Dua kehidupan yang berbeda

Gelap...

Itu lah kata yang menggambarkan suasana ruang bawah tanah yang di lapisi baja itu. Hembusan asap rokok memenuhi ruangan di tengah remang-remang. Damian berdiri tegak menghadap ke arah kandang buaya peliharaan nya. Para buaya itu sudah cukup besar sekarang karena rajin di beri makan.

Philips datang sambil membawa sepucuk surat usang di tangan nya. Pria itu datang dengan terseok-seok.

"Arnold, seperti nya sekarang kita harus memperketat penjagaan" ujar Philips datar.

"Ya aku sudah memperkirakan akan adanya balasan dari Thunder grup" Arnold mendesah kasar.

Kenapa hidup mereka tidak pernah tenang? Itu karena setiap hari akan ada mangsa yang mati di tangan Salazar. Dan juga persaingan ketat antara mafia barat.

"Aku harus segera memberi tahu tuan Damian akan surat yang datang dari musuh ini" kata Philips memperlihatkan surat usang itu pada Arnold.

"Kenapa surat itu jelek sekali?" Tanya Arnold heran.

Philips menghela napas. Jika saja Arnold tau bagaimana cara ia mendapatkan surat itu, pasti Arnold akan muntah sama seperti nya tadi.

"Kau tau? Surat ini tadinya datang bersama seorang pengantar surat. Dan yang menjijikan nya, Aku harus memotong pangkal paha pengantar surat itu untuk mendapat kan surat ini" jelas Philips.

"Maksud mu?" Arnold tidak mengerti.

"Dasar bodoh, maksud ku surat ini tadinya di jahit di belahan pantat orang ini, lalu Aku harus mengorek lubang tai nya itu untuk mendapatkan surat ini" Philips memukul kepala Arnold.

Arnold terkekeh pelan. Sungguh menjijikkan. Namun itu hal yang lumrah, bahkan ada yang meletakan surat di kerongkongan dan lubang hidung.

"Tunggu lah tuan Damian selesai dengan peliharaan nya, jika kau mengganggu nya dia akan melemparkan badan mu ke kandang buaya nya itu" saran dari Arnold, lalu di angguki oleh Philips.

Di depan sana, Damian mendekatkan handphone genggam ke telinga nya. Ia sedang menghubungi asisten pribadinya.

"Datang lah ke basement, ada yang perlu ku katakan padamu"

Lalu panggilan itu mati setelah orang di seberang sana mengiyakan. Damian membalikan badannya. Para bawahan nya berdiri berjajar dengan tegap, memberi jalan pada tuan bermata Abu-abu itu.

"Arnold, Lee akan datang ke sini. Ada hal yang harus ku katakan pada kalian berdua. Bawa dia ke ruangan pribadi ku" ujar Damian datar.

"Baik tuan" Arnold membungkuk. Sebentar lagi teman tapi musuh nya itu akan datang dan ia di perintahkan untuk menuntun nya ke ruangan tuan Damian. Sungguh hal yang paling di benci oleh Arnold. Ia harus menyembunyikan bahwa kemarin tuan Damian menghukum nya karena kelalaiannya, kalau tidak Lee akan mengejeknya habis-habisan.

⚖️⚖️⚖️

Pintu ruang operasi terbuka. Viollet menghela napas lega. 4 jam berada di ruang bau obat dan darah itu membuatnya sesak. Viollet segera pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan.

"Kau beruntung Viollet! Si tua Damian itu tidak membunuh mu. Ahh aku sangat ketakutan" gumam Viollet. Semalam ini tidak  bisa tidur karena gemetar. Untung lah pagi ini ia sudah merasa lebih baik.

Seorang dokter lain masuk ke kamar mandi. Viollet melirik sebentar lalu kembali fokus pada keran air.

"Ups... Ah dokter Viollet, aku tidak menyangka bahwa akan bertemu dengan mu di sini" ujar Keyra, seorang dokter spesialis jantung. Ia lebih tua 3 tahun dari Viollet.

"Diam lah sialan, hentikan sikap sok manis mu itu" maki Viollet muak.

Viollet dan Keyra tidak pernah akur. Ada saja yang di ribut kan oleh keduanya. Entah itu pangkat atau apapun itu. Keyra selalu merasa lebih baik dari pada Viollet, dan ia juga sudah bekerja lebih lama dari pada Viollet. Tapi kenapa hanya Viollet yang selalu di puji dan mendapat penghargaan. Ia sungguh tidak Terima itu.

"Hoo... Mulut sampah mu seperti nya harus di jahit Vio, aku heran kenapa wanita jal*ng seperti mu selalu mendapat keuntungan?" Keyra melipat tangan nya di depan dada. Ia juga muak dengan tampang sok polos Viollet.

"Kau sangat dekat dengan dokter Wolsen, beri tau aku rahasianya, ku lihat dia menyayangimu" Keyra berdiri di samping Viollet dan merapikan anak rambut nya di cermin.

"Apa kau menjual tubuh mu padanya?" Bisik Keyra. Pergerakan Viollet terhenti. Ia menatap tajam Keyra yang mendelikan bahu. Berpura-pura tidak peduli.

Viollet tersenyum. Lalu menghadap ke arah Keyra. Tangan mungil nya merapikan kerah jas putih milik musuh rendahan nya itu.

"Jaga mulut bau mu itu Dokter yang terhormat, anda akan selalu kalah dari saya, karena saya terlahir sebagai pemenang. Harus nya anda malu merendahkan orang yang pangkat nya jauh di atas anda" Viollet mencekik batang leher Keyra.

Kuku tajam nya menembus ke kulit mulus dokter spesialis jantung itu. Membuat Keyra meringis perih.

"Berjuang lah pecundang, nikmati proses sia-sia mu itu" Viollet menghempaskan wajah Keyra ke samping, lalu pergi ke luar.

Keyra mematung kaku. Bahkan ia tidak melakukan apa-apa ketika Viollet berbuat demikian padanya. Menambah kebencian dalam diri Keyra. Ia semakin terobsesi untuk menjatuh kan martabat Viollet.

Di sisi lain, Viollet mempersiapkan kepindahan nya ke rumah sakit milik keluarga Salazar. Yahh... Karena mulai saat ini ia akan menjadi dokter pribadi Damian. Ia hanya akan melayani satu pasien seumur hidup nya.

Ada keuntungan besar dan juga kerungian besar baginya. Keuntungan nya, ia bisa bebas bertugas kapan saja ketika Damian memanggilnya. Serta gaji yang di terimanya perbulan sangat lah fantastis.

Kerugiannya adalah, ia harus siap melayani Damian ketika pria itu memanggilnya tengah malam atau sedang berada di tempat yang jauh dengan batas waktu kedatangan yang di tentukan oleh Damian. Jika terlambat ia harus menerima hukumannya.

Lalu, ia juga akan selalu gemetar ketika bertatapan dengan mata abu-abu yang menusuk milik Damian. Viollet bahkan tidak tau kapan ia akan terbiasa dengan Damian. Ia hanya berharap semoga Damian enggan untuk menemui nya.

Dan Viollet yakin, Damian pasti tidak terlalu membutuhkan bantuannya, karena pria itu tidak mudah terluka. Sekarang Viollet bisa tersenyum setelah memikirkan timbal balik bekerja pada seorang mafia.

Viollet bahkan baru tau jika keluarga yang sangat di hormati nya itu mempunyai bisnis ilegal di balik kata pengusaha. Memang orang tak bisa di tebak.

Di lorong rumah sakit, Viollet bertemu dengan dokter Wolsen.

"Vio, datang lah ke alamat ini" dokter Wolsen memberikan sebuah nota kecil ke pada Viollet.

Dokter muda itu memperhatikan kertas tersebut secara seksama. Ia belum pernah mendengar alamat ini sebelumnya.

"Tempat apa ini?" Tanya Viollet sambil memiring kan kelapanya tanda tidak mengerti.

"Ini rumah Tuan Salazar. Tuan Damian memintamu menemui nya sekarang" dokter Wolsen terkekeh pelan melihat ekpresi kaku Viollet.

Tunggu...

Apa katanya?

Damian ingin menemui nya?

SEKARANG!!!???

Terpopuler

Comments

Nur Fatimah

Nur Fatimah

bagus novel a seru ,

2023-05-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!