Menabrak seorang wanita

"K-kau meminta nya pada Kai, kalau kau tidak percaya tanyakan saja pada nya." Jawaban Elsa membuat Rafa mengernyitkan dahi nya semakin curiga.

"Bukan kalian bersekongkol?" Tanya Rafa membuat Elsa gelagapan.

"Kenapa kau diam? berarti benar kan kalau kalian menjebakku?" Tanya Rafa.

"Brengsek! kau pikir aku wanita apa? aku tidak mau tau pokok nya kau harus bertanggung jawab!" Elsa berusaha terlihat teraniaya.

"Jika aku tidak mau?" Tanya Rafa.

"Aku akan melaporkanmu ke polisi dengan begitu namamu akan tercoreng termasuk nama keluargamu." Ancam Elsa membuat Rafa terdiam.

Elsa tersenyum tipis.

"Coba saja kalau kau berani." Ucap nya sesantai mungkin kemudian beranjak keluar kamar meninggalkan Elsa yang masih terbalut selimut.

"Brengsek! kau lihat saja nanti!" Teriak nya namun tak di hiraukan oleh Rafa.

****

Matahari tampak sudah bersinar di atas sana saat Rafa keluar dari hotel meninggalkan Elsa di kamar hotel seorang diri. Dia keluar dengan langkah gontai dengan perasaan marah, kesal, bingung, kawatir semua terasa bercampur aduk.

bip.. bip..

Suara alarm mobil Rafa yang sengaja dibunyikan nya untuk mencari keberadaan mobil nya yang berada di antara puluhan mobil yang berjejer terparkir disana.

Ia segera mendekati mobil nya kemudian masuk dan langsung tancap gas dengan tatapan kosong ke depan.

"Rafa kau harus bertanggung jawab."

"Kau bilang tidak melakukan apapun? kau meniduri ku Rafa! kau meniduriku."

"Aku tidak butuh bayaranmu!"

"Aku mau kau bertanggung jawab!"

"Brengsek! kau pikir aku wanita apa? aku tidak mau tau pokoknya kau harus bertanggungjawab!"

"Aku akan melaporkanmu ke polisi dengan begitu namamu akan tercoreng termasuk nama keluargamu."

Ucapan-ucapan Elsa terus bersarang di otak nya membuat nya tak fokus menyetir. Mata nya terus memandang ke depan arah jalan namun pikiran nya terus tertuju ke Elsa. Hingga saat di jalan yang terlihat sepi ia tak sengaja hampir menabrak seseorang.

Citttt....

Walaupun sudah sekuat tenaga dia menginjak rem namun tetap saja masih terasa bagi nya sebuah benturan ke mobil nya. Dengan cepat ia keluar kemudian menghampiri orang yang ditabrak nya tadi, ternyata yang di tabrak nya adalah seorang wanita berpakaian syar'i dengan tas ransel di punggung nya.

Wanita itu sedang duduk di aspal sambil merintih kesakitan sambil mengusap-usap punggung nya dengan tangan nya.

"Ma-maaf saya tidak sengaja, apa kamu baik-baik saja?." Ucap Rafa memberanikan diri mendekati wanita itu.

Wanita itu mendongak menatap Rafa yang sedang berdiri di sebelah nya. Gadis itu tersenyum tipis lalu berusaha untuk bangun namun terlihat oleh Rafa kalau wanita itu butuh bantuan.

"Mari saya bantu." Tawar Rafa sambil mengulurkan tangan nya.

"Tidak-tidak saya bisa sendiri." Tolak nya tanpa menghiraukan uluran tangan dari Rafa.

Rafa menatap tangan nya yang menggantung di udara kemudian menurunkan nya kembali.

"Maafkan saya karna tadi saya sedang tidak fokus menyetir." Ucap Boy sambil menatap wanita itu, wanita itu tersenyum lembut kepada Rafa membuat Rafa bersusah payah menelan Saliva nya.

"Tidak apa-apa mas." Dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibir indah nya.

"Saya akan bertanggung jawab ayo kita ke rumah sakit." Ajak Rafa sungguh-sungguh.

"Tidak perlu mas ini hanya luka ringan saja." Tolak wanita itu.

"Kalau begitu saya permisi mas, Assalamualaikum." Sambung nya lagi kemudian langsung pergi dengan langkah tertatih meninggalkan Rafa yang terpaku.

"Waalaikumsalam." Jawab nya lirih sambil terus menatapi wanita itu hingga bayangan nya hilang memasuki sebuah gang kecil.

Rafa kembali masuk ke mobil nya dan melajukan nya menuju ke rumah.

*****

Terlihat oleh nya kedua orang tua nya yang sudah menunggu kedatangan nya di depan pintu dengan tatapan mengintimidasi, terlihat juga oleh nya mata Ibunya yang bengkak dan juga hitam seperti baru menangis satu malaman. Akhirnya Dengan langkah ragu dia mendekati kedua orang tua nya.

"Assalamualaikum abi umi." Sapa nya sambil menyalami tangan Abi Umi nya.

"Waalaikumsalam." Jawab Sinta dan Boy serentak.

"Abi tidak bekerja?" Tanya nya membuat kedua Orang tuanya kesal.

Ini ia yang merasa tidak bersalah atau memang sengaja membuat orang tuanya murka? Bisa- bisa nya dia sok polos disaat seperti ini.

"Bagaimana bisa Abi bekerja sedangkan Istri Abi terus menangisi Putra sulung nya yang entah dimana keberadaan nya mengabari saja dia tidak bisa apa gunanya ponsel dan otak nya itu jika tidak digunakan." Cerocos Boy menyindir Rafa.

Mendengar pernyataan Abinya, Rafa beralih menatap Sinta yang terlihat enggan menatap nya, ia tau Uminya sedang marah dengan nya Maka dari itu tugas nya sekarang adalah harus membujuknya.

Rafa menarik kedua tangan Sinta kemudian menggenggam nya erat seolah tangan lembut itu bisa menenangkan pikiran nya yang sedang kacau, Sinta hanya diam dan enggan menatap nya membuatnya semakin merasa bersalah.

"Umi.. Rafa minta maaf, Rafa gak bermaksud buat Umi cemas apalagi sampai menangis, maafin Rafa ya Umi." Ucap nya selembut mungkin sambil menundukkan wajah nya.

Tidak. Sinta sudah tidak tahan lagi, dia langsung memeluk erat Putra nya kemudian mulai menangis. Rafa yang merasakan tubuh Umi nya bergetar pun semakin merasa bersalah.

"Umi jangan menangis.. Rafa minta maaf Rafa udah buat Umi nangis, Rafa janji gak bakal ngulangin nya lagi." Rafa berusaha menenangkan Umi nya dengan mengusap punggung nya.

Sedangkan Boy dia hanya diam menonton drama antara Ibu dan Anak itu.

Sinta melepaskan pelukan nya kemudian sedikit mendongak menatap Rafa yang lebih tinggi dari nya itu dengan tatapan tajam membunuh masih bercampur air mata. Rafa tau kesalahan nya, dia semakin cemas jika Orang tua nya tau kejadian semalam.

"Ayo masuk, kamu hutang penjelasan sama Umi." Ucap Sinta ketus kemudian meninggalkan dua pria yang sedang beradu pandang.

"Ini pertama kali nya kau buat umi mu menangis." Ucap Boy sambil bersidekap dada, sedang Rafa hanya bisa menunduk mendengar ucapan Ayah nya.

"Maaf." Hanya itulah yang bisa dikatakan oleh nya.

Boy berdecak kesal.

"Kau tau kau itu sudah tua tapi di mata Umi mu kau tetaplah bayi kecil nya yang selalu di khawatirkan nya jika dia tidak mengetahui kabar mu, sama hal nya dengan Ilham, walau kalian sudah merasa dewasa, Abi harap kalian bisa mengabari Umi kalian jika terjadi sesuatu." Ucap nya tegas seolah memperingatkan.

"Maaf Abi, Rafa mengaku salah, Rafa janji ini yang terakhir nya Rafa buat Umi nangis." Ucap Rafa ragu karna dia sendiri ragu apakah kedepan nya dia bisa menepati janji nya dengan tidak membuat Umi nya menangis.

"Bagus. Abi pegang janjimu." Setelah mengatakan itu.

Boy berbalik ingin pergi namun tiba-tiba langkah nya terhenti dan kembali berbalik menatap Rafa yang juga menatap nya bingung.

Boy kembali mendekati Rafa kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Rafa dan mengucapkan kalimat yang membuat Rafa terkejut.

"Abi tau kau minum alkohol." Bisik nya tepat di Telinga Rafa, Rafa terdiam Entah apa yang harus ia katakan ia pun bingung.

Namun saat Boy berbalik ingin pergi, Rafa menahan pergelangan tangan nya. Boy membalikkan badan nya sambil mengangkat kedua alisnya seakan bertanya 'ada apa?'.

"Rafa mohon jangan kasih tau Umi kalo Rafa minum minuman alkohol." Pinta nya dengan tatapan memohon.

Boy menatap nya sebentar kemudian Mengangguk.

Rafa pun lega dan melepaskan pegangan tangan nya.

Bukan. Bukan karna Rafa, Boy mau menyetujui permintaan Putra nya melainkan dia tidak ingin menambah beban Istri nya.

_

_

_

Happy reading❤

Terpopuler

Comments

ayyona

ayyona

like duyu 😎

2020-09-04

1

🕯️

🕯️

like like 😍

2020-08-31

0

ranii

ranii

lanjuttt thorr...

2020-06-08

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!