Jelas saja kami saling mencintai

Sinta semakin ragu dengan pilihan Putranya itu, dan kenapa mendadak begini saat mereka baru saja pulang dari Kairo? sungguh ini patut dipertanyakan dan harus di perjelas sejelas-jelasnya.

"Yaudah yuk pulang, Abi sama Umi pasti capek kan?"

Sinta dan Boy menurut namun mereka masih berpikir mengenai wanita pilihan Putranya tersebut.

"Em.. Elsa?"

Sinta memanggil saat mobil sudah melaju menuju rumah mereka.

"Iya Tante?"

Berusaha terlihat tenang Elsa menjawab panggilan Sinta sambil sesekali menatap Rafa yang sedang mengemudi dengan santai tanpa beban.

"Tidak perlu sungkan panggil saja Umi sama seperti Rafa."

Sambil tersenyum Elsa menganggukkan kepalanya.

"Iya U-umi."

Sinta menyadari Elsa yang belum terbiasa memanggil dengan sebutan itu, dia semakin penasaran dengan wanita yang kini sedang duduk di sebelah Putranya.

"Elsa beneran calon Istrinya Rafa?"

Berusaha mengorek- ngorek dari Elsa, Sinta mulai bertanya tanya pada Elsa. Mungkin saja kan Rafa meminta wanita itu untuk berpura-pura menjadi calon Istrinya gara-gara mereka sering menegur nya mengenai calon Istri.

Melirik sekilas ke arah Rafa yang seperti nya tidak terganggu dengan pertanyaan Ibunya membuat Elsa kesal sendiri.

"I-iya Umi."

Sambil terus menatapi Rafa berharap agar Rafa mau membantu nya namun harapan Hanya harapan Rafa sama sekali tidak ingin membantu nya, jangankan membantu nya melirik nya saja dia tidak mau, dia terus mengemudi mobil nya dengan fokus.

"Apa kalian sudah lama kenal?"

Sinta terus saja mengorek- ngorek informasi dari Elsa, karna dia masih ragu apakah benar Elsa ini wanita yang di impikan nya selama ini? tapi Rafa sering bilang jika dia ingin mencari Istri yang seperti dirinya, dan apakah ini termasuk seperti dirinya? Sinta terus saja meragukan nya, bukan nya merasa paling baik, hanya saja terlihat dari sudut pandang nya membuat Sinta ragu.

"Su-sudah Umi."

Entah mengapa rasanya Elsa seperti di introgasi seperti ini.

"Sejak kapan?"

Sinta masih tidak mau berhenti mengorek informasi tentang calon menantunya itu.

"Sejak kuliah Umi."

Yah, kali ini Elsa benar-benar harus berusaha tenang bahkan calon mertuanya terus saja menanyainya.

"Kuliah di jakarta kah?"

"Benar Umi."

Ternyata sudah cukup lama juga mereka kenal ya? tapi Rafa tidak pernah bercerita tentang nya, apa Rafa sengaja ya? ah tidak mungkin, tapi ya sudahlah mungkin ini sudah menjadi keputusan nya aku hanya bisa mendukung keputusan nya, Sinta akhirnya memutuskan untuk tidak meragukan menantu pilihan Putranya itu.

"Apa kau mencintai Rafa?"

Walaupun sudah memutuskan mendukung keputusan Putranya, Jelas saja Sinta ingin tau apakah wanita itu mencintai Putranya atau tidak.

"Umi.. berhenti menanyai hal tidak penting kepada Elsa, Jelas saja kami saling mencintai, Umi tidak perlu khawatir."

Bukan Elsa yang menjawab kali ini, namun Rafa yang tiba- tiba angkat suara membuat Elsa bernafas lega, setidaknya dia tidak harus jujur di depan Rafa.

"Ya, baiklah Umi dan Abi hanya ingin tau saja, iyakan Bi?"

Mencoba meminta Boy untuk membelanya. namun saat berbalik dia bisa melihat Suaminya itu sedang menutup matanya dengan tenang.

"Yah.. Abi tidur?"

Sinta bertanya dan tidak mendapat jawaban yang artinya Suaminya itu benar benar tidur. Mungkin karna kelelahan, bagaimana tidak? selama di Kairo Boy setiap hari terus berkeliling disana tanpa rasa lelah, terlebih Ilham ikut menemani mereka, jelas saja dia bersemangat, namun lihatlah sekarang syuaminya itu baru merasakan lelahnya setelah tiba di rumah, ah ralat masih menuju rumah.

"Ohh ya,, gimana kuliahnya Ilham disana Mi?"

Berusaha mengalihkan pembicaraan, Rafa mulai bertanya mengenai adiknya di Kairo.

"Alhamdulillah lancar, dan seperti biasa, jika Abi dan Umi berkunjung dia akan mengambil cuti kuliahnya, Umi sudah melarang nya namun tetap saja dia tetap kekeuh dan malah bilang 'gapapa lah kan Abi sama Umi jarang jarang main ke sini masa iya pas uda dateng aku tinggal kuliah sih' bener bener keras kepala banget gak tuh Adikmu Raf."

Sinta mulai bercerita tentang saat mereka berkunjung ke Kairo.

"Ya sama kayak Umi sama sama keras kepala."

Memukul lengan Rafa, Sinta tidak terima dikatai keras kepala oleg Putranya sendiri.

"Enak saja bilang Umi keras kepala, kamu tuh sama Abimu yang keras kepala."

Kalian sekeluarga sama-sama keras kepala. Elsa menjawab dalam hati mendengarkan pertengkaran antara Ibu dan anak itu sambil tersenyum getir, karna tiba- tiba teringat pada keluarganya.

"Iya-iya terserah Umi saja."

Mengalah pada sang Ibu karna tak sengaja melihat wajah Elsa yang menurutnya sedih, mungkin dia teringat dengan orang tuanya, pikirnya.

"Oh ya Rafa nanti mampir bentar di supermarket ya kayaknya masih ada waktu buat masak makan siang."

Setelah melihat jam di ponselnya, Sinta berujar kepada Rafa.

"Emangnya utmi gak capek apa? mending beli aja lah Umi."

Rafa memberi saran karna menurutnya Ibunya pasti masih lelah setelah perjalanan jauh.

"Enggak kok Umi gak capek orang tadi di pesawat tidur aja kok."

" Yauda deh terserah Umi aja."

Merasa tidak ada gunanya membantah Uminya yang keras kepala, Rafa hanya mengiyakan saja.

Sedangkan Elsa hanya melamun memikirkan sesuatu yang hanya dirinya yang tau.

"Itu kayaknya di depan ada supermarket deh Rafa,"

Rafa langsung meminggirkan mobilnya tepat di depan supermarket.

"Elsa bisa temani Umi belanja?"

Sinta berujar saat mobil telah berhenti. Namun yang diajak bicara tak kunjung menjawab.

"Elsa.."

Mencoba memegang pundak Elsa yang diyakini nya sedang melamun makanya tidak mendengar ajakan Ibunya.

"Ah ya?"

Elsa yang merasa disentuh bahunya langsung tersadar jika mobil sudah berhenti.

"Kita sudah sampai?"

Tanya nya sambil melihat lihat ke sekitar, namun manurutnya ini bukan pekarangan rumah Rafa melainkan supermarket yang tidak terlalu besar.

"Belum, Umi ingin berbelanja untuk masak makan siang, Umi minta kamu menemaninya."

Rafa terpaksa bicara selembut mungkin agar Uminya tidak curiga.

"Oh? tentu saja aku mau, Ayo umi."

Entah mengapa, Elsa yang tadinya terlihat sedih kini malah berubah senang saat tau Umi mengajak nya berbelanja bersama, hanya berbelanja? apakah itu menyenangkan? kurasa tidak, malahan jika aku menemani Umi sangat terasa bosan sekali. Rafa terus saja memikirkan Sifat aneh dari Elsa.

Rafa terlihat menyandarkan kepalanya ke sandaran mobil saat Sinta dan Elsa sudah keluar dari mobil dan kini sudah memasuki supermarket. Mata Rafa tak sengaja melihat sesosok wanita berbaju gamis serta hijabnya sepanjang perut yang dikenanya itu baru saja keluar dari supermarket.

"Syifa!"

Rafa memanggil ketika sudah keluar dari mobil saat wanita itu ingin memberhentikan sebuah taxi namun karna merasa ada seseorang yang Memanggil nya, dia mengurungkan niatnya untuk memberhentikan taxi dan berbalik untuk melihat siapa yang memanggil nya.

_

_

_

_

**Monmaap apabila ceritanya gak asik🙏

mohon dukungan nya guys😀

Happy reading💙**

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!