Man who can't die

Damian pov:3

Aku bangun dengan wajah datar. Ku lihat gadis yang Ku sewa semalam masih bergemul dengan selimut. Aku menghela napas berat. Ku duduk kan badan Ku sambil merenggangkan otot-otot badan.

Ceklek...

Pintu di buka dari luar, membuat Ku menoleh.

"Memesan wanita murahan lagi Damian?" Tegur Lou xing pada Ku. Yeahhh dia ayah Ku kalian tau itu.

"Berhentilah mengatur hidup Ku dad" Aku bergegas mengenakan boxer Ku dan beranjak ke kamar mandi.

"Dengar... Daddy ada pertemuan dengan dokter Wolsen, kau tau? Dia ingin mengenal mu" ujar Daddy masih berdiri di ambang pintu. Ia yakin bahwa Aku mendengar nya.

"Aku tak punya urusan dengan sampah" jawab Ku dari kamar mandi.

"Jaga mulut busuk mu Damian. Dia sahabat Ku dan dia akan Ku jadikan dokter pribadi mu mulai sekarang" Lou mendudukan bokong nya di sofa. Lalu memandang jijik ke arah gadis yang masih tidur di ranjang Ku itu.

Aku keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi ku, Lalu terkekeh melihat ekpresi daddy ku yang seolah muak itu.

"Apa kau suka yang seperti itu nak? Apa kau suka melakukan *** dengan orang asing?" Tanya Daddy serius.

"Mereka mainan Ku dad, setidaknya aku puas" jawab ku cuek. Mereka memang mainan dan tidak ada artinya bagi ku. Hanya seorang pemuas nafsu sampai Aku menemukan wanita yang kusukai.

Lou mendesah berat. Sudah berapa gadis yang ia kenalkan pada Damian dan akhirnya pun sama saja. Gadis itu mati setelah berkencan beberapa hari dengan nya.

"Terserah kau saja, tapi Daddy minta agar kau datang di pertemuan tertutup ini" Aku mendengarkan sambil menaikan alis. Apa sepenting itu?

"Memang penting Damian! Kalau tidak Aku tidak akan datang ke kamar bau ****** mu ini" sungut Daddy. Membuat ku merasa malu. Pria tua yang menjengkelkan.

"Baiklah Aku akan ikut, jadi keluarlah"

Daddy beranjak pergi. Ku lirik jam dinding, masih jam 10 pagi. Itu artinya aku masih punya 2 jam untuk bersantai sebelum Aku pergi ke kantor.

Tapi sebelum itu, Aku harus mengusir benda ini dari hadapanku. Aku memercikan air ke wajah gadis yang masih tidur dengan posisi terlentang itu.

mata gadis itu mengerjap pelan. Lalu menoleh ke arah Ku sambil tersenyum.

"Morning tuan Damian" sapanya padaku.

"Pergilah, Aku sudah tidak membutuhkan mu lagi" gadis yang entah siapa namanya itu mengangguk lalu mencium pipi Ku sekilas. Setelah berpakaian dia pergi dari kamar Ku.

⚖️⚖️⚖️

Langkah kaki indah menuruni anak tangga menuju ruang makan. Kaki jenjang nya bak dewi Afrodit sangat dewi kecantikan. Ia adalah putri dari Felix Elino Salazar, yaitu Luis Bellen Salazar. Ibu dari Damian Carl Salazar.

"Morning malaikat kecil Ku" sapa mommy pada Damian. Damian menatap jengah. Kapan Ia bisa tumbuh dewasa di mata ibunya itu.

"Stop it mom! Aku muak" sungut Damian.

"Hohoho kau menggemaskan sayang" Luis tidak peduli. Baginya harta yang paling berharga adalah Damian kecilnya. Hmmm walaupun sebenarnya tidak kecil.

"Kau akan pergi lagi?" Tanya Lou pada Luis, istrinya. Pelayan mengambil kan sepiring spageti untuk Luis.

"Kau tak lihat Aku sudah rapi!?" Luis menjawab sinis. Mereka memang selalu bertengkar ketika bertemu. Namun itu yang menjadikan kedua orang tua Damian begitu harmonis.

"Aku hanya bertanya. Nanti malam Aku dan Damian akan pergi menemui Wolsen" ujar Lou sambil memakan spageti miliknya.

"Benarkah?" Tanya Luis berbinar. Jarang suami dan anak nya itu pergi berdua. Kecuali untuk urusan bisnis.

"Sepertinya kau tertarik?" Lou tersenyum mengejek.

"Tentu sayang. Aku juga ingin pergi dengan anak dan suami tercinta Ku ini" Luis tersenyum lebar.

"Baiklah kau boleh ikut, tapi kau harus membayarnya" Lou menggembungkan pipi. Minta di cium.

Tanpa penolakan, Luis mencium pipi suaminya itu bolak-balik.

Brak!!!

Luis dan Lou menoleh. Damian menggebrak meja hingga separuh kacanya pecah. Lelaki itu memandang kedua orang tuanya nyalang. Ada kobaran api di kedua matanya.

"Menjijikkan! Ku ingat kan pada kalian bahwa Aku masih di sini" Damian berkata dengan datar.

"Kau iri nak?" Ejek Daddy nya. Luis hanya tersenyum. Damian membuang wajah ke samping. Ia akui bahwa dirinya iri.

Damian beranjak pergi. Mood makan nya sudah hilang. Sebelum Daddy tuanya itu semakin gencar mengejeknya, sebaiknya Damian segera pergi.

"Carikan wanita untuk nya sayang, dia sudah mulai melampiaskan nafsu bejat nya pada wanita panggilan" ucap Lou serius.

"Kau ingat terakhir kali dia Ku kenalkan pada anak teman Ku!?" Luis melipat tangan di dada. "Huh gadis malang itu sudah menjadi abu sekarang" sambungnya.

Lou mendesah. Benar apa yang di katakan istrinya itu. Anak nakal nya itu sangat ringan tangan. Ia membunuh apa saja yang di anggapnya mengganggu. Damian sungguh mewarisi darah Lou.

"Tapi untuk apa kau mengadakan pertemuan dengan Wolsen?" Tanya Luis

"Nanti kau juga akan tau" jawab Lou misterius. "Aku pergi dulu" Lou mencium kening Luis lalu beranjak meninggalkan.

Setelah kepergian suaminya, Luis menelpon seseorang untuk membatalkan janji nya hari ini.

"Athie bisa kita tunda pertemuan nya?"

"Auh kenapa tante?"

"Ada sesuatu yang harus tante bereskan. Kau mengerti bukan?"

"Baiklah tante. Kabari saja Aku jika tante perlu bantuan Ku. Aku juga tidak sabar ingin bertemu dengan Damian setelah sekian lama"

"Kau harus sabar. Kau tau kan bahwa Damian orang yang bertangan ringan. Kau bisa mati jika mengusik dirinya. "

"Lalu Aku harus bagaimana? "

"Bersabar lah! Aku dan Lou akan mencari cara agar Damian mau menerima mu"

"Baiklah tante, Aku mempercayakan nya padamu"

"Kututup telponnya"

"Iya. Aku menyayangi tante"

Luis mematikan telpon nya. Ia menyimpan kembali benda pipih itu di dalam tas tangan nya. Ini yang terakhir Ia membantu Damian mencari istri. Setelah ini Luis tidak akan ikut campur lagi masalah percintaan anak lelakinya itu.

Jika bukan wanita cantik, sexy, mapan, cerdas dan berpendidikan tinggi, lalu wanita seperti apa yang di ingin kan oleh anak nya itu. Umur Damian tidak lagi muda. Ini sudah waktunya Ia menikah dan berumah tangga.

Luis meninggalkan meja makan. Ia harus mencari cara agar anak nya itu mau pada Athie. Ya! Gadis yang baru saja berkomunikasi dengan nya barusan.

Athie atau Atanasia.

Gadis tomboi, seorang penembak jarak jauh bawahan suaminya. Bukan kah begitu cocok? Keluarga mafia yang memiliki menantu seorang penembak jitu.

Luis yakin Damian akan tertarik dengan Athie karena mereka sama-sama berdarah dingin. Luis hanya berharap semoga Damian mau membuka hati untuk wanita pilihan nya itu. Kalau pun Damian tidak suka, Ia akan sulit membunuh Athie. Karena Atanasia adalah gadis lincah yang sulit mati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!