Chapter _16 : Bukan Haris yang biasa

Sepanjang malam itu Diana menghabiskan waktu bercerita tentang sosok saudara Haris, yang tanpa dia ketahui sebenarnya hanyalah seorang sistem itu.

Ibunya kini merasa takdjub dan bangga, pada sosok menantu yang dahulunya dia anggap tidak lebih dari sampah itu, kini dia sangat ingin dunia tahu bahwa Haris adalah menantunya, yang menikah kepada puteri paling kecil dari ketiga puteri yang pernah dia lahirkan.

Begitulah Memang dunia bekerja saat engkau berada di bawah, tidak ada begitu banyak orang yang akan sudi melirikmu, hanya orang orang yang sadar bahwa semua manusia adalah makhluk ciptaan Tuhanlah, yang bisa memandangmu dengan normal dan wajar, selebihnya akan merendahkan dan memandangmu dengan tatapan yang jijik.

Fajar menyingsing pagi yang sejuk dan cerah telah tiba, para petani berangkat ke sawah dan ladangnya, sejenak warga yang lewat dari depan rumah Haris yang sedang di bangun tertegun dan tidak sadar mereka berhenti untuk beberapa saat, Haris adalah salah seorang bahagian dari mereka, yang dahulunya tidak lebih dari seorang pekerja upahan, yang bahkan lebih sibuk dalam mencari upahan dibandingkan mereka, karena kemiskinan yang dia derita lebih parah dari mereka semua.

Kini teman mereka yang baik itu telah membangun istananya sendiri, tanpa harus menyewa nyewa lagi sehingga mereka sempat mendengar kabar dia dipaksa mengosongkan rumah, karena tidak sanggup membayar sewa lalu terusir dan dihina.

Mereka bangga kepada Haris, dia adalah sosok yang baik ketika di masa susah maupun masa jayanya sekarang, tidak ada yang pernah bermasalah dengan Haris apakah karena perangai buruk atau hal memalukan lainnnya, karenanya mereka semua bahagia untuk Haris dan keluarganya.

Para sahabat Haris ini hanya berharap Haris tidak lupa diri dan menjadi sosok Haris yang tidak lagi mereka kenal.

"Haris sekarang hebat ya bu' Koimah."

"Iya bu' kabarnya dia juga baru membeli sawah bu'Mar dan pak Herman yang dulu kita sempat kerja upahan disitu."

"Semoga dia ngak berubah yang bu' jadi orang sombong gitu misalmya yakan?"

"Oh ngak tahulah kalau nanti tapi kalau sekarang, itu kata bapak nya anak anak uangnya ngak pernah laku di kedai kopi pak maklin."

"Lho kenapa?."

"Karena semua orang yang minum disana, pasti semua dibayar oleh Haris kalau dia ada disana, kecuali ada satu orang yang ngak mau di bayar."

"Lho siapa itu yang ngak mau dibayar?"

"Itulah, yang punya rumah sewa sebelumnya yang Haris di usir dari situ lho bu'."

"Pak Khadafi pemilik rumah sewa Haris sebelumnya itu maksudnya bu.?"

"Nah itu dia...!"

"Elleeeeehhh padahal di kedai kebun banyak utangnya.."

"Kok tahu bu"

"Iya pas kita minum disitu habis kerja ngeracun rumput, kemarenkan kita singgah di kedai itu, minum ngak tahan lagi hausnya karena teh yang dibawa habis, disitulah kita dengar yang punya kedai nagih, bukannya bayar malah ngamok ngamok dia hihihihihh."

"Dasaaar..."

"Sudahlah bu' ngak baik ngegosip pagi pagi dosa lho bu' entar siang aja ya ha...ha..ha..hahahahahh."

"Oh kalau siang, ngak berdosa ya bu?"

"Agak kuranglah sikit dosanya, karena yang ngegosip orangnya tambah sikit....ha ha ha hahahahh."

Sambil lalu para ibu pekerja itu beranjak dari rumah Haris.

Saat ini Haris sedang berada di atas sepeda motornya, sedang berkendara menuju desa mertuanya yang hanya berjarak 9 desa dari desanya, dimana semua letak desa itu berada di pinggir jalan raya, ibu mertua dan istrinya telah berangkat lebih dahulu, dengan mengendarai mobil penumpang umum.

"Ding.....!"

Ada misi baru tuan, sifatnya tidak wajib artinya anda boleh memilih melaksanakannya atau tidak."

"Apa misinya sistem."

"Anda harus pilih dulu tuan mau atau tidak baru misinya disebutkan."

"Oh laen pulak kau ini sistem, masa milih dulu baru disebutkan, nanti aku pilih 'iya' rupa nya misi kematian, jadi jandalah binikku.".

"Selow lah tuan, saya ini sistem kekayaan bukan sistem bunuh diri tuan..!"

"Ha.. ha..ha..ahahh iya juga ya sistem kitakan sudah sehidup semati sekarang, kalau aku mati kau juga musnah dan seperti yang kau sebutkan sebelumnya, kau tidak mau mati muda, oleh karena itu aku pilih 'iya', aku mau melaksanakan misi ini."

"Ding....! misi sudah ditetapkan, setelah di tetapkan maka wajib dilaksanakan, penolakan pada misi berakibat hilangnya sistem.

Misi Tuan adalah membangun rumah dari ibunya bu' Diana atau ibu mertua anda sendiri. dana yang sistem sediakan sejumlah 250 juta rupiah, silahkan ada ambil dari ruang inventory.

Hadiah misi adalah sebuah mobil yang akan sistem pesan dan bayarkan via transfer ke sebuah Showroom atas nama tuan sehingga kedepannya anda tidak harus berpisah dengan istri anda saat bepergian begini."

"Cihuyyyyy..... mobil apa itu sistem,.tapi aku ngak bisa membawa mobil sistem."

"Nama mobilnya masih dirahasiakan tuan, adapun keadan tuan yang tidak bisa mengendarai mobil, tuan bisa menukarkan 50 poin sistem dan itu akan sistem tukar dengan keahlian membawa mobil tingkat standart kepada tuan."

" Wah ada yang begituan juga ya sistem.?"

"Ada tuan, ada juga berbagai keahlian lainnya seperti melukis, tari, renang tinju, keahlian bela diri atau bidang pengobatan tuan, tetapi semua butuh poin berbeda tuan tergantung apa yang tuan pilih."

"Wah jadi tambah cinta aku sama kau sistem kalau kau perempuan pasti sudah kunikahilah kau sistem."

"Selow lah tuan grrrr.....grrrrggrrr."

"Ha..ha..ha...ha...hahahahhh"

" Baiklah sistem, aku sudah mau sampai."

Harispun sampai di depan rumah mertuanya.

Orang orang yang ada disana semuanya sudah keluar dalam keadan tersenyum manis seperti kembang gula, menyambut kedatangnnya, bahunya di tepuk pelan dan pinggangnya dipeluk oleh ayah mertuanya lalu dibawa masuk kedalam dengan berjalan bedampinagn layaknya sahabat.

Diana tersenyum, matanya berembun menyaksikan semua itu dan dia sangat bersyukur dengan semua kedekatan ini.

Haris melihat kepadanya dan mata keduanya beradu pandang, dengan wajah senyum manis Haris mengangguk pada istrinya yang begitu dia cintai tersebut."

"Ayo duduk .... ayo duduk mana si Nurul tadi?, kakek masih rinduuuuu sekali cucu kakek."

"Ayah..!"

Haris memanggil mertuanya

"Iya, ada apa nak?"

"Sesaat Haris terdiam, wajahnya tampak misterius dan begitu serius berpikir lalu berubah menjadi jelek."

Diana melihat perubahan wajah suaminya menjadi khawatir kalau sebuah Boom perasaan akan meledak menghancurkan semua kebahagiaan ini, dia menggigit bibir bawahnya dan menanti dengan harap harap cemas apa yang akan Haris katakan.

Wajah semua orang menjadi serius dan menegang, apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa sistem saat ini sedang menggoda si Haris.

"Jago juga tuan akting ya?"

"Ah.... kepala kaulah sistem"

Ucap Haris lalu tersenyum lebar

Sistem :

"Ha..ha.hahahayyyyy.... selow lah tuan."

Senyum Haris itu kemudian dilihat oleh orang, yang untuk sesaat tadi sempat khawatir, kini wajah mereka yang sempat menegang kembali mencair.

Haris yang dahulu cuma orang biasa telah hilang, berganti dengan Haris yang luar biasa, belum bicara bahkan raut wajahnya sudah menjadi penentu tersenyum atau tidaknya orang orang di sekitarnya.

Istrinya yang sudah tidak tahan dengan keadaan itu, lalu protes.

"Abang kenapa sih bang? sebentar senyum sebentar merengut?"

Haris tersadar mungkin raut wajahnya saat bicara dengan sistem tercermin keluar.

Dengan senyum cengengesan diapun kembali fokus pada orang orang disekitarnya.

"Ayah sehat?"

"Sehat, nak Haris sehatkah?

"Alhamdulillah sehat yah."

"Oh ya yah, panglong jauh ngak dari sini yah?

"Kenapa, masih ada yang kurang bahan rumah kalian?"

"Oh ngak yah, kalau bahan rumah kita semua sudah dipesan kontan, ngak bakalan, kurang.

Maksud Haris, kalau ayah dan ibu setuju nih ya, rumah ini sebaiknya kita rubuhkan saja dan dibangun rumah beton model sekarang yang baru pakai keramik, kata Haris lalu melihat ke Istrinya Diana."

Yang dilihat malah mengejek mengeluarkan sedikit ujung lidahnya, dia tahu suaminya sedang menyindirnya karena sangat ingin rumah keramik.

Ayah dan ibunya gelagapan mendengar ucapan haris.

"Ma..maksud nak haris, rumah bapak mau dibangun?"

"Iya ayah.... orang orang di desa ini sudah merehab dan membangun rumahnya, kita masih saja begini, takutnya nanti orang memandang rendah pada kita, jadi Haris ambil keputusan ini di bongkar saja, kita sementara beli rumah kecil dulu di desa ini kalau ada yang jual."

"Gimana bu?" ucap ayah mertua haris yang belum tahu seperti apa kayanya Haris sat ini.

"Iya...iya bangun saja nak Haris."

Ibu mertuanya yang tahu Haris banyak uang dengan melihat emas rumah dan sawah serta kebun dan bahkan ucapannya yang masih mau beli kebun sawit tempo hari membuat dia yakin Haris tidak main main.

"Baik kalau begitu, semua harus cari informasi dimana ada rumah yang di jual buat tempat kita sementara, di kampung rumah juga sedang dibangun kalau tadinya sudah siap kita bisa disana."

"Ada itu bang, mau jual rumah tapi agak mahal 60 juta rupiah katanya bang, padahal rumahnya agak kecil gimana bang?"

"Ya sudah kita beli itu panggil orangnya kemari, Haris segera mengeluarkan uang dari tas kecilnya yang sebenarnya tangannya menuju ruang inventory, 100 juta rupiah di pegang dengan enteng, dengan tujuan agar adik iparnya yakin kalau memang dia serius dan memang ada uangnya, dan benar saja adiknya langsung berlari ketika di tatap oleh ayah mertua Haris."

Terpopuler

Comments

Tyas

Tyas

Haris 👍👍

2025-03-15

1

Ardi Provision

Ardi Provision

masak nanti bilang saudaranya yang bangun rumah mertua 🤭🤭🤭🤭🤭

2024-10-12

0

Yatno Prayitno

Yatno Prayitno

aku suka.....agak beda ne.....gaya Batak puls

2024-10-10

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1_ Hari yang malang
2 Chapter 2_Perlakuan yang tidak adil
3 Chapter _3 : Akhir yang buruk
4 Chapter _4 : Pukulan telak
5 Chapter _5 : Pindah kampung
6 Chapter _6 :. Sistem Kekayaan
7 Chapter _7 : Perintah kosongkan rumah
8 Chapter _8 : Rumah berkeramik
9 Chapter _9 : Membeli kebun
10 Chapter _10 : Transaksi berhasil
11 Chapter _11 : Merasa dipaksa habiskan uang
12 Chapter _12 : Perbincangan jelang tidur
13 Chapter _13 : Perubahan Haris
14 Chapter _14 : Misi pertama
15 Chapter _15 : Tamu terhormat
16 Chapter _16 : Bukan Haris yang biasa
17 Chapter _17 : Mobil baru
18 Chapter _18 : Keluarga harus saling dukung
19 Chapter _19 : Mengunjungi Teman seperjuangan
20 Chapter _20 : Suasana baru
21 Chapter _21 : Hati yang terusik
22 Chapter _22 : Mimpi buruk
23 Chapter _23 : Misi yang menggugah perasaan
24 Chapter _24 : Kesombongan yang tercabut
25 Chapter _25 : Penampilan yang tidak meyakinkan
26 Chapter _26 : Corporate owner baru
27 Chapter _27 : Direktur Haris
28 Chapter _28 : Level berbeda
29 Chapter _29 : Misi baru
30 Chapter _30 : Pembayaran lahan
31 Chapter _31 : Keseruan warga
32 Chapter _32 : Uang yang menyatukan hati
33 Chapter _33 : jurus duda rondo kelana?
34 Chapter _34 : Amukan petani cabai
35 Chapter _35 : Fungsi uang yang semestinya
36 Chapter _36 : Pesanan di luar misi
37 Chapter _37 : Masih saja di rendahkan
38 Chapter _38 : Hal yang tidak biasa
39 Chapter _39 : Menawar ke atas.
40 Chapter _40 : Membahagiakan keluarga dan orang terdekat
41 Chapter _41 : Terbakarnya rumah dan kebun Haris
42 Chapter _42 : Pulang
43 Chapter _43 : Menjemput bahagia dengan membahagiakan orang lain
44 Chapter _44 : Akhir dari masalah
45 Chapter _45 : Pak Slamet yang baik
46 Chapter _46 : Sahabat sepenanggungan
47 Chapter _47 : Niat yang tersampaikan
48 Chapter _48 : Pendatang melarat
49 Chapter _49 : Membalas budi baik
50 Chapter _50 : Adik angkat
51 Chapter _51 : Candu berbuat kebaikan
52 Chapter _52 : Cinta buta sang GM
53 Chapter _53 : Realita kehidupan
54 Chapter _54 : Daki dunia
55 Chapter _55 : Hampir saja
56 Chapter _56 : Kesepakatan dua wanita
57 Chapter _57 : Kabar yang mengejutkan
58 Chapter _58 : Duduk permasalahan
59 Chapter _59 : Pembebasan Jhon
60 Chapter _60 : Penyerangan desa
61 Chapter _61 : Penyerangan desa 2
62 Chapter _62 : Sejenak melupakan masalah
63 Chapter _63 : Rajanya Ikan sungai
64 Chapter _64 : Makin rumit
65 Chapter _65 : Saling pengertian
66 Chapter _66 : Mulai menerima
67 Chapter _67 : Sosok yang nemikat hati semua orang
68 Chapter _68 : Rahasia kecil yang terbongkar
69 Chapter _69 : Pernikahan sederhana
70 Chapter _70 : Misi sudah sukses
71 Chapter _71 : Posesif
72 Chapter _72 : Wanita tak pernah salah
73 Chapter _73 : Haris tak boleh disinggung
74 Chapter _74 : Bahagia bersama keluarga
75 Chapter _75 : Papa dan mama di tekan
76 Chapter _76 : Diana tetap yang paling utama
77 Chapter _77 : Ujian 1 Triliun
78 Chapter _78 : Hanya masalah kecil
79 Chapter _79 : Kebahagiaan pak Wicaksono
80 Chapter _80 : Peristiwa keramat
81 Chapter _81 : Tidak seperti bos lain
82 Chapter _82 : Canda yang serius
83 Chapter _83 : Menjenguk si Jhon.
84 Chapter _84 : Sikap dingin Haris
85 Chapter _85 : Perhatian pada bawahan
86 Chapter _86 : Bertukar posisi
87 Chapter _87 : Situasi di perkebunan
88 Chapter _88 : Mandor 'tengil'
89 Chapter _89 : penyerangan terhadap Haris
90 Chapter _90 : Uang bukan apa-apa bagi Haris
91 Chapter _91 : Pendekatan Haris
92 Chapter _92 : Pabrik pengalengan ikan
93 Chapter _93 : Keinginan untuk makmur.
94 Chapter _94 : Seorang master
95 Chapter _95 : Kerajaan bisnis
96 Chapter _96 : Keheranan Diana dan Kirana.
97 Chapter _97 : Suratan hidup yang indah.
98 Chapter _98 : Dunia ini luas.
99 Chapter _99 : Hidup terlalu indah untuk disia siakan.
100 Chapter _100 : Sikap yang selalu ingin membantu orang lain.
101 Chapter _101 : Bos besar.
102 Chapter _102 : Sosok yang penuh pengertian
103 Chapter _103 : Masalah di kantor Ekspedisi
104 Chapter _104 : Master VS Master
105 Chapter _105 : Tetap lebih kuat
106 Chapter _106 : Marlon si pria kasar
107 Chapter _107 : Mitra bisnis strategis
108 Chapter _108 : Pimpinan yang pengecut
109 Chapter _109 : Bersembunyi
110 Chapter _110 : Melacak Marlon
111 Chapter _111 : Lolosnya Marlon
112 Chapter _112 : Kerinduan teman lama.
113 Chapter _113 : Baku tembak di wilayah pantai Timur.
114 Chapter _114 : Malaikat yang menyamar
115 Chapter _115 : Kabar yang kurang sedap
116 Chapter _116 : Malam kebersamaan
117 Chapter _117 : Kekhawatiran Papa mertua dan kerjasama baru
118 Chapter _118 : Tidak bisa semua orang suka pada kita.
119 Chapter _119 : Kunjungan mendadak Manager Sudharta
120 Chapter _120 : Tembakan dokter Shasmita
121 Chapter _121 : Peristiwa yang mengguncang
122 Chapter _122 : makanan yang dibubuhi racun
123 Chapter _123 : Menanti tabib Maksum
124 Chapter _124 : Tibanya sosok yang ditunggu
125 Chapter _125 : PT. Haris Kirana Diana Shipyard
126 Chapter _126 : Gelombang kunjungan warga
127 Chapter _127 : Membludaknya pengunjung
128 Chapter _128 : Pembicaraan yang berat
129 Chapter _129 : Keahlian pengobatan
130 Chapter _130 : pengobatan akupuntur kuno
131 Chapter _131 : Hikmah sebuah musibah
132 Ide menulis
133 Chapter _132 : Meninjau SPBU di Kota P
134 Chapter _133 : Sikap hangat yang menyentuh
135 Chapter _134 : Musyawarah singkat keluarga Haris
136 Chapter _135 : Calon mertua Nando dan Erik.
137 Chapter _136 : Pernikahan adik dan pengawal Haris
138 Chapter _137 : Indahnya kehidupan Haris
139 Chapter _138 : Wahana waterboom
140 Chapter _139 : Keseruan dan juga komitmen Diana dan Kirana
141 Chapter _140 : Teman sejati tak mengenal pembedaan status
142 Chapter _141 : Perubahan dalam diri Shasmita
143 Chapter _142 : Perkembangan situasi di hari pernikahan.
144 Chapter _143 : Suasana pesta pernikahan
145 Chapter _144 : Rentetan Ucapan salam
146 Chapter _145 : Menggoda madu pengantin baru
147 Chapter _146 : Hasil pengobatan yang luar biasa
148 Chapter _147 : Hari yang indah bagi Shasmita dan Haris
149 Chapter _148 : Kegembiraan ketiga anak petani.
150 Chapter _149 : Hadirnya Haris dalam kehidupan keluarga Nurdin.
151 Chapter _150 : Kesepakatan Istri Haris
152 Chapter _151 : Malam yang penuh rencana
153 Chapter_152 : Status baru Linda di sekolah
154 Chapter _153 : Pengganggu istri Haris
155 Chapter _154 : Terungkapnya identitas penyerang istri Haris
156 Chapter _155 : Hotel di daerah perbukitan
157 Chapter _156 : Haris membahagiakan keluarga Nurdin
158 Chapter _157 : Ancaman yang sangat serius
159 Chapter _158 : Kenyataan pahit
160 Chapter _159 : Terus berbuat baik saat ada peluang
161 Chapter _160 : Bapaknya orang-orang miskin.
162 Chapter _161 : Pengobatan terakhir Pak Drajat
163 Chapter _162 : Pertemuan yang tak terduga
164 Chapter _163 : Hubungan baik yang semakin dekat
165 Chapter _164 : Kemudahan urusan orang yang baik
166 PENGUMUMAN
167 SIMAK NOVEL BARU AKU YA SOBAT YANG BAIK HATI...
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Chapter 1_ Hari yang malang
2
Chapter 2_Perlakuan yang tidak adil
3
Chapter _3 : Akhir yang buruk
4
Chapter _4 : Pukulan telak
5
Chapter _5 : Pindah kampung
6
Chapter _6 :. Sistem Kekayaan
7
Chapter _7 : Perintah kosongkan rumah
8
Chapter _8 : Rumah berkeramik
9
Chapter _9 : Membeli kebun
10
Chapter _10 : Transaksi berhasil
11
Chapter _11 : Merasa dipaksa habiskan uang
12
Chapter _12 : Perbincangan jelang tidur
13
Chapter _13 : Perubahan Haris
14
Chapter _14 : Misi pertama
15
Chapter _15 : Tamu terhormat
16
Chapter _16 : Bukan Haris yang biasa
17
Chapter _17 : Mobil baru
18
Chapter _18 : Keluarga harus saling dukung
19
Chapter _19 : Mengunjungi Teman seperjuangan
20
Chapter _20 : Suasana baru
21
Chapter _21 : Hati yang terusik
22
Chapter _22 : Mimpi buruk
23
Chapter _23 : Misi yang menggugah perasaan
24
Chapter _24 : Kesombongan yang tercabut
25
Chapter _25 : Penampilan yang tidak meyakinkan
26
Chapter _26 : Corporate owner baru
27
Chapter _27 : Direktur Haris
28
Chapter _28 : Level berbeda
29
Chapter _29 : Misi baru
30
Chapter _30 : Pembayaran lahan
31
Chapter _31 : Keseruan warga
32
Chapter _32 : Uang yang menyatukan hati
33
Chapter _33 : jurus duda rondo kelana?
34
Chapter _34 : Amukan petani cabai
35
Chapter _35 : Fungsi uang yang semestinya
36
Chapter _36 : Pesanan di luar misi
37
Chapter _37 : Masih saja di rendahkan
38
Chapter _38 : Hal yang tidak biasa
39
Chapter _39 : Menawar ke atas.
40
Chapter _40 : Membahagiakan keluarga dan orang terdekat
41
Chapter _41 : Terbakarnya rumah dan kebun Haris
42
Chapter _42 : Pulang
43
Chapter _43 : Menjemput bahagia dengan membahagiakan orang lain
44
Chapter _44 : Akhir dari masalah
45
Chapter _45 : Pak Slamet yang baik
46
Chapter _46 : Sahabat sepenanggungan
47
Chapter _47 : Niat yang tersampaikan
48
Chapter _48 : Pendatang melarat
49
Chapter _49 : Membalas budi baik
50
Chapter _50 : Adik angkat
51
Chapter _51 : Candu berbuat kebaikan
52
Chapter _52 : Cinta buta sang GM
53
Chapter _53 : Realita kehidupan
54
Chapter _54 : Daki dunia
55
Chapter _55 : Hampir saja
56
Chapter _56 : Kesepakatan dua wanita
57
Chapter _57 : Kabar yang mengejutkan
58
Chapter _58 : Duduk permasalahan
59
Chapter _59 : Pembebasan Jhon
60
Chapter _60 : Penyerangan desa
61
Chapter _61 : Penyerangan desa 2
62
Chapter _62 : Sejenak melupakan masalah
63
Chapter _63 : Rajanya Ikan sungai
64
Chapter _64 : Makin rumit
65
Chapter _65 : Saling pengertian
66
Chapter _66 : Mulai menerima
67
Chapter _67 : Sosok yang nemikat hati semua orang
68
Chapter _68 : Rahasia kecil yang terbongkar
69
Chapter _69 : Pernikahan sederhana
70
Chapter _70 : Misi sudah sukses
71
Chapter _71 : Posesif
72
Chapter _72 : Wanita tak pernah salah
73
Chapter _73 : Haris tak boleh disinggung
74
Chapter _74 : Bahagia bersama keluarga
75
Chapter _75 : Papa dan mama di tekan
76
Chapter _76 : Diana tetap yang paling utama
77
Chapter _77 : Ujian 1 Triliun
78
Chapter _78 : Hanya masalah kecil
79
Chapter _79 : Kebahagiaan pak Wicaksono
80
Chapter _80 : Peristiwa keramat
81
Chapter _81 : Tidak seperti bos lain
82
Chapter _82 : Canda yang serius
83
Chapter _83 : Menjenguk si Jhon.
84
Chapter _84 : Sikap dingin Haris
85
Chapter _85 : Perhatian pada bawahan
86
Chapter _86 : Bertukar posisi
87
Chapter _87 : Situasi di perkebunan
88
Chapter _88 : Mandor 'tengil'
89
Chapter _89 : penyerangan terhadap Haris
90
Chapter _90 : Uang bukan apa-apa bagi Haris
91
Chapter _91 : Pendekatan Haris
92
Chapter _92 : Pabrik pengalengan ikan
93
Chapter _93 : Keinginan untuk makmur.
94
Chapter _94 : Seorang master
95
Chapter _95 : Kerajaan bisnis
96
Chapter _96 : Keheranan Diana dan Kirana.
97
Chapter _97 : Suratan hidup yang indah.
98
Chapter _98 : Dunia ini luas.
99
Chapter _99 : Hidup terlalu indah untuk disia siakan.
100
Chapter _100 : Sikap yang selalu ingin membantu orang lain.
101
Chapter _101 : Bos besar.
102
Chapter _102 : Sosok yang penuh pengertian
103
Chapter _103 : Masalah di kantor Ekspedisi
104
Chapter _104 : Master VS Master
105
Chapter _105 : Tetap lebih kuat
106
Chapter _106 : Marlon si pria kasar
107
Chapter _107 : Mitra bisnis strategis
108
Chapter _108 : Pimpinan yang pengecut
109
Chapter _109 : Bersembunyi
110
Chapter _110 : Melacak Marlon
111
Chapter _111 : Lolosnya Marlon
112
Chapter _112 : Kerinduan teman lama.
113
Chapter _113 : Baku tembak di wilayah pantai Timur.
114
Chapter _114 : Malaikat yang menyamar
115
Chapter _115 : Kabar yang kurang sedap
116
Chapter _116 : Malam kebersamaan
117
Chapter _117 : Kekhawatiran Papa mertua dan kerjasama baru
118
Chapter _118 : Tidak bisa semua orang suka pada kita.
119
Chapter _119 : Kunjungan mendadak Manager Sudharta
120
Chapter _120 : Tembakan dokter Shasmita
121
Chapter _121 : Peristiwa yang mengguncang
122
Chapter _122 : makanan yang dibubuhi racun
123
Chapter _123 : Menanti tabib Maksum
124
Chapter _124 : Tibanya sosok yang ditunggu
125
Chapter _125 : PT. Haris Kirana Diana Shipyard
126
Chapter _126 : Gelombang kunjungan warga
127
Chapter _127 : Membludaknya pengunjung
128
Chapter _128 : Pembicaraan yang berat
129
Chapter _129 : Keahlian pengobatan
130
Chapter _130 : pengobatan akupuntur kuno
131
Chapter _131 : Hikmah sebuah musibah
132
Ide menulis
133
Chapter _132 : Meninjau SPBU di Kota P
134
Chapter _133 : Sikap hangat yang menyentuh
135
Chapter _134 : Musyawarah singkat keluarga Haris
136
Chapter _135 : Calon mertua Nando dan Erik.
137
Chapter _136 : Pernikahan adik dan pengawal Haris
138
Chapter _137 : Indahnya kehidupan Haris
139
Chapter _138 : Wahana waterboom
140
Chapter _139 : Keseruan dan juga komitmen Diana dan Kirana
141
Chapter _140 : Teman sejati tak mengenal pembedaan status
142
Chapter _141 : Perubahan dalam diri Shasmita
143
Chapter _142 : Perkembangan situasi di hari pernikahan.
144
Chapter _143 : Suasana pesta pernikahan
145
Chapter _144 : Rentetan Ucapan salam
146
Chapter _145 : Menggoda madu pengantin baru
147
Chapter _146 : Hasil pengobatan yang luar biasa
148
Chapter _147 : Hari yang indah bagi Shasmita dan Haris
149
Chapter _148 : Kegembiraan ketiga anak petani.
150
Chapter _149 : Hadirnya Haris dalam kehidupan keluarga Nurdin.
151
Chapter _150 : Kesepakatan Istri Haris
152
Chapter _151 : Malam yang penuh rencana
153
Chapter_152 : Status baru Linda di sekolah
154
Chapter _153 : Pengganggu istri Haris
155
Chapter _154 : Terungkapnya identitas penyerang istri Haris
156
Chapter _155 : Hotel di daerah perbukitan
157
Chapter _156 : Haris membahagiakan keluarga Nurdin
158
Chapter _157 : Ancaman yang sangat serius
159
Chapter _158 : Kenyataan pahit
160
Chapter _159 : Terus berbuat baik saat ada peluang
161
Chapter _160 : Bapaknya orang-orang miskin.
162
Chapter _161 : Pengobatan terakhir Pak Drajat
163
Chapter _162 : Pertemuan yang tak terduga
164
Chapter _163 : Hubungan baik yang semakin dekat
165
Chapter _164 : Kemudahan urusan orang yang baik
166
PENGUMUMAN
167
SIMAK NOVEL BARU AKU YA SOBAT YANG BAIK HATI...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!