10 - MENANGIS DI GUDANG

Di dalam gudang tangis Laras seketika pecah. Dia menangisi nasib malang yang terus-terusan menimpanya.

Pernikahan pertama telah melukai hatinya, menyayat perasaannya.

Sekarang pernikahan kedua juga telah sangat melukai mengoyak jiwa dan hatinya.

Laras kembali teringat kejadian dua tahun lalu, dimana masa kehancurannya terjadi.

Saat usianya 24 tahun dan dia masih tinggal di kampung bersama sang nenek yang teramat disayanginya.

Tamu sudah ramai berkumpul di gedung tempat diadakannya acara akad nikah Amy, sahabat Laras.

Laras juga tampak anggun memakai kebaya coklat muda, senyum bahagia menghiasi bibir gadis cantik itu menghadiri akad nikah sahabatnya.

Dua jam menunggu tetapi calon mempelai wanita tak kunjung datang.

Orang tua Amy juga bertanya-tanya mengapa Amy belum datang padahal acara sudah harus dilangsungkan jam 09:00 pagi tetapi sampai jam 11:00 siang calon mempelai wanita tak kunjung hadir.

Hermanto, ayah dari si calon mempelai pria tiba-tiba muncul di depan Laras, menarik tangan gadis itu dan membawanya ke sudut ruangan.

"Kamu harus menggantikan Amy, kamu sahabatnya Amy kan? jadi kamu harus bertanggung jawab karena sahabatmu itu telah menipu anakku!,"

"Tidak om, aku tidak mau! Mengapa aku yang harus bertanggung jawab?! Aku tidak mau menikah dengan anak om!," Teriak Laras berusaha menyelamatkan diri sambil berusaha melepaskan tangan Hermanto dari lengannya.

"Kalo kamu tidak mau maka nyawa nenekmu jadi taruhannya, aku akan menyuruh anak buahku mencelakai nenekmu yang sudah tua itu! Apa kamu mau nenekmu mati di atas tempat tidur dengan hidung tertutup bantal??!!," ancam Hermanto serius.

Betapa besarnya rasa sayang Laras untuk sang nenek, sehingga dia rela menuruti kemauan Hermanto.

Tidak mau terjadi sesuatu kepada neneknya seperti yang Hermanto katakan, dengan sangat terpaksa dan tangis yang tak henti-hentinya, gadis itu pun akhirnya terpaksa menikah dengan pria yang tidak dicintainya.

Tiga bulan pernikahannya, Athar sama sekali tidak mau menyentuh Laras.

Athar sangatlah jahat. Setiap hari kerjanya mabuk, pulang ke rumah tubuh Laras yang menjadi sasaran amarah Athar. Dipukul dan disiksa.

Hati Athar hancur sepeninggal Amy, sehingga dia selalu melampiaskan kemarahannya dengan mabuk dan berujung memukuli Laras.

Belum lagi kedua mertua dan ipar Laras sama jahatnya seperti Athar. Mereka hampir setiap hari menyiksa Laras dan menjadikannya pembantu.

Setelah tiga bulan pernikahan Athar dan Laras, Amy tiba-tiba muncul entah darimana dan meminta kembali ke Athar.

Dengan sangat bahagia, Athar menerima kehadiran Amy kembali.

Sementara orang tua Athar menyetujui keputusan anaknya dengan alasan hanya dengan Amy anaknya bisa bahagia.

Sementara Laras? Dalam waktu dua minggu Athar menceraikannya. Athar sendiri yang mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama.

Setelah surat cerai diterima Athar, Laras pun diusir dari rumah tanpa membawa harta sedikit pun. Hanya satu tas pakaian Laras yang dibawa pulang ke rumah neneknya.

Awalnya Laras tidak ingin menceritakan semua penderitaannya kepada sang nenek, tetapi tetangga rumah Laras yang tau kehidupan Laras seperti apa saat menikah dengan Athar, tetangga tersebut yang menceritakannya kepada nenek Laras.

Saat neneknya mendengar Laras disiksa dan diceraikan begitu saja oleh Athar, neneknya sangat terpukul dan meninggal dunia di hari dimana Laras pulang ke rumah.

Hancur hati Laras sehancur-hancurnya. Satu-satunya orang yang dimiliki dan disayanginya sekarang telah pergi untuk selama-lamanya.

Setelah beberapa bulan sejak neneknya meninggal, Laras bertekad pergi dari kampung, menuju kota Jakarta.

Dan di sini kehidupan baru Laras, dimulai...

Laras sempat bekerja sebagai pelayan di rumah orang kaya namun hanya satu hari bekerja Laras nekad kabur karena majikannya hampir melecehkan dirinya.

Dengan berbekal uang seadanya Laras bertahan hidup di kota besar itu.

Tak jarang Laras hanya makan satu kali sehari, tidur pun di masjid atau musholla. Tak masalah Laras tidur dimana pun, yang penting dirinya aman, tidak ada laki-laki yang menggangu apalagi melecehkannya, itu sudah lebih dari cukup.