Sore pun beranjak malam, waktu menunjukkan pukul 11 malam.
Laras baru selesai membereskan dan membersihkan gudang sekaligus kamarnya itu.
Seluruh badan merasa pegal tetapi dia cukup senang karena sekarang dia bisa tidur lebih nyaman dan bersih meskipun masih banyak perabotan di gudang yang memenuhi ruangan.
Tidak masalah bagi Laras tidur di tempat seperti ini, selama ini juga dia sudah terbiasa tidur di ruangan sempit.
Arga keluar kamar dan menuju dapur. Matanya terpana mendapati dapur telah rapi kembali dan perabotan juga telah bersih, semuanya tersusun rapi di rak piring.
"Ternyata dia rajin sekali. Tadi dapur ini kotor, berantakan karena ulahku, tapi sekarang sudah bersih dan kembali rapi," batinnya sedikit mengagumi kerja Laras.
Arga duduk di meja makan sambil menopang satu kaki ke atas kaki satunya lagi. Kedua alisnya sempat bertaut karena teh hangat telah tersedia di gelas yang ditutup dengan rapi.
Segera Arga menghirup teh itu dan menikmatinya.
Lagi dan lagi... pria itu begitu menikmati teh buatan istri yang telah dibuatnya menangis hampir seharian ini.
"Benar-benar enak dan nikmat teh buatannya," gumam pria tampan itu.
Arga menoleh ke kanan dan kiri, sepertinya ada sesuatu yang dicari.
"Dimana dia? Apa sudah tidur?," fikirnya menebak.
Sambil berjinjit, pria itu berjalan pelan seperti maling, mendekati kamar Laras.
Dia menempelkan telinga ke pintu. Tidak ada suara apapun yang terdengar dari dalam.
"Apa dia sudah tidur?," fikirnya lagi terus menebak-nebak dengan rasa penasaran.
Arga mencoba mengintip dari balik tirai jendela, tetapi tidak kelihatan apapun karena gordennya tertutup rapat.
Karena tak bisa melihat apapun dari balik jendela, Arga pun melangkah ke pintu dan lambat membuka handle pintu. Sedikit kepalanya menjolor di balik pintu, mengintip ke dalam dan mengamati seluruh ruangan.
"Ternyata dia belum tidur. Sejak jam berapa dia membersihkan dapur dan gudang ini?," mata Arga terus mengawasi Laras yang sedang menyapu.
Tak lama kemudian, Laras telah selesai menyapu dan membentang karpet kecil seukuran badannya, meletakkan bantal usang di atasnya.
Dia mendudukkan tubuh bersandar di tembok sambil menghempaskan nafas, membuang rasa lelah yang menghampiri. Mengurut kecil tangan, kaki dan pinggangnya. Sepertinya Laras begitu kelelahan. Di balik pintu, Arga memperhatikan tanpa bersuara. Ada rasa iba melihat keadaan Laras. Dia tahu, wanita itu pasti lelah dan merasakan sakit. Tetapi perasaan iba itu dengan cepat ditepisnya. Dia tidak ingin mengasihani wanita yang telah memanfaatkan mamanya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Tak berapa lama, Arga pun menutup pintu pelan, lalu kembali masuk ke kamarnya.
Dia segera naik ke tempat tidur, menyalakan AC dan menarik selimut menutupi setengah badan. Matanya sudah terlalu mengantuk. Badannya juga sangat lelah padahal dia tidak melakukan apa-apa di rumah. Bagaimana dengan kondisi Laras? Yang sejak tadi memasak, membersihkan gudang ditambah harus menerima perlakuan kasar hingga membuat tubuh serta hatinya berdarah? Pria egois. Hanya merasakan kelelahannya tanpa memikirkan kelelahan serta rasa sakit yang ditanggung istrinya.
Tak berapa lama, pria itu telah terlelap di atas kasur empuk.
Laras yang sedari tadi duduk berselonjor menyandar di dinding mulai terasa mengantuk.
Tangannya menggapai tas pakaian warna pink yang telah terlihat usang di sampingnya. Dia membuka tas dan mengeluarkan sebuah selimut tipis motif kembang-kembang yang juga senasib seperti tasnya, mulai nampak usang dan rapuh.
"Untung ada selimut, walau tipis setidaknya bisa mengurangi rasa dingin dan bisa sedikit menjaga dari gigitan nyamuk," gumam Laras pelan sambil tersenyum berusaha menghibur lara-nya.
Perlahan-lahan wanita itu membaringkan tubuh dan memakaikan selimut hingga ke dada. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh tempatnya sekarang berbaring.
Sesekali dia meniup luka yang ada di telapak tangannya, yang hanya dibasuhnya dengan air, karena dia tidak memiliki obat luka. Dan sangat tidak mungkin dia meminta pada tuan kaya itu, sesuatu yang mustahil.
Fikiran Laras melayang kepada mama mertuanya, sambil memejamkan mata, dia memikirkan sesuatu yang mengganjal hatinya.
"Gimana kalau mama tahu tentang semua ini? Apalagi kalau sampai mama melihat aku dan tuan Arga tidur di kamar yang berbeda? Apa yang akan dilakukan Mama pada tuan Arga? Apa Mama akan memarahinya?," hatinya berbisik, tak lama dia pun tertidur.
Kini, suasana rumah besar itu begitu hening, sepasang suami istri itu telah lelap dalam tidur.
Hanya sesekali dengkuran Arga terdengar lepas tak ada sedikit pun beban. Memecah kesunyian malam tanpa menghiraukan istrinya yang tidur di lantai kedinginan dengan penuh luka di tubuh serta hatinya.
...*******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Nita
belum tau si Arga kalau istri udah pergi 🥺
2024-05-31
1
Itha Fitra
s'moga di sa'at arga mulai mmbuka hati,di sa'at itu pula istri ny pergi
2023-08-03
5
Yunerty Blessa
sungguh kejam kau Arga terhadap Laras isteri mu
2023-07-29
1