Chapter _14 : Misi pertama

Pagi hari di warung adalah kegiatan rutin buat para warga untuk menyusun rencana, mencari maupun menyebar informasi tentang segala hal.

Pagi ini khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya yang telah mengusir mereka, berada di warung yang merupakan warung biasa Haris mangkal.

Tidak seperti biasanya dimana Haris berjalan kaki, kali ini dia datang dengan sepeda motor barunya.

"Wah.... kereta baru nih bang Haris..!

Fauzan yang memang langganan di kedai itu menegur Haris dengan ramah."

"Kereta saudara Fauzan."

Timpal Samsul yang menjual kebun kepada Haris kemaren."

Khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya, melirik Haris yang baru turun dari keretanya sekilas lalu membuang muka, seolah tidak melihat apa apa.

"Haris sekarang orang kaya baru di kampung kita ini, kebun sudah ada dua hektar dekat kampung pulak lagi, ini sedang bangun rumah pulak kabarnya, semalam si Herman laki' si Mar juga cerita sama aku sawah orang itupun sudah jadi di jual sama si Haris ini sudah kereta baru pulak lagi."

Seorang pria tua ikut bicara.

"Biasalah pak, punya saudara..... ha ha ha hahhh."

Beberapa orang di kedai kopi tersebut serentak mengucapkan kata yang sama.

Haris yang sedang melangkah masuk ke kedai kopipun tersenyum tak beraturan.

"Mau minum apa Ris? sapa pemilik kedai."

"Biasalah pak." jawab Haris.....!

"Biasa yang mana ini? kata pemilik warung sambil tersenyum nakal.

"Kopi susulah pak Maklin, malah ditanya lagi, sudah tahu toke yang mau minum."

Salah seorang yang ada disana lagi lagi menimpali pembicaraan.

"Iya pak kopi susu aja.".

Haris menyahut, dia sungguh belum terbiasa dengan perlakuan warga yang seperti ini terhadapnya, terlebih ada sosok Khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya disana.

"Kalau sekarang kita harus dekat dekat sama bang Haris ini bang, dia bukan bang Haris yang dulu lag, sudah OKB nih sekarang orang kaya baru."

Fauzan kembali berkelakar.

"Sudahlah Fauzan, ngak bisa pulak nanti dia munum kopinya "

Tono ikut berbicara.

Tidak lama kemudian Dame masuk ke kedai.

"Eh..... kau disini Ris?"

"Iya bang Dame.., minum bang."

"Iya inilah mau minum ini, kopi susu satu pak Maklin."

"Oke..segera datang...! jawab pemilik kedai kopi.

"Jadi gini Ris, semalam kan sudah siap ngecor pondasi pakai batu sungai, jadi kedepannya kalau masang batu kan perlu air yang banyak tuh, buat masak semen, dua tiga hari ini bisalah kita numpang di sumur tetangga, tapi kalau terus terusan kan malu juga Ris.

Jadi maksud abang kalau memang ada uang lebih, panggilkan aja yang biasa gali sumur, biar di koreknya sumur di lokasi rumahmu itu, karena kalau menurut abang ni ya, kalau sudah begitu model rumahnya, ngak ada sumurnya, rasanya kurang gimana gitu, jadi kalau ada sumur, nanti binik kaupun tak payah nyuci harus ke pancur menyebrang nyebrang jalan bawa anak anak kecil lagi."

"Iya bang Ris, cocoklah itu, ini bang Tono sama bang Toga jago buat sumur, rata rata sumur di kampung inikan orang itu yang buat, bagus kok airnya jernih, musim keringpun ngak kering sumurnya, yang di rumah bos juga, bang Tono yang gali kemaren, yakan bang Tono?"

"Iya Fauzan, masih ingat kau ya..?"

"Ingatlah bang he he ... macam udah tua kali awak abang buat, ngak ingat baru berapa tahun ha haahh."

"Oh kalau memang abang lagi ngak ada ngerjakan sumur yang lain, bolehlah itu bang."

Haris berucap pada Tono yang ada disana.

"Kalau cocok harga kita mainkan Ris."

"Berapa biasa bang?"

"Biasanya tiga jutaan aja itu Ris, tapi kalau kau mau lebih dalam empat juta lah, itu airnya sudah dingin kalau siang begini hangat kalau malam, kayak air mata air gitulah Ris."

"Kok bisa gitu ya bang?"

"Kalau siang ginikan hari pamas Ris jadi hawa panas itukan meresap kebawah, jadi hangatlah nanti malam airnya, kalau malam hawa dinginnya meresap sampai kr bawah jadi dinginlah air yang diambilnya siang hari."

"Wah jago jua rupanya bang Tono ini, sudah seperti ahli alam aja kudengar."

"Ha .. ha...hah pengalaman hidup Ris, jadi yang mana ini Ris...?"

Tono semakin serius bertanya.

"Ding.....! Misi pertama tuan, tuan harus menjalankan misi yang sifatnya wajib tuan akan ada beberapa misi dimana tuan dibolehkan memilih, untuk mengambil misi atau tidak, tetapi menolak misi yang sifatnya wajib, beresiko kehilangan sistem.

Tuan saat ini sudah bisa berbicara dalam hati pada sistem, sistem akan mendengar ucapan tuan tanpa ada orang lain yang tahu."

" Baik sebutkan misinya sistem."

"Hari ini anda harus mendapatkan orang yang butuh bantuan dan meminta bantuan tanpa anda menyodorkan atau berusaha membantunya tuan.

Nilai poin sistem yang akan di dapat bila misi berhasil adalah 10 poin sistem tuan, anda juga bisa memilih menaikkan sistem ke Level dua dengan menukar 100 poin sistem yang tuan miliki."

"Baik sistem, aku mau menukar 10 poin sistem yang aku punya dengan uang."

"Baik tunggu sebentar tuan, sistem akan memprosesnya..10...25...50...75...100 %

"Ding ...! 10 poin sistem telah ditukar dengan uang sepuluh juta dan tersimpan di ruang Inventory, anda bisa mengambilnya kapanpun anda mau tuan."

"Baik terima kasih sistem."

"Sama sama tuan, saya sarankan tuan mengambil uang lebih dari uang pembuatan sumur baru tuan agar orang terdorong untuk meminta bantuan anda tuan, sehingga mudah dalam menyelesaikan misi."

"Wah, betul juga sistem kalau begitu aku ambil 6 juta."

Haris segera merogoh kantongnya dan uang baru pecahan 100 ribu dia keluarkan sebanyak 6 juta.

"Ris......!"

"Eh iya bang."

"Waduh masih pagi sudah melamun aja kau Ris.....ha ha... padahal sudah dipanggil dari tadi ngak nangkap juga signalnya."

" Ha.. ha..Iya bang..! aku lagi menghitung hari sepertinya sawit itu sudah bisa dipanen."

"Iya Ris, sudah bisa dipanen itu, sudah ada dua minggu, kami saja sudah panen yang disamping kebunmu."

Samsul pemilik kebun yang menjual kebunnya pada haris menanggapi perbincangan itu.

"Nah jadi gimana ris?"

Sambil mengeluarkan uang 6 juta rupiah dari kantongnya Haris mengatakan;

"Ya udah yang 4 juta aja bang, ini uangnya."

"Widih.... Ngak salah memang yang orang bilang, toke rupanya kau sekarang Ris, jadi langsung kontan semua ini.?"

"Iya, tapi kalau bisa hari ini langsung kerjalah orang abang ya bang..!"

"Sip beres".

"Wak, kalau aku pesan kopi satu teko buat tukang boleh ngak? Kalau bisa sama gorengannya sekalian."

Haris berbicara pada pemilik kedai kopi.

"O.. bisa kalilah Ris, sudaaah ... biar istrimu ngak repot repot buat kopi orang si Dame, dari sini saja kopi dan gorengannya, mingguan boleh bulananpun boleh, masih banyak kutengok uang merah itu Ris."

"Iyalah wak, cocok itu biar jangan repot orang rumah, inilah panjarnya 500 ribu rupiah, nanti kita hitungan lagi ya wak."

"Oke mantap."

"Eh inilah sekalian, berapa ini semua minumannya.?"

"Semua ini Ris?"

"Iya semua aja wak."

"Berapalah itu Ris, ngak sampai satu lembar uang merah paling.he heeh."

Pak Maklin mengambil satu lembar lagi uang merah dari Haris, saat menghitung semuanya, Khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya mengatakan;

"Kalau aku ngak usah masih ada kok uangku untuk bayar teh yang aku minum."

Sambil memberi uang 10.000-an (uang sepuluh ribu) Khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya menyerahkan uangnya.

Setelah mengatakan itu dia pergi dengan wajah masam.

Semua orang tersenyum dengan kecut, orang satu kampung itu sudah tahu permasalahan antara dia dengan Haris, dan seperti biasa orang pasti berpihak kepada yang berduit.

Haris tidak mempermasalahkan itu, pada prinsipnya dirinya sudah bersyukur atas hidupnya yang sekarang dan buat apa juga menyimpan dendam.?

Setelah menerima kembalian.uangnya, saat hendak pergi Fauzan berkata;

"Bang Haris kalau abang ngak sempat, aku aja kenapa bang yang manen sawit abang,?"

"Oh ya udah kau ajapun jadi Fauzan, sudah mantap kalau begituitu, kau ajalah seterusnya memanennya, abang ada urusan lain disuruh saudara abang, kau rawatlah baik baik biar berduit kita, biar beres setorannya sama saudara abang."

"Wuih mantapnya....senyum Fauzan melebar mendengar itu."

"Mantap kau Fauzan, berduitlah kau itu kalau bagus kerjanya...ha ..ha..hahah bakal lepaslah uang mimum.tiap hari ini, sudah ada toke, goda Samsul pada Fauzan."

"Ha...ha..hah benar pak Samsul toke awak banyak duit, bakal naiklah ini kiloan badan wkwkwkwwwkk.

Ya udahlah cabutlah aku, sebelum panas hari gerak terus mulai panen ho..hoyyyy."

Hati Fauzan begitu senang, itu sama saja dengan kerja tetap baginya, buat apa naik gunung turun gunung kalau ada sumber rezeki yang dekat.

Harispun hendak pergi namun saat sepeda motornya menyeberang jalan raya, tiba tiba....🤔

Terpopuler

Comments

LaGg 3RSEL

LaGg 3RSEL

mantap......jadi kira"seperti ini ya percakapan orang Medan terima kasih thor jadi tambah luas wawasan saya teruskan perjuangan mu kali kali seperti ini bikin novel mengangkat budaya dan bahasa lokal yg beragam.Salam hangat dari saya orang suku Sunda☺️☺️☺️

2025-03-19

1

Naga Hitam

Naga Hitam

kenapa panggilannya kereta....

2024-11-04

0

JJ opa

JJ opa

semoga suami istri selalu rendah hati dan dermawan🙏

2024-10-29

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1_ Hari yang malang
2 Chapter 2_Perlakuan yang tidak adil
3 Chapter _3 : Akhir yang buruk
4 Chapter _4 : Pukulan telak
5 Chapter _5 : Pindah kampung
6 Chapter _6 :. Sistem Kekayaan
7 Chapter _7 : Perintah kosongkan rumah
8 Chapter _8 : Rumah berkeramik
9 Chapter _9 : Membeli kebun
10 Chapter _10 : Transaksi berhasil
11 Chapter _11 : Merasa dipaksa habiskan uang
12 Chapter _12 : Perbincangan jelang tidur
13 Chapter _13 : Perubahan Haris
14 Chapter _14 : Misi pertama
15 Chapter _15 : Tamu terhormat
16 Chapter _16 : Bukan Haris yang biasa
17 Chapter _17 : Mobil baru
18 Chapter _18 : Keluarga harus saling dukung
19 Chapter _19 : Mengunjungi Teman seperjuangan
20 Chapter _20 : Suasana baru
21 Chapter _21 : Hati yang terusik
22 Chapter _22 : Mimpi buruk
23 Chapter _23 : Misi yang menggugah perasaan
24 Chapter _24 : Kesombongan yang tercabut
25 Chapter _25 : Penampilan yang tidak meyakinkan
26 Chapter _26 : Corporate owner baru
27 Chapter _27 : Direktur Haris
28 Chapter _28 : Level berbeda
29 Chapter _29 : Misi baru
30 Chapter _30 : Pembayaran lahan
31 Chapter _31 : Keseruan warga
32 Chapter _32 : Uang yang menyatukan hati
33 Chapter _33 : jurus duda rondo kelana?
34 Chapter _34 : Amukan petani cabai
35 Chapter _35 : Fungsi uang yang semestinya
36 Chapter _36 : Pesanan di luar misi
37 Chapter _37 : Masih saja di rendahkan
38 Chapter _38 : Hal yang tidak biasa
39 Chapter _39 : Menawar ke atas.
40 Chapter _40 : Membahagiakan keluarga dan orang terdekat
41 Chapter _41 : Terbakarnya rumah dan kebun Haris
42 Chapter _42 : Pulang
43 Chapter _43 : Menjemput bahagia dengan membahagiakan orang lain
44 Chapter _44 : Akhir dari masalah
45 Chapter _45 : Pak Slamet yang baik
46 Chapter _46 : Sahabat sepenanggungan
47 Chapter _47 : Niat yang tersampaikan
48 Chapter _48 : Pendatang melarat
49 Chapter _49 : Membalas budi baik
50 Chapter _50 : Adik angkat
51 Chapter _51 : Candu berbuat kebaikan
52 Chapter _52 : Cinta buta sang GM
53 Chapter _53 : Realita kehidupan
54 Chapter _54 : Daki dunia
55 Chapter _55 : Hampir saja
56 Chapter _56 : Kesepakatan dua wanita
57 Chapter _57 : Kabar yang mengejutkan
58 Chapter _58 : Duduk permasalahan
59 Chapter _59 : Pembebasan Jhon
60 Chapter _60 : Penyerangan desa
61 Chapter _61 : Penyerangan desa 2
62 Chapter _62 : Sejenak melupakan masalah
63 Chapter _63 : Rajanya Ikan sungai
64 Chapter _64 : Makin rumit
65 Chapter _65 : Saling pengertian
66 Chapter _66 : Mulai menerima
67 Chapter _67 : Sosok yang nemikat hati semua orang
68 Chapter _68 : Rahasia kecil yang terbongkar
69 Chapter _69 : Pernikahan sederhana
70 Chapter _70 : Misi sudah sukses
71 Chapter _71 : Posesif
72 Chapter _72 : Wanita tak pernah salah
73 Chapter _73 : Haris tak boleh disinggung
74 Chapter _74 : Bahagia bersama keluarga
75 Chapter _75 : Papa dan mama di tekan
76 Chapter _76 : Diana tetap yang paling utama
77 Chapter _77 : Ujian 1 Triliun
78 Chapter _78 : Hanya masalah kecil
79 Chapter _79 : Kebahagiaan pak Wicaksono
80 Chapter _80 : Peristiwa keramat
81 Chapter _81 : Tidak seperti bos lain
82 Chapter _82 : Canda yang serius
83 Chapter _83 : Menjenguk si Jhon.
84 Chapter _84 : Sikap dingin Haris
85 Chapter _85 : Perhatian pada bawahan
86 Chapter _86 : Bertukar posisi
87 Chapter _87 : Situasi di perkebunan
88 Chapter _88 : Mandor 'tengil'
89 Chapter _89 : penyerangan terhadap Haris
90 Chapter _90 : Uang bukan apa-apa bagi Haris
91 Chapter _91 : Pendekatan Haris
92 Chapter _92 : Pabrik pengalengan ikan
93 Chapter _93 : Keinginan untuk makmur.
94 Chapter _94 : Seorang master
95 Chapter _95 : Kerajaan bisnis
96 Chapter _96 : Keheranan Diana dan Kirana.
97 Chapter _97 : Suratan hidup yang indah.
98 Chapter _98 : Dunia ini luas.
99 Chapter _99 : Hidup terlalu indah untuk disia siakan.
100 Chapter _100 : Sikap yang selalu ingin membantu orang lain.
101 Chapter _101 : Bos besar.
102 Chapter _102 : Sosok yang penuh pengertian
103 Chapter _103 : Masalah di kantor Ekspedisi
104 Chapter _104 : Master VS Master
105 Chapter _105 : Tetap lebih kuat
106 Chapter _106 : Marlon si pria kasar
107 Chapter _107 : Mitra bisnis strategis
108 Chapter _108 : Pimpinan yang pengecut
109 Chapter _109 : Bersembunyi
110 Chapter _110 : Melacak Marlon
111 Chapter _111 : Lolosnya Marlon
112 Chapter _112 : Kerinduan teman lama.
113 Chapter _113 : Baku tembak di wilayah pantai Timur.
114 Chapter _114 : Malaikat yang menyamar
115 Chapter _115 : Kabar yang kurang sedap
116 Chapter _116 : Malam kebersamaan
117 Chapter _117 : Kekhawatiran Papa mertua dan kerjasama baru
118 Chapter _118 : Tidak bisa semua orang suka pada kita.
119 Chapter _119 : Kunjungan mendadak Manager Sudharta
120 Chapter _120 : Tembakan dokter Shasmita
121 Chapter _121 : Peristiwa yang mengguncang
122 Chapter _122 : makanan yang dibubuhi racun
123 Chapter _123 : Menanti tabib Maksum
124 Chapter _124 : Tibanya sosok yang ditunggu
125 Chapter _125 : PT. Haris Kirana Diana Shipyard
126 Chapter _126 : Gelombang kunjungan warga
127 Chapter _127 : Membludaknya pengunjung
128 Chapter _128 : Pembicaraan yang berat
129 Chapter _129 : Keahlian pengobatan
130 Chapter _130 : pengobatan akupuntur kuno
131 Chapter _131 : Hikmah sebuah musibah
132 Ide menulis
133 Chapter _132 : Meninjau SPBU di Kota P
134 Chapter _133 : Sikap hangat yang menyentuh
135 Chapter _134 : Musyawarah singkat keluarga Haris
136 Chapter _135 : Calon mertua Nando dan Erik.
137 Chapter _136 : Pernikahan adik dan pengawal Haris
138 Chapter _137 : Indahnya kehidupan Haris
139 Chapter _138 : Wahana waterboom
140 Chapter _139 : Keseruan dan juga komitmen Diana dan Kirana
141 Chapter _140 : Teman sejati tak mengenal pembedaan status
142 Chapter _141 : Perubahan dalam diri Shasmita
143 Chapter _142 : Perkembangan situasi di hari pernikahan.
144 Chapter _143 : Suasana pesta pernikahan
145 Chapter _144 : Rentetan Ucapan salam
146 Chapter _145 : Menggoda madu pengantin baru
147 Chapter _146 : Hasil pengobatan yang luar biasa
148 Chapter _147 : Hari yang indah bagi Shasmita dan Haris
149 Chapter _148 : Kegembiraan ketiga anak petani.
150 Chapter _149 : Hadirnya Haris dalam kehidupan keluarga Nurdin.
151 Chapter _150 : Kesepakatan Istri Haris
152 Chapter _151 : Malam yang penuh rencana
153 Chapter_152 : Status baru Linda di sekolah
154 Chapter _153 : Pengganggu istri Haris
155 Chapter _154 : Terungkapnya identitas penyerang istri Haris
156 Chapter _155 : Hotel di daerah perbukitan
157 Chapter _156 : Haris membahagiakan keluarga Nurdin
158 Chapter _157 : Ancaman yang sangat serius
159 Chapter _158 : Kenyataan pahit
160 Chapter _159 : Terus berbuat baik saat ada peluang
161 Chapter _160 : Bapaknya orang-orang miskin.
162 Chapter _161 : Pengobatan terakhir Pak Drajat
163 Chapter _162 : Pertemuan yang tak terduga
164 Chapter _163 : Hubungan baik yang semakin dekat
165 Chapter _164 : Kemudahan urusan orang yang baik
166 PENGUMUMAN
167 SIMAK NOVEL BARU AKU YA SOBAT YANG BAIK HATI...
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Chapter 1_ Hari yang malang
2
Chapter 2_Perlakuan yang tidak adil
3
Chapter _3 : Akhir yang buruk
4
Chapter _4 : Pukulan telak
5
Chapter _5 : Pindah kampung
6
Chapter _6 :. Sistem Kekayaan
7
Chapter _7 : Perintah kosongkan rumah
8
Chapter _8 : Rumah berkeramik
9
Chapter _9 : Membeli kebun
10
Chapter _10 : Transaksi berhasil
11
Chapter _11 : Merasa dipaksa habiskan uang
12
Chapter _12 : Perbincangan jelang tidur
13
Chapter _13 : Perubahan Haris
14
Chapter _14 : Misi pertama
15
Chapter _15 : Tamu terhormat
16
Chapter _16 : Bukan Haris yang biasa
17
Chapter _17 : Mobil baru
18
Chapter _18 : Keluarga harus saling dukung
19
Chapter _19 : Mengunjungi Teman seperjuangan
20
Chapter _20 : Suasana baru
21
Chapter _21 : Hati yang terusik
22
Chapter _22 : Mimpi buruk
23
Chapter _23 : Misi yang menggugah perasaan
24
Chapter _24 : Kesombongan yang tercabut
25
Chapter _25 : Penampilan yang tidak meyakinkan
26
Chapter _26 : Corporate owner baru
27
Chapter _27 : Direktur Haris
28
Chapter _28 : Level berbeda
29
Chapter _29 : Misi baru
30
Chapter _30 : Pembayaran lahan
31
Chapter _31 : Keseruan warga
32
Chapter _32 : Uang yang menyatukan hati
33
Chapter _33 : jurus duda rondo kelana?
34
Chapter _34 : Amukan petani cabai
35
Chapter _35 : Fungsi uang yang semestinya
36
Chapter _36 : Pesanan di luar misi
37
Chapter _37 : Masih saja di rendahkan
38
Chapter _38 : Hal yang tidak biasa
39
Chapter _39 : Menawar ke atas.
40
Chapter _40 : Membahagiakan keluarga dan orang terdekat
41
Chapter _41 : Terbakarnya rumah dan kebun Haris
42
Chapter _42 : Pulang
43
Chapter _43 : Menjemput bahagia dengan membahagiakan orang lain
44
Chapter _44 : Akhir dari masalah
45
Chapter _45 : Pak Slamet yang baik
46
Chapter _46 : Sahabat sepenanggungan
47
Chapter _47 : Niat yang tersampaikan
48
Chapter _48 : Pendatang melarat
49
Chapter _49 : Membalas budi baik
50
Chapter _50 : Adik angkat
51
Chapter _51 : Candu berbuat kebaikan
52
Chapter _52 : Cinta buta sang GM
53
Chapter _53 : Realita kehidupan
54
Chapter _54 : Daki dunia
55
Chapter _55 : Hampir saja
56
Chapter _56 : Kesepakatan dua wanita
57
Chapter _57 : Kabar yang mengejutkan
58
Chapter _58 : Duduk permasalahan
59
Chapter _59 : Pembebasan Jhon
60
Chapter _60 : Penyerangan desa
61
Chapter _61 : Penyerangan desa 2
62
Chapter _62 : Sejenak melupakan masalah
63
Chapter _63 : Rajanya Ikan sungai
64
Chapter _64 : Makin rumit
65
Chapter _65 : Saling pengertian
66
Chapter _66 : Mulai menerima
67
Chapter _67 : Sosok yang nemikat hati semua orang
68
Chapter _68 : Rahasia kecil yang terbongkar
69
Chapter _69 : Pernikahan sederhana
70
Chapter _70 : Misi sudah sukses
71
Chapter _71 : Posesif
72
Chapter _72 : Wanita tak pernah salah
73
Chapter _73 : Haris tak boleh disinggung
74
Chapter _74 : Bahagia bersama keluarga
75
Chapter _75 : Papa dan mama di tekan
76
Chapter _76 : Diana tetap yang paling utama
77
Chapter _77 : Ujian 1 Triliun
78
Chapter _78 : Hanya masalah kecil
79
Chapter _79 : Kebahagiaan pak Wicaksono
80
Chapter _80 : Peristiwa keramat
81
Chapter _81 : Tidak seperti bos lain
82
Chapter _82 : Canda yang serius
83
Chapter _83 : Menjenguk si Jhon.
84
Chapter _84 : Sikap dingin Haris
85
Chapter _85 : Perhatian pada bawahan
86
Chapter _86 : Bertukar posisi
87
Chapter _87 : Situasi di perkebunan
88
Chapter _88 : Mandor 'tengil'
89
Chapter _89 : penyerangan terhadap Haris
90
Chapter _90 : Uang bukan apa-apa bagi Haris
91
Chapter _91 : Pendekatan Haris
92
Chapter _92 : Pabrik pengalengan ikan
93
Chapter _93 : Keinginan untuk makmur.
94
Chapter _94 : Seorang master
95
Chapter _95 : Kerajaan bisnis
96
Chapter _96 : Keheranan Diana dan Kirana.
97
Chapter _97 : Suratan hidup yang indah.
98
Chapter _98 : Dunia ini luas.
99
Chapter _99 : Hidup terlalu indah untuk disia siakan.
100
Chapter _100 : Sikap yang selalu ingin membantu orang lain.
101
Chapter _101 : Bos besar.
102
Chapter _102 : Sosok yang penuh pengertian
103
Chapter _103 : Masalah di kantor Ekspedisi
104
Chapter _104 : Master VS Master
105
Chapter _105 : Tetap lebih kuat
106
Chapter _106 : Marlon si pria kasar
107
Chapter _107 : Mitra bisnis strategis
108
Chapter _108 : Pimpinan yang pengecut
109
Chapter _109 : Bersembunyi
110
Chapter _110 : Melacak Marlon
111
Chapter _111 : Lolosnya Marlon
112
Chapter _112 : Kerinduan teman lama.
113
Chapter _113 : Baku tembak di wilayah pantai Timur.
114
Chapter _114 : Malaikat yang menyamar
115
Chapter _115 : Kabar yang kurang sedap
116
Chapter _116 : Malam kebersamaan
117
Chapter _117 : Kekhawatiran Papa mertua dan kerjasama baru
118
Chapter _118 : Tidak bisa semua orang suka pada kita.
119
Chapter _119 : Kunjungan mendadak Manager Sudharta
120
Chapter _120 : Tembakan dokter Shasmita
121
Chapter _121 : Peristiwa yang mengguncang
122
Chapter _122 : makanan yang dibubuhi racun
123
Chapter _123 : Menanti tabib Maksum
124
Chapter _124 : Tibanya sosok yang ditunggu
125
Chapter _125 : PT. Haris Kirana Diana Shipyard
126
Chapter _126 : Gelombang kunjungan warga
127
Chapter _127 : Membludaknya pengunjung
128
Chapter _128 : Pembicaraan yang berat
129
Chapter _129 : Keahlian pengobatan
130
Chapter _130 : pengobatan akupuntur kuno
131
Chapter _131 : Hikmah sebuah musibah
132
Ide menulis
133
Chapter _132 : Meninjau SPBU di Kota P
134
Chapter _133 : Sikap hangat yang menyentuh
135
Chapter _134 : Musyawarah singkat keluarga Haris
136
Chapter _135 : Calon mertua Nando dan Erik.
137
Chapter _136 : Pernikahan adik dan pengawal Haris
138
Chapter _137 : Indahnya kehidupan Haris
139
Chapter _138 : Wahana waterboom
140
Chapter _139 : Keseruan dan juga komitmen Diana dan Kirana
141
Chapter _140 : Teman sejati tak mengenal pembedaan status
142
Chapter _141 : Perubahan dalam diri Shasmita
143
Chapter _142 : Perkembangan situasi di hari pernikahan.
144
Chapter _143 : Suasana pesta pernikahan
145
Chapter _144 : Rentetan Ucapan salam
146
Chapter _145 : Menggoda madu pengantin baru
147
Chapter _146 : Hasil pengobatan yang luar biasa
148
Chapter _147 : Hari yang indah bagi Shasmita dan Haris
149
Chapter _148 : Kegembiraan ketiga anak petani.
150
Chapter _149 : Hadirnya Haris dalam kehidupan keluarga Nurdin.
151
Chapter _150 : Kesepakatan Istri Haris
152
Chapter _151 : Malam yang penuh rencana
153
Chapter_152 : Status baru Linda di sekolah
154
Chapter _153 : Pengganggu istri Haris
155
Chapter _154 : Terungkapnya identitas penyerang istri Haris
156
Chapter _155 : Hotel di daerah perbukitan
157
Chapter _156 : Haris membahagiakan keluarga Nurdin
158
Chapter _157 : Ancaman yang sangat serius
159
Chapter _158 : Kenyataan pahit
160
Chapter _159 : Terus berbuat baik saat ada peluang
161
Chapter _160 : Bapaknya orang-orang miskin.
162
Chapter _161 : Pengobatan terakhir Pak Drajat
163
Chapter _162 : Pertemuan yang tak terduga
164
Chapter _163 : Hubungan baik yang semakin dekat
165
Chapter _164 : Kemudahan urusan orang yang baik
166
PENGUMUMAN
167
SIMAK NOVEL BARU AKU YA SOBAT YANG BAIK HATI...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!