Entah mengapa, Elsa yang tadinya terlihat sedih kini malah berubah senang saat tau Umi mengajaknya berbelanja bersama, hanya berbelanja? apakah itu menyenangkan? kurasa tidak, malahan jika aku menemani Umi sangat terasa bosan sekali. Rafa terus saja memikirkan Sifat aneh dari Elsa.
Rafa terlihat menyandarkan kepalanya ke sandaran mobil saat Sinta dan Elsa sudah keluar dari mobil dan kini sudah memasuki supermarket. Mata Rafa tak sengaja melihat sesosok wanita berbaju gamis serta hijabnya sepanjang perut yang dikenanya itu baru saja keluar dari supermarket.
"Syifa!"
Rafa memanggil ketika sudah keluar dari mobil saat wanita itu ingin memberhentikan sebuah taxi namun karna merasa ada seseorang yang memanggilnya, dia mengurungkan niatnya untuk memberhentikan taxi dan berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Mas...?"
"Rafa, nama saya Rafa."
Rafa yang mengerti kalau Syifa tidak mengetahui namanya pun langsung menyambar sekalian kenalan pikirnya.
"Oh iya.. Mas Rafa yang manggil Syifa tadi bukan?"
Hanya ingin memastikan saja, Syifa bertanya dengan suaranya yang lembut seperti biasanya yang dapat meluluhkan setiap hati yang mendengarnya.
"Iya saya yang manggil kamu.."
Aduh.. kok Rafa jadi merasa gugup gini yak? padahal tadi kan dia juga reflek keluar mobil dan langsung manggil nama Syifa gitu aja.
"Em.. cuman mau mastiin aja ya Mas?"
Seolah mengingatkan kejadian beberapa hari yang silam, Syifa bertanya sambil terkekeh kecil agar Rafa tidak tersinggung.
"Hehe tau aja.." Sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Syifa habis belanja?"
Rafa berusaha menghilangkan kegugupannya dengan mencari topik pembicaraan.
"Iya nih Mas, baru aja mau pulang tadi eh tiba-tiba denger ada yang manggil."
Syifa mengangkat kantong belanjaan nya sambil terus tersenyum.
"Hehe.. sudah mau pulang ya?."
Syifa mengangguk.
Rafa bingung harus bertanya apa sekarang.
"Emang rumahnya dimana?"
Tiba-tiba kalimat itu meluncur begitu saja dengan sempurna malalui mulut Rafa.
"Di depan mesjid Al-Qoriyyah mas."
"Mesjid yang beberapa hari yang lalu kita pernah ketemu bukan?"
"Iya Mas betul."
Rafa sebenarnya sudah menduga namun dia ingin memastikan juga.
"Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan saya pamit mau pulang dulu Mas."
Syifa baru menyadari bahwa mereka sedang berbicara di pinggir jalan dan tak luput dari pandangan orang-orang yang lewat berlalu lalang.
"Ohh..."
"Rafa!"
Rafa dan Syifa serentak menatap ke arah samping, Sinta dan Elsa terlihat mendekat ke arah mereka dengan tatapan tanda tanya dengan Elsa yang menenteng satu buat kantong plastik besar.
"Ohh.. Umi.. Elsa..?"
Kini Rafa menatap Ibunya, Elsa dan Syifa secara bergantian.
"Dia siapa nak?"
Bisa terlihat jelas dari pancaran mata Sinta jika dirinya menyukai wanita yang sekarang berada di depannya.
"Kenalkan.. ini Syifa teman Rafa.."
Beralih ke Syifa yang terlihat tersenyum ramah ke arah Sinta dan Elsa.
"..dan Syifa ini Umiku dan ini Elsa."
Elsa terlihat tidak senang ketika mengetahui Ibu mertuanya terus saja menatap wanita yang entah siapa itu dengan tersenyum senang.
"Assalamualaikum Umi.. Mbak Elsa."
"Waalaikumsalam sayang, kau sangat manis."
"Terima kasih Umi, Umi juga pasti sangat cantik."
Elsa semakin kesal saat mendengar Ibu mertuanya malah memuji wanita itu, bahkan dia enggan membalas salam dari Syifa.
"Kalau begitu Syifa pamit duluan Umi, Mas Rafa dan Mbak Elsa."
Syifa mencegat taxi yang lewat kemudian langsung masuk ke dalam taxi dan segera pulang setelah sebelumnya sudah berpamitan dengan Rafa dan Uminya serta wanita yang sekarang sedang memenuhi isi kepala nya.
Dia merasa tidak asing dengan wanita itu, dia seperti pernah dekat dengannya tapi Syifa juga lupa kapan dan dimana dirinya pernah bertemu? bahkan dirinya masih satu minggu menetap di tanah air. Lagi pula jika mereka pernah dekat tidak mungkin juga kan kalau wanita itu tidak mengenali nya?.
Sepanjang perjalanan Syifa terus mencoba mengingat ngingat apakah dia pernah bertemu dengan Elsa dan kapan hingga tidak sadar jika Taxi sudah sampai di depan rumahnya.
"Mbak.. Sudah sampai."
Merasa tidak ada jawaban, Sopir taxi itu memutar sedikit lehernya agar bisa melihat Syifa, dia bisa melihat Syifa yang sedang melamun tak menyadari tegurannya.
"Mbak.. halo Mbak..?"
Sambil melambaikan tangannya di depan wajah Syifa berharap wanita berhijab itu segera sadar dan membayar ongkosnya, bagaimana pun dia masih memiliki pelanggannya.
"Eh.. kenapa pak?"
Berhasil. Syifa akhirnya sadar namun belum bisa mengendalikan dirinya.
"Kita sudah sampai Mbak."
Sopir taxi itu berusaha terlihat tetap ramah meski di dalam hatinya dia terus menggerutu kesal.
"Ohh sudah sampai ya..."
Syifa keluar dari dalam taxi saat sebelumnya sudah membayar ongkosnya Shifa langsung masuk ke dalam rumah sederhana yang terlihat sangat terjaga itu.
*****
Sedangkan di depan supermarket, setelah kepergian Syifa mereka juga memutuskan untuk masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju rumah yang jaraknya sudah tidak terlalu jauh.
Namun selama perjalanan Elsa terus memikirkan wanita yang bernama Syifa itu, dia berpikir Siapa wanita Itu? kenapa terlihat dekat dengan Rafa? bukannya selama ini Rafa tidak pernah dekat dengan seorang wanita? Apa itu kekasih nya? tidak, tidak! Rafa tidak memiliki kekasih Elsa yakin itu, namun siapa dia? Wajahnya juga sangat familiar dirasa Elsa merasa pernah dekat sebelumnya, namun siapa dia?.
Elsa terus Saja memikirkan Wanita yang katanya adalah teman Rafa itu, Ingin rasanya Elsa bertanya kepada Rafa namun di urung nya karna tidak memiliki keberanian, memangnya siapa dirinya hingga berani-beraninya bertanya seperti itu?.
Namun Elsa masih tidak bisa mengusir rasa penasarannya hingga mobil yang mereka tumpangi itu sudah mendarat dengan sempurna tepat di halaman rumah Rafa.
Boy dan Rafa sama-sama pergi ke kamar masing masing, karna Sinta dan Elsa yang memutuskan akan memasak untuk makan siang mereka.
"Elsa bisa memasak?"
Sinta bertanya sambil membuka cadarnya di depan Elsa yang menatap nya takjub, bahkan dia sampai tidak sadar Sinta sedang mengajaknya berbicara. Terlihat olehnya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik bahkan garis di wajahnya tidak terlihat saat memandangnya sekilas. Sungguh, Elsa sekarang paham kenapa Rafa bisa setampan itu, itu karna Ibunya juga sangat cantik sekali.
"Elsa.."
Memegang lengan Elsa, Sinta tau calon menantunya itu sedang melamun sambil menatap takjub melihat wajah cantiknya, Sinta bisa melihat dari tatapan mata Elsa yang menatapnya dengan tatapan memuja.
"Eh iya Umi?"
Merasa lengannya di sentuh, Elsa langsung tersadar jika dia sedang melamuni wajah cantik calon Ibu mertuanya.
"Jangan memandang Umi lebih dari 12 detik."
Sinta berujar sambil memakai celemek pertanda akan memulai acara masaknya, Elsa juga ikut membuka kantong plastik yang berisi bahan bahan yang sempat mereka beli di supermarket saat perjalanan pulang tadi.
"Jika tidak Elsa akan jatuh cinta pada Umii?"
Elsa tiba-tiba saja teringat dengan ucapan Rafa beberapa waktu yang lalu saat dirinya dan Rafa sedang berada di parkiran bandara menunggu calon mertuanya yang baru saja pulang dari luar negeri.
"Bagaimana kau bisa tau?"
Memandang heran ke arah Elsa, Sinta semakin penasaran dengan calon menantunya itu.
"Rafa juga pernah mengatakan nya pada Elsa Mi."
"Jadi apa kau sudah mencobanya dan telah jatuh cinta padanya?"
"Tentu saja Umi, Elsa benar-benar mencintai nya mungkin karna menatapnya hingga 12 detik."
Sinta tertawa mendengar penuturan Elsa yang menurutnya lucu, Elsa juga ikut tertawa saat melihat calon Ibu mertuanya tertawa, entah menertawakan apa ia tidak tau namun tawa Sinta mengundang tawanya juga.
_
_
_
Bagi like nya dong guys🙏🙏
Dikomen juga kalo mau😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Indri Hapsari
next up 👍
2020-06-16
1