Dokter bertangan emas

Viollet pov;*

     Pintu lift terbuka. Segerombolan orang dengan pakaian putih dan stetoskop keluar sambil menyapa ku.

"Anda mau kemana Dokter viollet?" Tanya seorang dokter muda, namanya Harry. Dia lebih tua 2 tahun di atasku.

"Ah Aku di panggil oleh dokter Wolsen ke ruangan nya. Ada apa?" Tanya berbasa-basi.

"Tidak apa. Kau kelihatan cantik hari ini" puji Harry. Yahhh dia memang penggombal sejati. Aku berlalu ke dalam lift meninggal kan nya yang melambaikan tangan padamu.

Oh ayolah!!!

Apa tidak ada pria berkarakter fiksi di dunia ini? Aku mau pria tampan dengan hati iblis seperti di novel novel kesukaan ku.

Pria seperti itu belum pernah kutemui. Kebanyakan dari mereka adalah sampah. Mereka melihat wanita cantik lalu menyukai nya dalam sekali tatapan. Ciuh... Sungguh tidak logis.

Lagipula Aku masih muda. Dan Aku belum berniat untuk memiliki pasangan. Tentu saja Aku orang yang pemilih. Ibu dan ayah ku sudah meninggal. Dan Aku harus mengurus diri sendiri. Tinggal bersama paman dan bibi memang menyenangkan, tapi lebih menyenangkan lagi jika Aku tinggal sendiri.

Seperti kebanyakan wanita pada umumnya, Aku suka pada pria tampan dan kaya. Berhati dingin dan tatapan datar. Badan yang atletis dan dada yang bidang dengan 8 potong roti panas. Wahhh Aku sudah gila.

Ku arahkan kaki Ku ke ruang bertuliskan "Prof. Dr. Wolsen Williams" dan yang kutemui adalah seorang lelaki kepala 6 dengan rambut putih.

Dokter Wolsen menoleh ke arah Ku. Lalu mengkode agar Aku duduk.

"Ikut lah dengan Ku malam ini Vio. Dia sahabat Ku dan aku sudah berjanji akan membawa dokter kepercayaan Ku" pinta Dokter Wolsen lagi.

Aku merotasikan bola mata Ku. Pria tua bangka ini benar-benar memaksa. Tidak biasanya dia meminta sampai memohon begini. Aku kan tidak tega!!!

"Huuh baiklah Kapten" ujar Ku lesu.

"Aish jangan memasang wajah jelek begitu. Akan ku jamin sahabat Ku itu akan menyukai mu dan mengambil mu sebagai Dokter pribadi di keluarga nya" Dokter Wolsen menyemangati Ku. Aku hanya mengerucutkan bibir.

Dokter tua ini tertawa renyah. Dia sudah Ku anggap sebagai seorang ayah bagi Ku. Banyak jasa nya dalam masa belajar Ku hingga Aku sekarang sudah sukses menjadi dokter beda syaraf.

"Jam berapa dan di mana Aku harus pergi?" Tanya Ku membuyarkan lamunan ku sendiri.

"Salazar Resto jam 7 malam" Jawab dokter Wolsen lantang.

"Oke akan ku ingat" jawab ku malas. Lalu berbalik badan hendak keluar. Namun aku menyadari sesuatu. Tubuh ku mematung.

"WHATTT!!!??? SALAZAR RESTO!!!!!" jerit ku histeris. Kalian mungkin tidak tau tapi... Aghh itu kan nama restoran cepat saji paling terkenal di sini!!!!

Aku menatap dokter Wolsen lagi. Kulihat senyum menyebalkan di wajahnya. Ternyata si tua ini sudah menunggu keterkejutan ku.

"Aku tau kau kaya dokter Wolsen yang terhormat. T-tapi tapi ini... Aghh" ucap Ku tak bisa melanjutkan Kata-kata.

Aku sungguh frustasi. 24 tahun Aku hidup, belum pernah sekalipun Aku ke tempat mahal dengan harga fantastis itu. Ingin rasanya ku menangis.

"Hahahaha tenang lah gadis bodoh! Tuan Lou xing adalah sahabat Ku. Dan Aku juga mengenal Tuan Felix Elino Salazar" ucap dokter Wolsen sombong. Dagunya terangkat tinggi.

"Baiklah tuan dokter Wolsen yang terhormat dengan senang hati dokter muda Viollet ini menerima ajakan tuan dokter untuk menghadiri pertemuan ini" ucap Ku selembut mungkin. Aku mendapat jackpots.

"Ya ya ya keluar dar-"

Brak!!!

Aish dahi mulus Ku.

Dokter Wolsen menggeleng pelan. Belum selesai ia bicara tadi Aku sudah nyelonong pergi tanpa memperhatikan dinding di sebelah pintu. Al hasil Aku menabrak nya dan menimbulkan bunyi yang keras.

⚖️⚖️⚖️

Pantulan diriku di cermin tampak indah. Setelah obrolan Ku dengan dokter Wolsen tadi, Aku langsung pulang dan menyiapkan gaun terbaik.

"Aku akan memakai mu gaun kesayangan Ku. Buat Aku seperti Cinderella malam ini oke" Aku berkata sendiri dengan melihat pantulan ku di cermin.

Gaun malam berwarna hitam pekat dengan glitter emas. Hmm not bad. Aku melihat kamar ku. Lalu menepuk dahi pelan. Astaga Viollet! Apa yang kau lakukan? Kamar mu seperti tumpukan baju bekas sekarang.

Setelah menyimpan gaun cantik ku itu, Aku mengikat kepala dengan dasi dan menggulung lengan baju ku. Sudah lama Aku tidak membersihkan apartemen ini. Sudah ku putuskan, Aku akan membersihkan nya sekarang. Semangat!!!

Dua jam kemudian... 

     Tada...

Apartemen ku sudah bersih. Tinggal satu yang perlu ku lakukan yaitu membuang sampah. Semangat Viollet tiga jam lagi kau akan pergi ke istana dan menjadi Cinderella.

Ketika Aku ingin memasukan sampah ku ke tong sampah di lantai kamar ku seseorang berseru membuat ku menoleh.

"Nona tong sampah nya baru selesai ku bersihkan" ujar seorang petugas kebersihan.

"Kalau begitu Aku harus buang di mana?" Tanya ku polos.

"Tong sampah di lobby, semua sampah sudah ku buang ke sana"

Sepertinya orang ini baru bekerja di sini. Aku tidak pernah melihatnya dan dia tidak kenal aku.

"Bisa Aku minta tolong padamu, sampah ku begitu banyak dan ini sedikit ber-"

Sial!!!

Dia kabur.

Dasar tidak bertanggung jawab.

Dengan susah payah Aku menyeret kantong plastik hitam itu. Benar-benar menjengkelkan. Akan ku adukan dia pada atasannya. Tidak ramah huh bintang satu.

Aku mengomel dalam hati. Kenapa sampah ku sangat banyak? Iuuuhhhh Viollet apa sekarang kau menjadi dokter yang jorok? Aku menggeleng ribut.

Benar saja ketika Aku sampai di lobby, mobil pengangkut sampah sedang memindahkan sampah-sampah ke dalam truk.

"Hey nona perlu bantuan?" Tawar seorang dari mereka.

"Oh tentu terimakasih" kataku lalu pergi.

Akhirnya Aku berbaring juga di tempat tidur ini. Aku berguling-guling nyaman. Pinggang ku terasa kaku. Untuk mengisi waktu luang, Aku memakai masker. Wajahku harus fresh malam nanti.

Dering telpon mencuri perhatian ku. Ku ambil lalu merengut kesal. Itu Leo, mantan kekasih Ku. Pria gila ini bahkan masih menghubungi Aku setelah 2 bulan putus.

"Akhirnya kau mengangkat nya Vi, kau tau Aku sangat mencintaimu percayalah" ujar Leo dari seberang sana. Aku memcibir. Muak dengan pernyataan cinta palsu nya.

"Hentikan Leo kita sudah berakhir" ujar Ku malas.

"Tapi Aku tidak mau, kumohon kembalilah pada Ku" pinta Leo dengan nada amarah.

Aku menatap ponsel yang masih terhubung itu tak percaya. Berani sekali pria sialan ini marah pada Ku.

"Berhenti menghubungi Ku atau ke cakar wajah jelek mu"

Aku kembali merebahkan badan di kasur. Memilih menonaktifkan handphone. Lama terdiam, mataku mulai menutup. Rasa kantuk menyelimuti Ku dan aku pun terlelap dalam tidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!