Viera menghentikan aktivitasnya, perasaannya tiba-tiba tidak enak, ia mulai cemas tanpa sebab.
"Ada apa dengan ku, kenapa aku berubah menjadi seperti ini?" Viera heran dengan dirinya sendiri yang tiba-tiba merasakan hal yang tak wajar di saat ia tengah berkerja di perkebunannya juragan Doni.
"Munaroh" panggil Viera yang terlihat pada temannya itu.
Tidak ada jawaban, Viera tidak mendengar suara temannya lagi, padahal mereka berhenti mengobrol beberapa menit yang lalu, namun entah kenapa sekarang tempat ini menjadi sepi seperti hanya ada Viera seorang di sini.
"Munaroh!" Viera mengeraskan teriakannya, namun tetap saja tidak ada yang menyahuti.
"Kemana Munaroh, kenapa dia gak jawab, apa dia ada di sebelah sana" pandangan Viera tertuju pada hutan yang seram itu.
Viera bangun dari duduk, ia melihat sekelilingnya, namun tidak ada kebenaran temannya sama sekali.
"Munaroh kamu di mana!"
Hening, tempat itu mendadak menjadi hening.
Viera langsung berubah menjadi gelisah saat tak mendengar suara Munaroh lagi.
"Munaroh kamu di mana, kamu ada di sini juga kan?"
Masih sama, tidak ada jawaban yang terdengar di telinga Viera.
"Kemana Munaroh, apa dia sudah balik dari sini, tapi masa iya dia tega ninggalin aku sendirian di sini!"
"Aku harus cari dia, aku yakin dia pasti masih ada di sini"
Viera berjalan mencari keberadaan Munaroh, ia merasakan gelisah tak menentu saat tidak melihat keberadaan Munaroh di area perkebunan itu.
Viera terus berkeliling, namun ia tidak menemukan keberadaan Munaroh sama sekali di sana.
"Di mana Munaroh sebenernya, kenapa dia gak ada di sini, apa dia memang sudah kembali ke sana dan ninggalin aku sendirian di sini?" Viera masih tidak yakin kalau temannya akan setega itu padanya.
Viera menghembuskan nafas kasar."Munaroh jahat banget, kenapa dia ninggalin aku sendirian di sini, seharusnya dia ngajak aku kalau dia mau ke sana!"
"Awas aja dia ya, aku akan beri dia pelajaran!" omel Viera.
Viera hendak pergi dari sana, namun itu semua ia urungkan setelah matanya tak sengaja melihat pupuk yang berada di dekat pohon durian yang di sebelah timurnya adalah hutan.
Viera langsung mendekati pupuk dan alat-alat lainnya yang berada di sana.
"Ini alat yang tadi di bawa sama Munaroh, di mana orangnya, kenapa semua alat-alat ini dia tinggal di sini, apa mungkin dia masih belum kembali ke kantor"
"Terus dia pergi kemana kalau tidak kembali ke sana?"
Viera mulai berpikir keras, ia menatap ke arah hutan yang ada di depannya, Viera melihat keseraman hutan yang berada di depannya itu.
"Apa iya Munaroh masuk ke dalam hutan itu, tapi buat apa dia ke sana, di sana gak ada apa-apa"
"Gak mungkin Munaroh masuk ke sana, dia pasti kembali ke kantor untuk makan siang" pikir Viera.
Viera terus menatap hutan yang seram itu, tiba-tiba ia melihat ada kelinci putih yang berada di dalam hutan tengah melompat-lompat.
Senyuman merekah di bibir Viera saat melihat kelinci yang selucu itu di sana.
Viera yang merasa gemas langsung berlari masuk ke dalam hutan untuk menangkap kelinci putih polos yang menggemaskan itu.
Viera berhasil menangkap kelinci putih yang menggemaskan itu, ia tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman dengan terus melihat kelinci itu.
"Lucu banget, kelinci ini punya siapa, kenapa di tinggal di sini" Viera mengelus bulu kelinci yang begitu menggemaskan di matanya.
Tiba-tiba kelinci itu melompat dari gendongan Viera.
"Hei kamu mau kemana!" teriak Viera saat kelinci itu berlari ke sebelah timur.
"Tunggu, jangan lariiiii!"
Viera mengejar kelinci yang semakin menjauh darinya, ia tidak mau kelinci putih itu lolos begitu saja.
"Kelinci tunggu, jangan lari!"
Viera terus mengejar kelinci itu yang semakin kencang berlari.
Viera tidak peduli kalau sekarang ini ia semakin dalam masuk ke dalam hutan, ia tidak sadar kalau ia sudah mulai menjauh dari perkebunan milik juragan Doni.
"Kelinci, berhentilah, jangan lari!"
Viera terus mengejarnya, ia tidak akan membiarkan kelinci itu pergi begitu saja.
Kelinci itu terus berlari, dia masuk ke dalam semak-semak dan tidak terlihat lagi.
Viera menghentikan langkah ketika tak melihat keberadaan kelinci itu lagi.
"Pergi kemana kelinci itu, kenapa cepat banget ngilangnya?"
Nafas Viera tersengal-sengal, ia melihat sekelilingnya untuk mencari tau di mana letak keberadaan kelinci yang menggemaskan itu.
"Kelinci itu sembunyi di sebelah mana, kenapa cepat banget perginya"
"Aaah sia-sia aku ngejar dia sampai ke sini!" kesal Viera kala tidak menemukan keberadaan kelinci itu lagi.
Viera tiba-tiba terdiam, ia tersadar dengan apa yang sudah terjadi.
"Di mana aku ini, kenapa semuanya penuh dengan pohon" Viera mulai ketakutan saat tidak ada satupun orang yang ia lihat.
Sekelilingnya penuh dengan pohon dan pohon yang menjulang tinggi.
"Gawat aku terjebak di dalam hutan, aku harus segera keluar dari sini, aku tidak mau terjebak untuk selamanya di sini"
Dengan terburu-buru Viera berjalan untuk keluar dari sana, ia benar-benar ketakutan saat tidak ada satupun orang yang berada di sekitarnya.
Langkah demi langkah terus Viera lakukan, namun Viera masih tak kunjung bertemu dengan garis finisnya.
Tiba-tiba langkah Viera terhenti, ia menatap sekelilingnya yang terasa tidak asing.
"Ini bukannya tepat yang tadi, kenapa aku kembali ke sini lagi?"
"Masa iya aku tersesat, tidak!"
"Tidak mungkin aku tersesat, itu tidak akan terjadi, aku harus cari jalan keluarnya, aku tidak mau tersesat di dalam hutan"
Viera mulai panik saat ia bertemu dengan tempat di mana ia pertama kali berhenti.
"Bagaimana kalau aku beneran tersesat di sini dan gak bisa keluar, aku gak mau mati di sini, aku harus keluar dari sini, aku tidak boleh berlama-lama di sini"
"Ayo Viera kamu harus bisa keluar dari sini, kamu harus yakin kalau kamu bisa keluar dari sini"
Viera membulatkan tekad, ia masih terus meyakinkan dirinya kalau dia pasti bisa keluar dari tempat ini.
Dengan langkah pasti Viera kembali berjalan, ia melihat tempat-tempat yang ia lewati, namun semua tempat-tempat itu sangat ia kenali karena ia sudah melewatinya, itu membuatnya semakin bertambah gelisah campur panik, ia benar-benar takut tak bisa keluar dari dalam hutan itu untuk selamanya seperti apa yang ia bayangkan.
Viera berhenti di tempat yang sama, ia menjadi panik karena tidak kunjung bisa keluar dari dalam hutan.
"Bagaimana ini, aku gak bisa keluar dari sini, aku ingin keluar, aku tidak mau berada di sini, siapapun tolong aku, bawa aku pergi dari sini hiks hiks hiks" tangis Viera dengan memeluk tubuhnya sendiri.
Viera bersandar pada pohon yang berada di belakangnya, ia memeluk tubuhnya sendiri karena ketakutan sebab malam pelan-pelan mulai datang dan membuat suasana hutan bertambah gelap dan mencekam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments