Keesokan harinya.
Viera bangun pagi-pagi sekali, ia bersiap-siap untuk berangkat ke ladang juragan Doni yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.
Ketika Viera keluar dari dalam kamarnya, ia langsung melihat Munaroh yang berdiri di pagar tengah menantinya.
Dengan cepat Viera berlari mendekati Munaroh yang sedari tadi menunggunya.
"Ayo kita berangkat ke ladangnya juragan Doni" ajak Munaroh dengan penuh semangat.
Viera mengangguk senang, kemudian keduanya berjalan bersama-sama menuju ladang juragan Doni untuk bekerja.
Sekitar 15 menit barulah mereka berdua sampai di ladang juragan Doni.
Mata mereka melihat banyak sekali warga-warga yang berdatangan ke sana untuk bekerja juga.
"Mang Supri juragan Doni di mana?" Viera bertanya pada mang Supri yang lagi menyemprotkan cairan pengusir hama.
"Di kantor vir, dia pasti ada di sana" jawab mang Supri.
"Makasih mang, ayo mun kita ke sana"
Munaroh mengiyakan ajakan Viera, mereka berdua berjalan menuju kantor juragan Doni yang ada di ladang.
Ketika sampai di kantor sudah ada juragan Doni yang menunggu kedatangan mereka.
"Juragan" sapa Viera pada juragan Doni yang duduk di kursi kehormatannya itu.
"Akhirnya kamu datang juga, saya kira kamu gak jadi yang mau kerja di sini" jawab juragan Doni senang karena sedari tadi ia menunggu kedatangan Viera.
"Enggak kok juragan, Viera tetap akan kerja di sini, oh ya juragan Munaroh juga ingin kerja di sini, apa masih ada lowongannya?"
"Masih ada, lowongan di sini masih banyak, kalian berdua saya terima kerja" jawab juragan Doni.
Mereka berdua senang karena bisa berkerja di tempat yang sama.
"Terima kasih juragan" senang mereka.
"Sama-sama, kalian sekarang pupuk semua pohon durian yang ada di dekat hutan itu, pastikan semua pohon durian yang ada di sana di pupuk biar cepat besar" perintah juragan Doni.
"Baik juragan" jawab mereka berdua.
Mereka berdua mengambil pupuk yang juragan Doni tunjukkan lalu berjalan menuju tempat di mana pohon durian di tanam untuk di beri pupuk.
Viera menghentikan langkah dan menatap ke arah pohon durian yang umurnya masih beberapa bulan, tidak terlalu besar seperti yang di sebelahnya.
"Ayo vir kita mulai kasih semua durian-durian ini pupuk" ajak Munaroh.
"Iya ayo"
Mereka berdua dengan semangat memberikan pupuk pada pohon durian itu, sesekali mereka mengobrol dengan tangan yang terus bekerja.
Pohon-pohon durian di sana lumayan tinggi, setinggi tubuh Viera, namun masih belum berbuah.
Viera terus memberikan pupuk pada pohon durian itu, di sana hanya mereka berdua yang bekerja memberikan pupuk, tidak ada pekerja lainnya yang membantu mereka, karena pekerja-pekerja lainnya mempunyai tugas yang berbeda dengan mereka.
"Vir nanti kalau aku udah gajian aku bakal traktir kamu makan di warung bakso yang katanya enak itu" nazar Munaroh.
"Warung bakso yang terletak di jalanan raya itu kan?"
"Iya, di sana kata orang-orang baksonya enak, ada banyak variannya juga, nanti kita makan di sana, aku yang akan traktir kamu"
"Iya, aku akan terima dengan senang hati"
Mendapatkan traktiran gratis adalah hal yang tidak boleh terlewatkan menurut Viera.
Viera terus memberi pupuk, jarak antara ia dan Munaroh lumayan jauh, namun suara Munaroh masih ia dengar dengan jelas karena tempat itu sepi, tidak ada keramaian sama sekali.
Viera terus fokus memberi pupuk, ia tidak lagi mengobrol dengan Munaroh karena ia ingin segera cepat-cepat memberi pupuk itu agar kerjaannya cepat kelar.
Munaroh terus memberikan pupuk, ia berada di dekat hutan yang suram itu, ia terus fokus memberi pupuk pada pohon durian milik juragan Doni.
Tiba-tiba Munaroh merasakan ada tangan seseorang yang membekap mulutnya, Munaroh langsung panik, ia ingin berteriak namun ia tidak bisa karena orang misterius itu telah membekap mulutnya.
Orang misterius itu menarik paksa Munaroh untuk masuk ke dalam hutan yang gelap itu.
Munaroh memberontak, ia tidak mau masuk ke sana karena di sana terkenal dengan keangkerannya, namun orang misterius itu tenaganya lebih kuat dua kali lipat dari pada Munaroh sehingga Munaroh tidak bisa berkutik saat ini.
Tubuh Munaroh sudah lumayan jauh dari letak kebun durian itu.
Munaroh menyingkirkan tangan besar yang membekap mulutnya, ia dengan cepat melihat siapa yang sudah membawanya kemari.
"Juragan Doni" kaget Munaroh saat tau kalau ternyata juragan Doni yang sudah membawanya kemari.
"Juragan kenapa bawa saya kemari?"
"Kamu jangan berisik!" tegas juragan Doni.
Munaroh tersentak, ia terkejut dengan perwatakan juragan Doni yang berubah total, Munaroh melihat juragan Doni dari ujung kaki sampai ujung kepala, ia merasa ada sesuatu yang sangat ia takutkan ketika melihat juragan Doni.
"Apa yang mau juragan lakukan, kenapa juragan bawa saya kemari?" mulai ketakutan Munaroh saat melihat senyuman sinis dan licik milik juragan Doni.
"Apalagi kalau bukan menyentuh mu!" juragan Doni tersenyum penuh hasrat ke arah Munaroh.
"A-apa maksud juragan, juragan jangan macam-macam ya, saya bisa teriak!" ancam Munaroh dengan pelan-pelan memundurkan tubuhnya untuk menjauhi juragan Doni yang terus tersenyum penuh makna tersirat.
"Silahkan, silahkan kalau kamu ingin teriak, tidak akan ada yang mendengar teriakan mu!" juragan Doni tidak takut sama sekali dengan ancaman Munaroh.
Munaroh mulai gemetaran, ia terus memundurkan tubuhnya, pikiran-pikiran buruk datang menghampirinya ketika melihat juragan Doni yang masih diam di tempat.
"Saya ingin kembali ke perkebunan" Munaroh hendak keluar dari sana, ia merasa tak aman berada di sana lebih lama lagi.
Tiba-tiba tangan juragan Doni mencekal kuat kedua tangan Munaroh, juragan Doni menindih tubuh Munaroh ke pohon yang ada di sana.
"Juragan!" terkesiap Munaroh saat juragan Doni memperlakukannya seperti ini.
"Juragan lepaskan saya!"
"Tidak akan pernah, saya tidak akan pernah melepaskan mu, kamu hari ini saya terima bekerja di sini, dan untuk syaratnya, kamu harus layani saya" bisik juragan Doni di telinga Munaroh.
Munaroh langsung ketakutan, ia menjadi panik saat mendengar kata-kata mesum dari pria mata keranjang itu.
"Tidak, saya tidak mau, saya tidak mau mahkota saya terenggutkan hanya karena sebuah pekerjaan, kalau seperti itu saya tidak jadi kerja di sini, saya resign!"
"Tidak bisa, kamu tidak bisa resign, kamu harus tetap laksanain tugas yang saya berikan"
"Tidakkk, aku tidak mau!" teriak Munaroh histeris.
Munaroh memberontak, ia mendorong tubuh juragan Doni yang kekar, namun tubuh juragan Doni bagaikan batu, tidak bergerak sama sekali walaupun ia terus mendorongnya.
Juragan Doni memaksa Munaroh untuk melayani hasratnya, ia tidak peduli pada Munaroh yang kesakitan dan terus memberontak serta berteriak-teriak.
Ketika Munaroh memberontak juragan Doni tak segan-segan melayangkan pukulan sehingga banyak luka-luka memar di tubuh Munaroh.
Munaroh menangis, ia tak menyangka kalau ini semua akan terjadi padanya.
"Ibu bapak maafkan Munaroh, maaf Munaroh tidak bisa jaga diri, maafkan Munaroh pak bu hiks hiks hiks" batin Munaroh yang terus menangis karena sudah di rusak oleh juragan Doni.
Juragan Doni sangat puas karena setelah sekian lama ia merasakan tubuh gadis lagi setelah kematian Sekar.
"Setelah mu, saya akan merusak teman mu juga!"
Munaroh langsung menitihkan air mata, ia tidak mau Viera bernasib sama sepertinya, cukup ia saja yang di rusak oleh laki-laki tak bertanggung jawab seperti juragan Doni.
Munaroh adalah orang yang kesekian kalinya yang berhasil di rusak oleh juragan Doni si mata keranjang.
Juragan Doni menatap Munaroh yang lemas, ia mengeluarkan pisau tajam yang ia sembunyikan di perutnya, kemudian menyayat pergelangan tangan Munaroh.
"Aaaaaaahhh!" Munaroh menjerit saat pergelangan tangannya di sayat menggunakan pisau tajam itu.
Munaroh tidak bisa memberontak, tubuhnya lemas, ia tidak punya tenaga lagi untuk bisa menghentikan ulah jahat juragan Doni.
Darah mengalir dengan deras dari pergelangan tangan Munaroh yang menganga.
Juragan Doni meninggalkan Munaroh yang kesakitan, ia tidak peduli dengan nasib Munaroh setelah ini.
Munaroh terus menangis, ia merasa kalau hidupnya tidak lama lagi.
"Bapak ibu tolong aku, tolong selamatkan aku ibu hiks hiks hiks" tangis Munaroh.
Ia merasakan tubuhnya yang semakin lama semakin lemas, untuk berteriak ia sudah tidak punya tenaga lagi, alhasil ia diam dengan menatap ke atas langit, sesekali air mata mengalir karena tak menyangka kalau ada orang biadab membuatnya hancur berkeping-keping seperti saat ini.
"Vieraaa tolong aku" lirih Munaroh sebelum matanya terpejam dengan kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Anisha Andriyana Bahri
kejam betul si doni.. bkin cacat aja org kyk dia thor biar tau adanya karma.
2023-03-21
1