia sungguh belum terbiasa dengan perlakuan warga yang seperti ini terhadapnya, terlebih ada sosok Khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya disana.
"Kalau sekarang kita harus dekat dekat sama bang Haris ini bang, dia bukan bang Haris yang dulu lag, sudah OKB nih sekarang orang kaya baru."
Fauzan kembali berkelakar.
"Sudahlah Fauzan, ngak bisa pulak nanti dia munum kopinya "
Tono ikut berbicara.
Tidak lama kemudian Dame masuk ke kedai.
"Eh..... kau disini Ris?"
"Iya bang Dame.., minum bang."
"Iya inilah mau minum ini, kopi susu satu pak Maklin."
"Oke..segera datang...! jawab pemilik kedai kopi.
"Jadi gini Ris, semalam kan sudah siap ngecor pondasi pakai batu sungai, jadi kedepannya kalau masang batu kan perlu air yang banyak tuh, buat masak semen, dua tiga hari ini bisalah kita numpang di sumur tetangga, tapi kalau terus terusan kan malu juga Ris.
Jadi maksud abang kalau memang ada uang lebih, panggilkan aja yang biasa gali sumur, biar di koreknya sumur di lokasi rumahmu itu, karena kalau menurut abang ni ya, kalau sudah begitu model rumahnya, ngak ada sumurnya, rasanya kurang gimana gitu, jadi kalau ada sumur, nanti binik kaupun tak payah nyuci harus ke pancur menyebrang nyebrang jalan bawa anak anak kecil lagi."
"Iya bang Ris, cocoklah itu, ini bang Tono sama bang Toga jago buat sumur, rata rata sumur di kampung inikan orang itu yang buat, bagus kok airnya jernih, musim keringpun ngak kering sumurnya, yang di rumah bos juga, bang Tono yang gali kemaren, yakan bang Tono?"
"Iya Fauzan, masih ingat kau ya..?"
"Ingatlah bang he he ... macam udah tua kali awak abang buat, ngak ingat baru berapa tahun ha haahh."
"Oh kalau memang abang lagi ngak ada ngerjakan sumur yang lain, bolehlah itu bang."
Haris berucap pada Tono yang ada disana.
"Kalau cocok harga kita mainkan Ris."
"Berapa biasa bang?"
"Biasanya tiga jutaan aja itu Ris, tapi kalau kau mau lebih dalam empat juta lah, itu airnya sudah dingin kalau siang begini hangat kalau malam, kayak air mata air gitulah Ris."
"Kok bisa gitu ya bang?"
"Kalau siang ginikan hari pamas Ris jadi hawa panas itukan meresap kebawah, jadi hangatlah nanti malam airnya, kalau malam hawa dinginnya meresap sampai kr bawah jadi dinginlah air yang diambilnya siang hari."
"Wah jago jua rupanya bang Tono ini, sudah seperti ahli alam aja kudengar."
"Ha .. ha...hah pengalaman hidup Ris, jadi yang mana ini Ris...?"
Tono semakin serius bertanya.
"Ding.....! Misi pertama tuan, tuan harus menjalankan misi yang sifatnya wajib tuan akan ada beberapa misi dimana tuan dibolehkan memilih, untuk mengambil misi atau tidak, tetapi menolak misi yang sifatnya wajib, beresiko kehilangan sistem.
Tuan saat ini sudah bisa berbicara dalam hati pada sistem, sistem akan mendengar ucapan tuan tanpa ada orang lain yang tahu."
" Baik sebutkan misinya sistem."
"Hari ini anda harus mendapatkan orang yang butuh bantuan dan meminta bantuan tanpa anda menyodorkan atau berusaha membantunya tuan.
Nilai poin sistem yang akan di dapat bila misi berhasil adalah 10 poin sistem tuan, anda juga bisa memilih menaikkan sistem ke Level dua dengan menukar 100 poin sistem yang tuan miliki."
"Baik sistem, aku mau menukar 10 poin sistem yang aku punya dengan uang."
"Baik tunggu sebentar tuan, sistem akan memprosesnya..10...25...50...75...100 %
"Ding ...! 10 poin sistem telah ditukar dengan uang sepuluh juta dan tersimpan di ruang Inventory, anda bisa mengambilnya kapanpun anda mau tuan."
"Baik terima kasih sistem."
"Sama sama tuan, saya sarankan tuan mengambil uang lebih dari uang pembuatan sumur baru tuan agar orang terdorong untuk meminta bantuan anda tuan, sehingga mudah dalam menyelesaikan misi."
"Wah, betul juga sistem kalau begitu aku ambil 6 juta."
Haris segera merogoh kantongnya dan uang baru pecahan 100 ribu dia keluarkan sebanyak 6 juta.
"Ris......!"
"Eh iya bang."
"Waduh masih pagi sudah melamun aja kau Ris.....ha ha... padahal sudah dipanggil dari tadi ngak nangkap juga signalnya."
" Ha.. ha..Iya bang..! aku lagi menghitung hari sepertinya sawit itu sudah bisa dipanen."
"Iya Ris, sudah bisa dipanen itu, sudah ada dua minggu, kami saja sudah panen yang disamping kebunmu."
Samsul pemilik kebun yang menjual kebunnya pada haris menanggapi perbincangan itu.
"Nah jadi gimana ris?"
Sambil mengeluarkan uang 6 juta rupiah dari kantongnya Haris mengatakan;
"Ya udah yang 4 juta aja bang, ini uangnya."
"Widih.... Ngak salah memang yang orang bilang, toke rupanya kau sekarang Ris, jadi langsung kontan semua ini.?"
"Iya, tapi kalau bisa hari ini langsung kerjalah orang abang ya bang..!"
"Sip beres".
"Wak, kalau aku pesan kopi satu teko buat tukang boleh ngak? Kalau bisa sama gorengannya sekalian."
Haris berbicara pada pemilik kedai kopi.
"O.. bisa kalilah Ris, sudaaah ... biar istrimu ngak repot repot buat kopi orang si Dame, dari sini saja kopi dan gorengannya, mingguan boleh bulananpun boleh, masih banyak kutengok uang merah itu Ris."
"Iyalah wak, cocok itu biar jangan repot orang rumah, inilah panjarnya 500 ribu rupiah, nanti kita hitungan lagi ya wak."
"Oke mantap."
"Eh inilah sekalian, berapa ini semua minumannya.?"
"Semua ini Ris?"
"Iya semua aja wak."
"Berapalah itu Ris, ngak sampai satu lembar uang merah paling.he heeh."
Pak Maklin mengambil satu lembar lagi uang merah dari Haris, saat menghitung semuanya, Khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya mengatakan;
"Kalau aku ngak usah masih ada kok uangku untuk bayar teh yang aku minum."
Sambil memberi uang 10.000-an (uang sepuluh ribu) Khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya menyerahkan uangnya.
Setelah mengatakan itu dia pergi dengan wajah masam.
Semua orang tersenyum dengan kecut, orang satu kampung itu sudah tahu permasalahan antara dia dengan Haris, dan seperti biasa orang pasti berpihak kepada yang berduit.
Haris tidak mempermasalahkan itu, pada prinsipnya dirinya sudah bersyukur atas hidupnya yang sekarang dan buat apa juga menyimpan dendam.?
Setelah menerima kembalian.uangnya, saat hendak pergi Fauzan berkata;
"Bang Haris kalau abang ngak sempat, aku aja kenapa bang yang manen sawit abang,?"
"Oh ya udah kau ajapun jadi Fauzan, sudah mantap kalau begituitu, kau ajalah seterusnya memanennya, abang ada urusan lain disuruh saudara abang, kau rawatlah baik baik biar berduit kita, biar beres setorannya sama saudara abang."
"Wuih mantapnya....senyum Fauzan melebar mendengar itu."
"Mantap kau Fauzan, berduitlah kau itu kalau bagus kerjanya...ha ..ha..hahah bakal lepaslah uang mimum.tiap hari ini, sudah ada toke, goda Samsul pada Fauzan."
"Ha...ha..hah benar pak Samsul toke awak banyak duit, bakal naiklah ini kiloan badan wkwkwkwwwkk.
Ya udahlah cabutlah aku, sebelum panas hari gerak terus mulai panen ho..hoyyyy."
Hati Fauzan begitu senang, itu sama saja dengan kerja tetap baginya, buat apa naik gunung turun gunung kalau ada sumber rezeki yang dekat.
Harispun hendak pergi namun saat sepeda motornya menyeberang jalan raya, tiba tiba....🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
LaGg 3RSEL
mantap......jadi kira"seperti ini ya percakapan orang Medan terima kasih thor jadi tambah luas wawasan saya teruskan perjuangan mu kali kali seperti ini bikin novel mengangkat budaya dan bahasa lokal yg beragam.Salam hangat dari saya orang suku Sunda☺️☺️☺️
2025-03-19
1
Naga Hitam
kenapa panggilannya kereta....
2024-11-04
0
JJ opa
semoga suami istri selalu rendah hati dan dermawan🙏
2024-10-29
0