Cinta Untuk Ayunda (9)
" Mbak, anak-anak cerita katanya dapat mobil mainan dari Om Arka. Dia siapa , Mbak? Temannya Mas Roni?", tanya Ayu penasaran.
" Bukan temannya Mas Roni", jawab Tika sambil meletakkan piring di atas meja. Sementara Ayu membantu menata gelas di atas meja.
" Lalu siapa? Kenapa Zaki bilang mirip Alif?", Ayu semakin penasaran.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Pembicaraan Ayu dan Tika tertunda karena makan siang. Pembicaraan mereka yang akan panjang lebar, membuat Tika mengurungkan niatnya untuk langsung menjawab pertanyaan Ayu.
Disinilah akhirnya Ayu dan Tika berada. Di ruang tamu di rumah sebelah. Tika butuh waktu berdua untuk menjelaskan siapa itu Arka.
Alif dan Zaki kembali bermain di depan rumah. Tentu dengan pengawasan Roni. Tika tidak mau kecolongan lagi. Bersyukur Alif tidak apa-apa, kalau sampai terjadi sesuatu, pasti ia akan merasa bersalah.
" Mbak, aku kan cuma nanya soal orang yang ngasih Alif mainan, kenapa sampai harus serius begini?", tanya Ayu penasaran.
" Ayu, kau pernah bilang ayah Alif bicara akan bertanggung jawab padamu kan?", tanya Tika hati-hati.
Membicarakan masa lalu artinya membuka luka lama Ayu.
" Iya. Tapi, aku sudah bilang kalau aku juga tidak yakin itu nyata atau halusinasi saja",
" Bagaimana kalau dia datang untuk bertanggung jawab pada kalian?", tanya Tika lagi.
Ayu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Itu tidak mungkin. Kalau iya, dia pasti sudah bertanggung jawab dari dulu", ucapnya sanksi.
Ayu kemudian diam. Dia hanya bertanya soal Arka tapi, Tika malah membahas ayah Alif.
Deg
" Jangan bilang kalau Arka yang Zaki bilang mirip Alif adalah..."
Tika mengangguk.
Ayu tiba-tiba khawatir. " Apa ia akan mengambil Alif dariku, Mbak? Dia mau mengambilnya kan?", tanya Ayu cemas.
Pikiran negatif merasukinya. Bagaimana mungkin orang itu tiba-tiba datang tanpa tujuan apa-apa.
Tika memegang kedua pundak Ayu dan sedikit menekannya.
" Tenanglah! Dia datang bukan untuk mengambil Alif darimu. Dia hanya ingin bertanggung jawab padamu", Tika mengatakan itu sambil menatap mata Ayu.
" Benarkah? Bagaimana kalau dia berbohong? Lagipula ini sudah 5 tahun dan dia baru mau bertanggung jawab?", Ayu belum yakin sepenuhnya.
" Ayu, kamu percaya sama Mbak kan?", tanya Tika pelan. Ayu mengangguk. "Kamu mau mendengarkan alasannya baru mencari mu?"
Lagi-lagi Ayu mengangguk.
"Maka dari itu, dengarkan aku dulu", pinta Tika.
Tika mulai menceritakan semua yang ia dengar. Seperti apa yang Arka ceritakan tadi padanya dan Roni. Tika tidak menambah atau menguranginya.
Ayu mencoba untuk mendengarkan tanpa mencela sedikitpun.
Tanpa terasa, air mata Ayu mengalir. Ayu hanya bisa menangisi nasibnya. Ia tidak mengerti kenapa ibu dan kakak tirinya tega padanya. Membuatnya kehilangan kasih sayang sang ayah, dan mendapatkan kebenciannya karena kebohongan yang di buat keduanya. Semua itu hanya demi harta?
Tika memahami kesedihan Ayu. Ia hanya bisa memeluk Ayu memberikan energi positif padanya.
" Arkana ingin bertemu denganmu. Apa kamu sudah siap untuk menemuinya?", Tika menyampaikan keinginan Arkana untuk menemui Ayu.
***
Di waktu yang sama di tempat berbeda.
Perusahaan milik Pak Hendra, ayah Ayu di ambang kehancuran. Hutang pada bank yang sudah hampir jatuh tempo membuatnya akan kehilangan perusahan dan aset yang ia miliki. Tidak ada cara lain untuk membuat perusahaannya tetap beroperasi kecuali ia mendapatkan suntikan dana.
Brakk
Pintu ruangan Pak Hendra di buka dengan keras. Seorang wanita paruh baya datang dengan tas mahal di genggaman tangannya. Dengan marah ia menghampiri meja suaminya.
"Sayang, kenapa kartu ku tidak bisa di gunakan. Aku malu pada teman-teman sosialita ku karena akhirnya tidak bisa membeli tas limited edition yang aku mau", keluhnya pada sang suami.
Pak Hendra hanya memijit pelipisnya. Ia benar-benar pusing. Perusahan bahkan rumah akan di sita jika ia tidak bisa membayar hutang ke bank. Sementara sang istri malah sibuk menghabiskan uangnya saja
Pak Hendra menghela nafas. " Aku terpaksa memblokir kartu kredit mu", jawabnya singkat.
" Kenapa ?", tanya Mawar, sang istri penasaran. Ia merasa ada sesuatu yang buruk yang sedang terjadi apalagi melihat kondisi suaminya yang terlihat sangat pusing.
" Perusahaan sedang tidak baik-baik saja. Hutang pada bank hampir jatuh tempo. Jika kita tidak bisa membayar sampai batas waktu yang di tetapkan bank, perusahaan dan rumahnkita terancam akan di sita bank. Bahkan mungkin barang mewah yang lainnya juga", keluh Pak Hendra.
" Lalu kita harus apa?", tanya Bu Mawar.
Dia memang tidak tahu menahu masalah perusahaan. Dia hanya tahu caranya menghabiskan uang saja.
" Aku harus mendapatkan suntikan dana selain untuk membayar ke bank juga untuk operasional perusahaan", jelasnya singkat.
Mawar diam, ia tidak tahu harus berbuat apa untuk menolong suaminya.
Tidak lama kemudian, Jasmine pun masuk ke dalam ruangan itu tanpa permisi.
" Ayah, kenapa kartu kredit ku di blokir. Aku malu karena akhirnya makananku harus di bayar temanku. Mereka bahkan mengatakan aku pembohong karena tidak jadi mentraktir merek bahkan membuat mereka juga membayar tagihan makananku", keluh Jasmine tanpa melihat raut wajah kedua orang tuanya yang sedang di landa kebingungan.
"Diamlah Jasmine!", bentak Bu Mawar kesal. Ia sedang pusing malah semakin pusing mendengar keluhan Jasmine.
" Kenapa Mama membentak ku?", tanya Jasmine kaget.
" Bukan hanya kartu kredit mu yang di blokir, kartu kredit mama juga", Bu Mawar akhirnya ikut mengeluh.
" Kenapa?"
" Perusahaan ayahmu sedang di ambang kehancuran. Kalau tidak mendapatkan suntikan dana secepatnya, kita akan kehilangan perusahan rumah bahkan mungkin mobil dan semua barang mewah kita", jelas Bu Mawar.
" Jasmine, bukankah kau bilang kau kekasih Arkana Adhitama? Coba kau minta tolong padanya. Dia pasti mau menolong mu?", Pak Hendra tiba-tiba berbinar merasa menemukan solusi atas masalahnya.
Jasmine dan Bu Mawar terdiam. Mereka lupa bahwa mereka telah berbohong tentang hubungan Jasmine dan Arkana pada Pak Hendra.
Keduanya bungkam. Bingung harus berkata apa.
"Jasmine kenapa kamu diam saja?", tanya Pak Hendra kesal.
" Mm,, soal itu...", Jasmin tergagap. ia bingung harus menjawab apa.
" Kamu punya nomor ponselnya, kan?", tanya Pak Hendra akhirnya.
" Punya, Ayah", jawabnya.
" Berikan nomor ponselnya pada Ayah, biar ayah sendiri yang menghubunginya", Pak Hendra bersemangat.
Dengan enggan, Jasmin mengirimkan nomor ponsel Arkana. Ia hanya bisa pasrah.
Ting....
Ponsel Pak Hendra berbunyi. Pesan dari Jasmine yang berisi nomor ponsel Arkana. sudah masuk.
" Ok, biar ayah sendiri yang berbicara padanya", Pak Hendra berbicara sambil meletakkan benda pipih itu di telinganya. Ia tidak mau membuang waktu, karena itu ia langsung menelpon Arkana saat itu juga
Jasmine melihat ke arah ibunya. Ia menunjukkan kekhawatiran lewat sorotan matanya. Bu Mawar pun sama-sama khawatir. Keduanya seolah berbicar lewat tatapan mata.
Tuutt.. Tuuuttt.. Tuuuttt
Panggilan telepon darinya belum di angkat juga.
Pak Hendra tak putus asa, ini satu-satunya cara menyelamatkan perusahaan dan semua harta bendanya.
Ketiganya harap-harap cemas menunggu panggilan telepon Pak Hendra di angkat.
" Halo, Nak Arka ini Pak Hendra, ayahnya Jasmine, kekasihmu", ucap Hendra tanpa basa-basi langsung memperkenalkan diri sebagai ayah dari kekasihnya. Bahkan langsung meminta bantuan.
Jasmine dan Bu Mawar harap-harap cemas menunggumu respon Arkana saat mendengar pengakuan Pak Hendra.
TBC
...----------------...
...Mohon dukungannya .....
...Terimakasih......
...🥰 🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Ayah yg telah membuang anak kandungnya, sadar tidak sih pak Hendra
2025-01-10
0
RENDY GEGE DYBALA
E
2023-06-20
1