Mansion Chalk
"Kau sudah melakukan perintahku?" tanya pria paru baya di lapangan tembak yang berada di mansionnya. Chalk meminta asistennya, memeriksa kebutuhannya untuk menyambut para pembisnis yang menerima undangan makan malam darinya.
"Sudah Tuan." jawab Roland, sekertaris yang sudah berkerja dengannya selam lima belas tahun. "Good, kau boleh pergi."
"Baik Tuan."
Mata elangnya memincing. Chalk mengarahkan pistolnya ke papan tembak yang berjarak 100 meter dari posisinya. Dorr.. Peluru mengenai papan berbentuk lingkaran itu. Menurunkan senjata, pria paruh baya itu duduk di kursinya.
Terdengar ponselnya berdering, ia mengeluarkan benda pipih yang berukuran 3.5 inchi dalam saku celananya.
"Mariana, ck." membuka kancing ke dua kemejanya. Setelahnya Chalk mengangkat sambungan dari nomer istrinya dengan enggan.
"Hallo honey." sapa istrinya yang kini berada di Prancis untuk menghadiri undangan Fashion week di negara itu.
"Ya Hallo my sweety" jawabnya.
"Kau sedang apa?Apa kau sudah makan siang?" tanya wanita itu dengan penuh perhatian.
Pernikahan mereka yang sudah berjalan selama 25 tahun dari sebuah perjodohan bisnis, seorang Chalk tidak menaruh hati kepada istrinya sejak janji suci pernikahan terucap. Pria itu hanya memberikan sebuah kepalsuan sekedar melaksanakan kewajibannya sebagai seorang suami. Tidak lebih dari itu.
"Tentu saja sudah." jawabnya singkat, dengan netranya menatap minat kepada wanita muda yang membawa nampan berisi segelas orange jus untuknya. Chalk memberi aba-aba kepada wanita muda itu untuk duduk di pangkuannya dengan gerakan tanganya.
"Ah syukurlah, jika kau sudah makan." wanita yang menyandang ibu untuk anaknya tersenyum.
"Kau sedang apa Hon?" tanyanya lagi, namun keheningan datang tiba- tiba. "Haloo Honey."
"Ya hallo, sinyalnya terputus sweety." tangan kanannya mengusap bibir ranum wanita itu yang basah karena lumaatan dari bibirnya.
"Baiklah, nanti aku akan menghubungi mu kembali." ujarnya.
"Oke, I miss you sweety." Chalk mengungkapkan rasa rindunya yang berhasil membuat Mariana bahagia. Sayangnya ucapan itu bukan untuk Mariana melainkan untuk wanita yang masih berada di atas pangkuannya sambil membelai rahang tegasnya.
"I miss you to Honey, aku tutup dulu sambunganya."
Setelah sambungan telepon terputus, Chalk menaruh benda pipih itu diatas meja yang berada persis di samping kursi yang ia duduki. Melanjutkan ke intiman dengan anak salah satu pelayannya, Chalk menarik pinggang ramping wanitanya agar lebih mendekat, menyatukan bibirnya kembali, ciuumaan itu semakin agresif dan liar.
Beberapa menit berlalu, ciuman mereka baru terlepas dengan nafas yang tersengal ."Tuan, maaf aku harus kembali ke dapur untuk membantu Lily membersihkan gudang." ucap pelayan itu.
Menghela nafas yang sudah bercampur keinginan, Chalk mengangguk terpaksa. Ia melepaskan lingkaran tangannya dari pinggang wanita itu.
Chalk mengeluarkan lembaran uang dari dompetnya dengan jumlah yang banyak, dan menyelipkan uang dollar itu ke balik baju wanitanya itu.
"Pakailah uang itu untuk pergi ke salon. Dan temui aku nanti malam, pukul satu di ruang kerja ku. Kau mengerti Amora?" Amora menggangguk. Sebelum beranjak, Amora memberikan satu kecupan di bibir Chalk.
"Pergilah." perintahnya yang langsung di turuti Amora. Amora berlengak lenggok dengan senyuman yang memukau. Wanita itu begitu bahagia , misinya untuk mendapatkan hati majikannya tercapai.
Ya, wanita mana yang tidak tergoda dengan pria paru baya itu, selain memiliki kekuasaan, Chalk memiliki wajah yang rupawan, bahkan usianya yang sudah diatas 50 tubuhnya masih terlihat bugar dan kuat.
"Ck, sangat memalukan." Petter yang sudah berada disana menyaksikan apa yang Ayahnya lakukan.
Chalk menoleh ke arah pintu penghubung, dilihat putranya bersandar di pintu yang terbuat dari kaca.
"Tidak biasanya kau pulang siang hari? " Chalk meraih gelas berisi orange jus dan meminumnya. Ia bersikap santai, tidak ada rasa takut, jika putranya akan melaporkan sikap berengseknya kepada Mariana.
Petter mengetahui banyak tentang Ayahnya, termaksut kegilaan Ayahnya kepada wanita. Dia hanya bisa bungkam, tidak berani memberitahukan kegilaan Ayahnya kepada wanita yang melahirkannya.
Ayahnya adalah si pengendali yang begitu kuat. Dengan uang yang di miliki Ayahnya, Ayahnya bisa bertindak yang mungkin bisa membahayakan dirinya dan juga ibunya.
"Aku hanya ingin mengganti pakaianku." ucap Petter seraya berbalik. "Duduklah disini, Daddy ingin bertanya kepadamu." ucapnya seraya menepuk kursi kosong yang berada di sampingnya. Petter menuruti perintah Ayahnya.
"Kapan kau akan belajar mengelola perusahaan?" Petter menoleh, dan memandang wajah ayahnya.
"Aku tidak tertarik Dad."
"Rajinlah belajar seperti sahabatmu." ujarnya, sambil mematik api, membakar tembakau yang berada di dalam pipa rokoknya.
"Aku dengar di kampus dia memiliki kecerdasan diatas rata-rata, dan mempunyai keahlian bela diri, apa itu benar?" Chalk menghisap ujung pipa, lalu mengeluarkan kumpulan asap dari mulutnya.
"Iya." jawab Petter singkat. Petter mngetahui yang dimaksut Ayah adalah Cloud.
"Ajaklah dia berkunjung kesini."
Mendengus kesal, Petter segera beranjak dari sana.
"Kau mau kemana? aku belum selesai berbicara Petter." Chalk marah dengan sikap putra satu satunya yang mengacuhkan pertanyaannya.
"Aku akan mengajaknya kesini, apakah kau puas?"
"KAU." Chalk mengeram, ia menahan amarah agar tidak keluar.
"Kenapa kau diam Ayah? Kau tidak jadi memarahiku?"
Petter bertindak melawan.
Chalk menggertakan giginya. "Kau hanya memikirkan dirimu sendiri Dad, obsesimu dan hasrat gilamu. Pernahkah kau memikirkan perasaanku dan Mom?" Petter melayangkan protes.
Chalk membuang nafasnya dengan kasar. Dia terdiam tidak menjawab pertanyaan putranya.
"Kau tidak akan pernah bisa menjawab, Dad." Petter tersenyum lirih. Segera ia melangkah meninggalkan Ayahnya yang masih terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Chalk ternyata ayahnya Petter
2024-10-24
0
Ita Widya ᵇᵃˢᵉ
iya namanya juga pernikahan bisnis mana ada rasa cinta..
Yanga ada cuma keterpaksaan aja 😌😌
2023-12-03
0
Triiyyaazz Ajuach
ternyata Petter dan ayahnya pun tdk akur
2023-12-02
0