Hari ini hari terakhir Haris bersama keluarga kecilnya harus meninggalkan rumah sewanya. Namun hari ini juga hari pertama rumah mereka akan dibangun, beruntung ada tetangga dekat mereka, yang bersedia menyewakan rumah kecil disamping rumahnya, sementara ketika proses pembangunan rumahnya berjalan.
Maka barang barang mereka yang tidak seberapa sudah dipindahkan.
Hati merake cukup lega walau rumah segera baru masih berantakan.
"Bang..! tadi waktu cuci piring di pancuran, adek sudah cerita sama kak Mar yang mau jual sawahnya dan memang belum ada katanya yang beli, sudah adek bilang kita yang akan membelinya, habis masak katanya mau datang, abang jangan kemana mana dulu ya."
"Iya dek, abang melihat lihat proses pengerjaan rumah kita ajalah kalau gitu."
"Iya bang, kalau kak Mar datang aku panggil aja abang nanti."
"iya."
Haris berjalan menuju pertapakan rumahnya.
Dame :
"Pagi Ris..!"
"Pagi bang Dame."
"Sudah langsung mau dikerjain ini bang?"
"Iyalah Ris, apalagi? bahan sudah kita pesan pagi ini katanya bakal masuk, Nah dimananya ini Ris kita buat? didepan ini aja biar dekat ke jalan atau gimana.?
"Agak mundur ajalah bang biar agak luas halamannya, lagian mana tahu nanti saudara saya itu datang, biar mobilnya ada tempat parkirnya sekalian kita pasang atap kanopi aja nanti di depan."
" Nah gitukan, mantap Ris dapat dia gambarannya, ya sudah agak kemari ajalah kita buat yah? nih ..! sudah luas ini segini, kalau saudaramu datang dengan tiga mobilpun masih muat ini ris."
"Ok mantaplah kalau begitu bang..!"
"Baaaaang ............ ! kak Mar sudah datang."
"Iya bentaaaarr...!"
"Aku cabut dulu ya bang, nyonya sudah memanggil pulak itu ha.... haha....hahahah."
"Iya Ris, abang juga mau gerak ini, jangan lupa Ris bilang panasin aer kalau ada kopi mantap juga itu, apalagi kalau ada gorengannya hahahahh."
"Oke ... aman itu bang, aku cabut dulu ya bang..!"
"Oke..Sip".
Haris melangkah ke rumah sewanya yang berada tidak jauh dari rumahnya yang akan dibangun.
"Iya...! kak Mar.. sudah siap masaknya?"
"Sebenarnya belum semua Ris tapi aku tinggal ajalah , biarlah anak gadis itu yang neruskan, katanya kelen mau ke pekan, takutlah kakak kelen sudah terlanjur pigi."
"Oh iya kak rencananya sih gitu."
"Jadi gini Ris, ringkasnya ajalah ya Ris, kata si Diana kan kelen mau sawahnya, terus si Dianapun tahunya sebetulnya batas batas sawah itu, karena beberapa kalikan.kakak juga pernah ngajak dia nyangkul sama panen disana, ya sama kawan kawan yang lain jugalah , jadi mungkin kalau batas ngak perlulah kita tengok kesana lagi."
"Iya kak, yang ada kolam di sebelahnyakan? aku juga pernah kok, kerja sama abang disitu."
"Nah itu kau tahu Ris, jadi bagaimana pembayarannya Ris? kakak perlu kali ini buat biaya pendidikan anak kita."
"Nah kalau gitu disini ajalah timbang terimanya ya kak, masalah surat suratnya menyusulpun jadi."
"Nah itulah yang kakak maksud Ris."
Uangpun akhirnya dibayarkan, hati Haris begitu bahagia, begitu juga Diana istrinya.
"Kalau kelen ngak bisa mengolah sendiri sawah itu dan belum dapat orang buat mengolahnya, biar ngak terlambat sama yang lain yang nunggu ini sudah turun ke sawah , si Misnah pengolah sawah yang lama tadi minta tolong kalau boleh sama dia aja katanya Ris, nanti dia mau datang kok kemari cuma dia takut begitu timbang terima ada yang minta mengolah sawah itu sama kelen, jangan salah sangka Ris.. kau juga Diana, kakak cuma menyampailan pesan lagipun dia orangnya amanah itu Ris ngak mau macam macam."
"Oh kala itu adek kakaklah yang tahu itu, gimana dek?"
"Ya udah bang terima aja, si Misnah itu orangnya baik, adek juga bagus hubungannya sama dia."
"Ya, boleh lah kak kalau begitu."
"Iya biar kakak sampaikan nanti, ya udahlah ya Ris, Diana kakak pulang, terimakasih ."
"iya kak sama sama."
Setelah menyediakan kopi pada tukang, Haris dan istrinya berangkat belanja ke pekan.
Hari ini adalah batas uang yang dia dapatkan dari sistem untuk dihabiskan.
Segera setelah tiba di pekan kecamatan, Haris mendatangi kantor cabang Showroom kenderaan bermotor, lalu mencari type yang dia suka dan membayarkan sejumlah dua puluh dua juta rupiah.
Selesai urusan administrasinya Haris menemani istrinya berbelanja perhiasan emas senilai tujuh belas juta rupiah berupa kalung dan cin cin serta anting anting buat puterinya, kemudian berbelanja bahan makanan dan kembali pulang menaiki kenderaan umum antar desa.
Dia hanya perlu menunggu kenderaan roda duanya di rumah, yang akan diantar oleh pihak Showroom.
sebelum sampai di rumahnya dia mampir sejenak ke warung membeli rokok sisa uang yang ada, begitu sisa uang terakhir di bayarkan, sistemnya berbunyi ;
"Ding...!
Nama pemilik sistem : Tuan Haris
type : sistem kekayaan
Level : 1 ( Satu ).
Inventory : 0 ( Kosong )
kwalitas pikiran : Manusia biasa
kwalitas tubuh : Manusia biasa
Keahlian : 0 ( Kosong )
Poin Sistem : 100 Ps
kekayaan :
Kebun senilai Rp 200 juta
Rumah tahap pembangungan Rp 200 juta
Sawah senilai Rp 60 juta
Kenderaan roda dua Rp 22 juta
Perhiasan senilai Rp 17 juta
Poin sistem dapat di tukarkan menjadi :
* Peningkatan Level sistem
* Uang Rp Satu juta/poin.
* Keahlian
* Kwalitas tubuh dan pikiran
"Bang Haris.... Bang Haris.....! ini rokoknya kok malah melamun?"
"Eh iya Wan, lagi mengingat ngingat sesuatu tadi, apa ada yang ketinggalan tadi ya, di pasar.
Makasih ya Wan."
"Iya bang Ris sama sama."
"Oh jadi begitu ya, semua dicatat rapi oleh sistem."
Sistem :
"Iya tuan sejak hari ini, sistem telah diaktifkan, anda bisa meningkatkan level sistem dengan poin sistem yang anda miliki dan anda bisa menyimpan sesuatu di ruang inventory tuan ."
"Wah 1 poin satu juta ya, berarti sekarang aku masih punya uang 100 juta ya sistem?".
"Benar tuan."
"Wah terima kasihlah sistem, memang baik kalilah kau sama aku sistem."
"Iya tuan..! saya akan memandu tuan kedepannya."
"Baiklah sistem."
Kemudian Haris beranjak pulang ke rumahnya.
Begitu sederhananya pikiran Haris, dia masih melihat uang sebagai satu satunya manfaat dari sistemnya, dia belum faham, betapa luar biasanya sistem itu.
Di sore harinya mobil pengantar kenderaan roda duanya telah datang, di bawah tatapan tidak percaya para warga desa, Haris yang mereka kenal dan selalu mereka pandang hina secara perlahan telah berubah.
Nasib seseorang memang tidak bisa diprediksi karenanya jagalah hati agar jangan sampai memandang rendah orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Pierany Prahasiwie
logat anak Medan EMG begitu lah
2024-12-16
0
The Scorpion's
kalo pake kata kita malah kek anak si MC juga
2024-10-27
1
Adri Pratama
iya bener tuh, di peringkat aja, biar enak bacanya
2024-09-25
1