"Your first kiss is never just a kiss but a beautiful place you get to visit only once."
(Colin Tegerdine)
Ciuman pertama... hal begitu dijaga Hana karena ia ingin kelak melakukannya dengan seorang pria idaman yang menjadi kekasihnya, namun pria brengsek yang tidak ia ketahuinya namanya sudah menghancurkan harapannya. Pria itu begitu kurang ajar merusak sesuatu yang ia jaga selama bertahun-tahun.
Hana membuka lokernya begitu dirinya sampai di Fakultasnya. Ia mengambil celana, underwear, serta pembalut yang memang ia siapkan di dalam sana. Wajahnya masih di tekuk, dan moodnya semakin memburuk.
Dari tempatnya, Hana melihat kedua sahabatnya berjalan ke arahnya. "Hana."
"Hey, jaket pria siapa yang kau kenakan?" pertanyaan pertama yang Lvy lontarkan. Hana menutup loker dan menguncinya.
"Pria tidak sopan!" jawab Hana ketus. Kedua sahabatnya menatapnya dengan bingung, menuntut penjelasan.
"Aku menstruasi, dia menutupi rok ku dengan jaketnya." Hana menyilangkan tangannya di depan dada. Ia mendengus kasar.
"Pria itu membantumu Hana." Clara berujar.
"Dia memang membantuku, tapi dia juga mencuri ciuman pertama ku." Hana berjalan, meninggalkan dua sahabatnya yang terkejut. Keduanya mengikuti Hana menuju toilet, sehingga posisi mereka sejajar.
"Kau di cium?" Hana berdiam. " Oh my God, apa pria itu tampan dan ****, Hana? " tanya Lvy begitu heboh.
"Sttt, kau diamlah, Lvy!" jarinya menempel di bibir tipis sahabatnya. "Oke Fine, aku akan diam." Lvy segera merapatkan bibirnya.
Hana mempercepat langkahnya yang diikuti kedua sahabatnya. Hana menatap kedepan, berjalan lurus, tidak memperdulikan para pria yang berada disana berdecak kagum memuji kecantikannya.
"Aku bersumpah akan membalas perbuatannya." gumam Hana, memasuki toilet yang berada di ujung lorong. Lvy dan Clara yang masih mengikutinya tersenyum melihat expresi wajah sahabatnya itu.
"Aku penasaran, siapa pria yang berani mencium Hana. Nyalinya besar sekali. "
"Ya, aku juga Lvy."
🍂🍂🍂
Cloud menggeser pintu kelasnya. Berdiri diambang pintu, kehadirannya yang tidak seperti biasanya, berhasil mencuri perhatian teman-teman sekelasnya. Cloud bersikap seperti biasa. Pria itu memfokuskan pandangannya, mengingat wajah teman sekelasnya satu-persatu.
"Cloud." mendengar namanya disebut, Cloud segera berbalik. "Alana."
"Kau menyebut namaku? Astagaa, kau membuat jantungku berdebar Cloud." Alana berteriak. Wajah cantiknya terlihat begitu bahagia. Ini pertama kalinya Cloud memanggilnya tanpa ada embel-embel "Nona" di depan namanya. Menyukai Cloud dari awal bertemu saat orientasi pengenalan kampus. Alana bersungguh-sungguh mengejar Cloud. Berusaha mendapatkan hati pria itu.
Kedua sahabat Alana yang berada dibelakang gadis itu ikut tersenyum.
Alana memeluk lengan kokoh Cloud dengan tiba-tiba. Cloud terdiam, pria itu tidak terusik sama sekali.
Cloud melangkahkan kedua kakinya menuju mejanya, dengan Alana yang berjalan di sampingnya. Gadis itu menggelayut manja.
"Mau sampai kapan kau seperti ini Nona Alana, lepaskan tanganmu, aku ingin duduk." ucapannya langsung di turuti Alana.
"Sorry Cloud. Tapi kalau boleh jujur, lenganmu nyaman sekali untuk dipeluk." Alana mengedipkan satu matanya, dan tersenyum. Cloud lagi-lagi terdiam.
Alana langsung berpindah tempat, mengambil posisi duduk di kursi bersebelahan dengan Cloud. Cloud melihat jam di dinding. Waktu sudah menunjukan pukul delapan.
"Tanggal 28 Agustus 2017, Mr. Aron mengisi mata kuliah dengan memakai kemeja berwarna biru, dan tepat pukul 08.30, aku dan Petter datang terlambat. Petter memakai Hoodie berwarna hijau army saat itu. Lalu saat pelajaran berlangsung, aku izin ke toilet dan Petter meyusulku."
"Sebentar lagi." Cloud mengetuk meja dengan jemarinya perlahan. Jantungnya berdebar-berdebar untuk memecahkan teka-teki yang ia alami.
"Selamat pagi anak-anak!" Mr. Aron memasuki kelas dengan memakai kemeja biru. Cloud terhenyak, ia menelan salivanya dengan keras bersamaan tubuhnya menegang.
"Siang Mr." Jawab teman-temannya serempak.
"Satu lagi, aku harus memastikan satu hal lagi." ucap dalam hatinya.
"Kita mulai pelajaran hari ini, keluarkan buku kalian." suara Mr. Aron tidak berhasil mengalihkan fikiran Cloud. Hingga jarum pendek jam mengarah ke angka 08.29 Cloud menatap ke pintu.
"10,9,8,7,6,5,4,3,2,1."
Kreeeettt
"Sorry Mr, aku terlambat." Petter memakai hodie berwarna army memasuki kelas dengan santai.
"Ya Tuhan." gumam Cloud yang masih tidak percaya jika dirinya kembali ke masa lalu. Mengambil posisinya, Petter duduk di depan Cloud, lalu pria itu memutar tubuhnya ke belakang.
"Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi?" tanyanya seraya melepaskan ranselnya lalu jaketnya.
Petter Parker, putra dari pasangan Mr. Chalk Parker pebisnis yang namanya melejit di Philadelphia, sedangkan ibunya, Mrs. Mariana pemilik yayasan sosial yang banyak memberikan beasiswa, termasuk beasiswa untuk puluhan mahasiswa di kampus tempat Petter kuliah. Cloud salah satu mahasiswa yang beruntung mendapatkan beasiswa tersebut.
"Mode silent. " jawab Cloud mulai memperhatikan Mr. Aron. Petter mengangguk, ia beralih menyoroti Alana yang kali ini memakai dress berwarna pink fanta.
"Hai sexii." sapanya. Alana menoleh, membalas sapaan Petter dengan menyibakan rambutnya yang berwarna legam.
"Oh... Your beautiful babe." puji Petter. " Berkencan lah denganku." ajaknya.
"I'm sorry Petter, kau carilah gadis lain. Aku tidak mau pria disampingku cemburu." Petter terkekeh , Cloud bergeming tidak menaruh perhatian pada obrolan mereka.
"Lihatlah Alana, idolamu bersifat acuh. Kau tidak lelah mengejarnya?"
"Aku tidak akan lelah mengejarnya. Kau lihat saja nanti. Pria disampingku akan memintaku untuk menjadi kekasihnya." ucapa Alana penuh dengan percaya diri. Petter tergelak.
"Kau mau bertaruh?" Alana mengangguk tanpa ragu. "Baiklah, dalam satu bulan jika kau bisa mengambil hati pria dingin ini menjadi kekasihmu, akan aku berikan salah satu koleksi mobil sport ku. Lalu, jika kau gagal, berkencanlah denganku semalaman." tanpa berfikir panjang, Alana mengiyakan persyaratan yang diberikan Petter untuknya.
"Deal?" Petter mengulurkan tangannya. "Deal." Alana membalas uluran tangan pria belasteran Amerika Spanyol itu.
Cloud yang masih terdiam, mendengar pembicaraan mereka.
"Taruhan antara Petter dan Alana, tidak pernah terjadi. Berarti, takdirku bisa berubah hanya dalam waktu hitungan menit."
"Aku harus merubahnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
wach Alana bakal jadi saingan Hana
2023-12-02
0
☾𝕽𝖆𝖓🫡𝖔𝖋𝖋✈︎ ⧗⃟ᷢʷ
waduh benaran dicium secara suami
🌚
2023-11-18
5
☾𝕽𝖆𝖓🫡𝖔𝖋𝖋✈︎ ⧗⃟ᷢʷ
wkwkwk kocak Klo dibaca ulang
👍🗿
2023-11-18
5