Cinta Untuk Ayunda (4)
Tika menghela nafas. "Sebenarnya, sebelum Ibu meninggal, kami sempat mengobrol sebentar. Almarhumah minta Ayu untuk ikut Mbak ke kota kalau beliau pergi. Waktu Ayu tanya pergi kemana, beliau hanya tersenyum lalu pergi ke kamar untuk istirahat. Setelah itu Ibu meninggal", diam sejenak. " Ternyata itu permintaan ibu yang terakhir", ucap Ayu sendu.
Tika kembali meneteskan air mata jika mengingat ibunya. "Jadi, bagaimana keputusanmu?".
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Rumah Almarhumah Bu Maryam kembali ramai. Para tetangga yang mendengar bahwa Ayu akan ikut Tika kembali ke kota, mulai menemui Ayu dan Alif. Sedikit bercengkrama dan menyampaikan kata perpisahan.
Kampung tempat Ayu tinggal memang masih kental kekeluargaannya. Bi Nani adalah salah satu orang yang paling merasa sedih. Adik kandung dari Almarhumah Bu Maryam ini adalah salah satu orang yang dekat dengan Ayu dan Alif. Juga salah satu orang yang paling merasakan kehilangan.
Adanya Ayu dan Alif disana, seperti obat penawar bagi Bi Nani yang rindu kehadiran anak-anaknya. Anak-anaknya Bu Nani sudah dewasa. Ada yang ikut suami ada juga yang merantau ke kota untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Hidup di desa nyatanya tak cukup menjanjikan bagi para kawula muda. Untuk makan mungkin masih bisa memanfaatkan hasil bumi karena masih banyaknya tanah yang bisa di garap. Namun, jika ingin materi berlebih harus punya modal yang tidak sedikit.
Ayu tersenyum. Melihat ke arah Bi Nani, orang yang juga sudah sangat berjasa dalam hidupnya.
" Bi, terimakasih untuk semuanya. Maaf sudah banyak merepotkan", Ayu menghampiri Bi Nani yang sedang memangku Alif.
" Bibi justru senang karena adanya kamu dan Alif, bibi tidak merasakan kesepian. Tapi, sekarang bibi hanya berdua lagi", ucapnya sendu.
Baru kemarin ia harus merasakan kehilangan di tinggalkan oleh kakak satu-satunya. Sekarang, harus di tinggalkan oleh Ayu dan Alif juga yang akan pindah ke kota.
Sekarang di rumah Bi Nani memang masih ramai. Anak, menantu serta cucunya datang setelah mendapat kabar meninggalnya Bu Maryam. Esok lusa pun mereka sudah akan kembali ke kota.
" Maaf tidak bisa menemani bibi berkebun lagi", Ayu tersenyum namun matanya berkaca-kaca.
" Iya, bibi pasti rindu karena gak ada yang bantu lagi di kebun ", selorohnya.
" Maksudnya, bantu bikin tambah berantakan kan ya, bi?", ucapnya di iringi tawa keduanya.
Bagaimana tidak, di bantu Alif sama saja menambah pekerjaan mereka. Namun, mereka menikmati kebersamaan itu.
Aktivitas yang terlihat biasa-biasa saja, namun sungguh berkesan bagi Ayu yang memang sebelumnya tinggal di kota. Bahkan belum pernah berpeluh keringat karena beraktivitas di kebun.
Hidupnya yang terbilang lebih dari cukup, membuatnya tidak pernah merasakan kesusahan. Barulah setelah ibunya tiada, kehidupannya berubah 360 derajat. Ia di paksa dewasa karena keadaan.
" Jangan lupain Ayu ya , Bi", pinta Ayu seketika.
" Justru bibi yang minta Ayu da Alif jangan sampai melupakan bibi", ucapnya lirih sambil menciumi puncak kepala Alif yang anteng duduk di pangkuan orang yang ia anggap neneknya itu.
" Alif, ayo bikin pesawat!", ajak Zaki menarik Alif.
Alif pun mengikuti Zaki untuk ikut bermain Lego.
" Mana mungkin Ayu melupakan Bibi. Kalau bukan karena Almarhumah dan juga Bibi , Ayu tidak mungkin akan seperti sekarang. Orang yang harusnya menjadi pelindung Ayu, malah membuang Ayu. Namun, orang-orang yang tidak ada hubungan darah dengan Ayu, malah menjadi 'rumah' bagi Ayu", Ayu kembali berkaca-kaca.
Katanya, cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya. Namun, ayu justru di buat patah hati sedalam-dalamnya oleh ayah kandungnya.
" Bibi hanya membayangkan kalau yang ada di posisimu adalah anak bibi, rasanya bibi tidak tega.", diam sejenak." Lagi pula apa yang menimpamu bukan kesalahanmu", tambahnya sambil menggenggam kedua tangan Ayu.
" Jadilah kuat demi Alif. Lawan trauma mu. Sembuh atau tidaknya dirimu, tergantung tekadmu. Tapi, bibi yakin kamu bisa melewati semuanya. Kamu hebat bisa sampai seperti sekarang. Lihatlah Alif", Bi Nani menunjuk ke arah Alif yang sedang serius menyusun Lego membentuk sebuah pesawat seperti keinginan kakaknya.
" Dia tumbuh jadi anak yang pintar. Semua berkat dirimu yang kuat".
Ayu semakin tersentuh. Kata demi kata yang di ucapkan Bi Nani memang benar. Ia harus kuat demi Alif. Hanya Alif yang ia punya saat ini.
Semua barang sudah di bereskan ke dalam bagasi mobil. Ayu kembali berpamitan dan memeluk Bi Nani untuk terakhir kalinya. Alif pun mencium tangan Bi Nani. Bi Nani memeluk Alif dengan berderai air mata.
" Nenek jangan sedih, nanti Alif sama Bunda akan sering main ke rumah nenek ,ya!", ucapnya sambil mengusap punggung Bi Nani yang sedang berjongkok menyamakan tingginya dengan Alif.
" Iya. Sering-seringlah main ke rumah nenek , ya!", ucap Bi Nani.
" Peluk kakek juga dong jagoan!", seru Pak Yanto. Alif pun memeluk Pak Yanto. " Jagain bundanya, ya", pesan Pak Yanto sambil mengelus kepala Alif.
" Tik, titip Ayu ya. Walaupun dia orang lain, tapi bagi bibi juga ibumu, dia sudah seperti anak sendiri", pesan Bi Nani pada Tika yang sedang berpamitan padanya. Sementara Ayu dan Alif sedang berpamitan pada anak menantunya bi Nani.
" Iya, hidupnya sungguh malang. Kadang paman berpikir, bagaimana bisa ada seorang ayah yang tega membuang anak kandungnya. Bahkan lebih percaya pada anak tirinya daripada anak yang tumbuh besar bersamanya ", jelas Pak Yanto yang iba dengan kehidupan yang di jalani Ayu.
" Paman dan bibi tenang saja." ucap nya melihat ke arah Ayu. Dalam hati Tika berjanji akan menjaga Ayu. Orang yang sudah ia anggap adik sendiri.
***
Di sebuah perusahaan.
Arka sedang serius melihat foto-foto yang ada di tangannya. Orang suruhannya telah berhasil menemukan keberadaan Ayu juga semua informasi tentangnya.
Berbeda dengan orang-orang suruhan Bu Mawar dan Jasmine yang mengalami kebuntuan karena tidak bisa melacak keberadaan Ayu sama sekali. Tentu semua ada campur tangan dari Arka yang tidak ingin mereka menemukan Ayu dengan cepat.
" Dia sangat mirip denganmu", ucap seseorang yang entah kapan sudah ada di dalam ruangan Arka. Ikut melihat-lihat foto-foto yang berserakan di atas meja.
" Kamu benar. Tanpa tes DNA pun aku yakin dia anakku", timpal Arka.
" Kau akan menikahi ibunya?", tanya Bara memastikan.
" Tentu. Aku ingin memberikan status yang jelas pada anakku ".
" Tapi, sepertinya tidak mudah. Kau sudah membuatnya trauma", ucapnya sambil membaca hasil penyelidikan yang ada di atas meja. Lagi-lagi tanpa permisi.
Bara memang asisten yang handal saat bekerja. Namun, ia juga sahabat yang bisa di ajak bertukar pikiran.
Pertemanan Arka dan Bara memang terjalin sejak kecil. Salah satunya adalah karena persahabatan kedua orang tuanya.
" Aku takkan menyerah. Aku rasa dia wanita yang pantas untuk di perjuangkan".
Membaca laporan tentang Ayu membuatnya tertarik. Apakah ini rasa iba? keinginan melindunginya atau karena ia mulai jatuh Cinta? Arka sendiri tidak tahu. Yang pasti ia tak ingin ibu dari anaknya itu merasakan kesulitan lagi.
" Hari ini dia kembali ke kota ini, apa yang akan kau lakukan?", Bara penasaran langkah awal yang akan di ambil oleh sahabatnya itu.
" Memulai misi mendekatinya. Itu sudah pasti", jawabnya yakin.
Bara menganggukkan kepalanya.
Merasa ponselnya bergetar, Bara segera mengambil benda pipih itu dari saku celananya.
" Haish, lihatlah!", seru Bara menunjukkan layar ponselnya agar Arka bisa melihat siapa yang menghubungi ke ponselnya.
Arka hanya melihat sekilas. Namun ia tak peduli.
" Kau tahu sudah berapa kali hari ini dia menghubungiku untuk bertanya tentang mu?", kesalnya.
Arka hanya mengedikkan bahunya acuh.
" Ada apa lagi Sheila?", tanya Bara langsung dengan nada kesal.
TBC
...----------------...
... Jangan lupa untuk tinggalkan jejak....
...Like , komen, dan subscribe....
...Kalau berkenan, kasih ⭐⭐⭐⭐⭐ juga ya!...
...💞💞💞...
...Oia, mampir juga di karya pertama yang juga masih on going judulnya " Di Batas Waktu"....
...Walaupun masih banyak kekurangan tapi, Insya Allah masih bisa di nikmati ceritanya....
...Terimakasih...
...🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
sherly
HBS Jasmine muncullah Sheila
2024-03-10
0