"Aku masih tidak percaya kau berada disini Hana."
Cloud duduk bersebrangan dengan Hana. Posisi yang sangat tepat untuk bisa memandang wajah cantik Hana sepenuhnya.
"Lalu aku harus berbuat apa, agar kau percaya. Mencubitmu, memukulmu, atau... "
"Menciumku." Satu bantal sofa melayang, nyaris mengenai wajahnya. Cloud bergerak cepat dan menangkis bantal tersebut. "Wow."
Hana berdecak kesal. "Kau begitu mesum Cloud! " Hana membuang wajahnya dan kembali meluruskan pandangannya ke arah Cloud saat mendengar pria itu tertawa.
Ya, untuk kesekian kalinya Cloud tertawa dan tawanya bagaikan candu bagi yang memandangnya. Hana sudah kecanduan rupanya.
"Kenapa kau memandangku seperti itu Hana?"
"Apakah kau sudah menyadari jika aku menawan."
"Ieuuh..Narsis sekali." Hana mencibir, namun lain dengan kata hatinya. Hatinya memuja pria itu, Cloud terlalu menawan, sangat. Maniknya, hidung mancungnya, bibirnya, rahang tegasnya serta belahan dagunya. Oh Tuhan, sungguh pria ini sangat sexii, dan menarik.
Lalu bagaimana sesuatu yang berada dibalik bajunya. Eghem, Hana merasa tenggorokannya kering membayangkan bentuk tubuh Cloud yang terlihat bidang.
"Kapan kau ada waktu untuk kita berkencan?" Cloud sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Kencan??" Hana kembali memfokuskan pendengarannya.
"Iya berkencan." Cloud mengulang lagi ucapannya seraya meraih gelas berisi lemon tea dan menyesapnya. Hana tercengang, itu lemon tea miliknya.
"Tujuh menit yang lalu aku sudah menyatakan perasaanku, artinya kau adalah milikku sekarang. Ah lemon tea ini segar sekali dan manis." Cloud mengedipkan satu maniknya dan meletakkan kembali diatas meja.
"Yang benar saja." Hana mengelak. "Aku tidak menjawab pernyataanmu yang tadi."
"Memang benar kau tidak menjawabnya. Tapi reaksi tubuhmu yang menjawabnya Hana."
"Kau salah Cloud."
"Benarkah? Mau jika aku mengulangnya, dan membuktikan kebenarannya." Cloud berdiri, dan mendekati Hana
"Apa yang ingin kau lakukan." Hana memundurkan tubuhnya. Memindahkan bantal yang berada di belakang punggungnya ke depan tubuhnya, Hana mengambil ancang-ancang untuk menghindari sesuatu yang akan terjadi kelak. Memangnya akan terjadi apa??
Cloud mengeram, menahan tawanya melihat setiap pergerakan Hana. Konyol, namun menggemaskan.
Cloud berada persis di depannya kini dan pria itu duduk di bawah, mensejajarkan posisinya. "Kau mau apa? " Hana menegang, tangannya berkeringat dan dingin.
Cloud mengambil bantal yang berada di genggaman Hana dan memindahkannya. Hana hanya bisa terpaku. Menatap Cloud, manik pria itu seakan menghipnotisnya. Kena kau.
Tidak ada pergerakan dari Hana, Cloud mengulum bibirnya. Ia meraih kedua tangan Hana, menariknya perlahan dan mengenggam erat. Genggaman yang terasa pas, Hana merasakan kehangatan dari tangannya yang menjalar ke setiap bagian tubuhnya.
"Tanganmu berkeringat dan dingin Hana." Hana mencoba menarik tangannya, namun Cloud menahannya dan semakin mengeratkan genggamannya. "Biarkan seperti ini, Hana. " Cloud mengusap punggung tangan Hana dengan ibu jarinya.
"Ah, kembali ke topik. Dengarkan aku baik-baik."
"Aku menyukaimu saat pertama melihatmu, Hana. Mungkin ini terdengar tidak masuk akal dan telalu cepat. Namun seperti itulah faktanya. "
Faktanya sebenarnya, perasaanku tidak pernah berubah Hana. Aku masih mencintaimu.
Cloud mengarahkan tangan kanan Hana, menempel tepat di dadanya. "Bisakah kau merasakannya?" Hana masih terdiam, maniknya yang berwarna coklat itu menatap manik Cloud dan telapak tangannya merasakan denyutan di dadaa pria itu.
Jantung Cloud berdetak begitu cepat, dan Hana bisa merasakannya.
"A-aku... Belum bisa menjawab pernyataanmu Cloud." Hana tertuduk.
"Tidak masalah, aku akan menunggumu jawabanmu. Tapi please, biarkan aku berusaha untuk mendekatimu sampai kau benar-benar yakin dengan keputusanmu kelak." Hana menengadahkan wajahnya dan kembali membalas tatapan Cloud. Tatapan pria didepannya begitu intens, dan mendalam.
Hana tidak bisa menghindarinya dan perkataan Cloud tadi jelas menganggu fikirannya. Pria itu secara gamblang menyatakan perasaan untuknya dan lalu apa yang harus ia jawab.
"Cloud." Ariana memanggil putranya dengan suaranya yang lembut.
Suara Ariana berhasil membuat atensi Cloud dan Hana mengarahkan ke sumber suara itu. Hana buru-buru menarik tangannya, hingga genggaman mereka terlepas. Keciduk nih ye... Prikitiew🙈
Ariana tersenyum lebar, memandang ke arah mereka. Hana nampak tertunduk malu-malu sedangkan putranya menggaruk kepala, dan cengengesan.
"Ajak Hana untuk makan siang Nak, Ibu mau ke rumah Nyonya Maria, sebentar."
Lama juga ga apa-apa.. Eeeh 🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
"Baik Ibu. " jawab Cloud. Pria itu berdiri, dan mengulurkan tangannya dan meraih tangan Hana. "Ayo, kita makan. Aku sudah sangat lapar. " Cloud menarik tangan Hana, dan menuntunnya.
"Aku belum lapar Cloud." Cloud memberhentikan langkahnya mendengar ucapan Hana yang terdengar manja di telinganya.
"Makanlah walau sedikit Hana. Ibuku sudah menyiapkannya. Duduklah, dan tunggu aku."
"Kau mau kemana?" pertanyaannya menghentikan Cloud yang hendak melangkah. Pria bermata coklat tua itu pun menoleh. "Ah, aku ingin membersihkan tubuhku. Kenapa? Kau mau ikut? hmm. " Cloud lagi-lagi menggoda Hana.
"What?" Hana melebar maniknya, expresinya yang tidak dibuat-buat berhasil memicu gelak tawa Cloud. "Mengapa kau tertawa, apa kau fikir ini lucu?"
"Expresimu yang sangat lucu, sayang. "
Sayang??
Hayooo yang senyum- senyum dipojokan siapa?? 😏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
Cloud kau sungguh meresahkan bkin Hana jadi salting dgn semua sikapmi
2023-12-02
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fustrani Gostina
Hana saranku kalau entu manusia masih enggak percaya udah cubit aja pipinya, kali aja abis itu melek dah tu orang
2023-10-14
5
🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄
tidak habis fikir lagi sm cloud🤣
2023-10-03
7