Mobil terus melaju dengan kecepatan pelan. Untung jalanan tidak terlalu macet dikarenakan hari libur. Mungkin sebagian orang masih terlelap tidur dan bersantai di rumah.
Rico, asisten pribadi Arga sekaligus sahabatnya, yang sedari tadi menyetir mengalihkan pandangan matanya ke kaca spion melihat dua insan yang ada di belakangnya.
Sepasang suami istri itu hanya duduk diam tak mengeluarkan satu patah kata pun.
Dimana sang pria berjas rapi dengan muka angkuhnya tetapi tetap terlihat tampan tengah menatap ke luar kaca mobil.
Entah, apa yang sedang dia fikirkan, hanya giginya mengatup rapat sambil sesekali jari telunjuknya mengetuk kaca jendela mobil.
Pandangan Rico beralih ke sosok wanita yang duduk membeku di sebelah Arga.
Kepalanya tertunduk, mulutnya diam membisu, sambil memegang gelisah jemari tangan di atas pahanya, sepertinya dia tidak berani menoleh pada pria di sampingnya.
Dan cara yang paling aman untuknya saat ini adalah menunduk dan diam sembari berdoa dalam hati semua akan baik-baik saja.
Namun doanya tidak mampu menghilangkan ketakutan. Rasa takut dalam hatinya semakin besar tatkala dia melihat tangan Arga terus mengetuk kaca jendela mobil yang terdengar semakin keras. Apa yang harus dia terima setelah sampai di rumah Arga?
Itulah yang menjadi pertanyaan di hatinya membuat bulu kuduknya merinding.
"Berhenti di sini!", Perintah Arga tiba-tiba.
Mendadak Rico menginjak rem dan menepikan mobil pas di pinggir jalan, tetapi tidak masuk ke parkiran mini market.
"Tunggu di sini", ujar Arga sambil membuka pintu dan keluar dari mobil.
Baik Laras maupun Rico serempak menoleh ke arah Arga yang telah berjalan cepat menuju mini market.
"Tuan, apakah namamu Rico?", Laras tiba-tiba berani mengeluarkan sebuah suara setelah Arga keluar dari mobil.
Rico yang ditanya langsung menoleh sedikit ke belakang.
"Iya benar, aku Rico. Kau Laras kan?", tanya Rico pula sembari tersenyum ramah.
"Iya tuan, aku Laras, apakah tuan setiap hari bersama mas Arga?" tanya Laras lagi.
"Iya, hampir setiap hari aku bersama Arga. Mengurusi pekerjaan kantor dan tidak jarang ikut menyelesaikan urusan pribadinya," terang Rico nyengir kuda, menyipitkan sebelah mata.
"Oh iya kau tidak perlu memanggilku Tuan. Panggil saja Rico. Karena kalau memanggil tuan itu terlalu kaku, seperti si Arga. Kaku dan dingin," Rico tersenyum menggeleng-gelengkan kepala.
Laras pun mengangguk tersenyum dan hendak bertanya lagi kepada Rico, tetapi niatnya diurungkan karena dia melihat Arga telah berjalan menuju mobil.
Semenit kemudian, Arga telah berada di dalam mobil. Duduk dengan angkuh lalu membuka plastik kecil di tangannya lalu melemparkan satu botol Nescafe dingin kepada Rico.
"Thank's bro!", Rico dengan cekatan menangkap botol itu.
Arga hanya diam lalu sibuk membuka botol air mineral yang ada di tangannya lalu meneguknya sampai bersisa setengah.
Rico yang melihat itu merasa heran dan langsung melontarkan pertanyaan.
"Loh, mengapa kau minum sendiri? Kau tidak membelikan minuman untuk Laras? Dia juga pasti haus," Rico bertanya heran.
"Kalau dia mau, dia bisa turun sendiri membelinya! itu pun kalau dia punya uang !!," tukas Arga kembali meneguk air mineral itu hingga kandas.
"Dasar gila kau!," desis Rico tak terima.
"Ini Laras, ambil punyaku," Rico menyodorkan minumannya kepada Laras.
Tetapi dengan halus Laras menolaknya.
"Terima kasih Co. Tidak perlu. Aku belum haus. Kau saja yang minum," wanita itu pun tersenyum samar, kembali menundukkan kepala.
Arga tidak peduli dengan jawaban Laras, dia kembali memfokuskan pandangannya keluar seolah menutup telinga.
Mobil kembali bergerak, ketiga orang di mobil itu kembali senyap dengan fikiran masing-masing.
Rico menghentikan laju mobil karena di depan terlihat rambu lalu lintas berwarna merah.
Saat Mereka masih duduk tanpa suara, Laras melihat sesuatu di sepatu Arga. Wanita itu membungkukkan badannya lalu mengulurkan tangan menggapai sepatu suaminya.
"Maaf, ada bekas tissue di sepatumu..," ujar Laras mengambil sedikit robekan tissue yang menempel di ujung sepatu Arga. Mungkin saat ke mini market tadi, Arga tak sengaja menginjak tissue hingga menempel di sepatu mahalnya.
Arga yang tidak menyangka Laras menyentuh sepatunya langsung menghentakkan kaki menyingkirkan tangan Laras.
"Singkirkan tanganmu wanita kotor! Itu akan mengotori sepatuku!," bentak Arga membelalakkan mata ke arah Laras dengan tatapan bengis seakan ingin menguliti wanita malang itu.
Laras terkejut bukan kepalang, jantungnya berdegup kencang, dia merasa sangat takut mendapat perlakuan itu. Tanpa menunggu lama, spontan menjauhkan tangan dari kaki Arga sambil berkata sedikit gemetar.
"Maafkan aku..," terdengar suara itu mulai bergetar dan ada isakan tertahan dari mulutnya.
Rico yang melihat itu juga sangat terkejut.
"Hei Ga! Tidak pantas kau berbuat seperti itu kepada istrimu sendiri!," protes Rico menoleh tajam ke arah Arga.
Arga balik menatap Rico tak berkedip.
"Tidak perlu ikut campur! ini urusan rumah tanggaku!," pangkas Arga masih dalam tatapan tajam ke arah Rico.
Rico terdiam tak menjawab. Dia juga merasa tidak pantas jika terlalu mencampuri rumah tangga sahabatnya itu.
...*******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Alifah Azzahra💙💙
Mulai ada bawangnya 😭😭
2025-02-12
1
Nita
mulai berasa sedihnya 😭
2024-05-31
1
Inooy
siap2 air mata meluncuuuur......
2024-05-26
1