Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu satu jam lamanya, akhirnya Hana menepikan kendaraan roda empatnya di bahu jalan. Hana membuka kunci layar pada ponselnya guna memeriksa kembali alamat Cloud. Hana bernafas lega. "Benar ini alamatnya. " Hana kemudian mematikan mesin mobilnya.
Segera Hana keluar dari mobil dengan paper bag yang berada di genggaman. Hana berdiri di depan pagar, dan mengedarkan pandangannya. "Dia ada di rumah." bisiknya mendapati motor Cloud berada di carport. Perasaan Hana semakin campur aduk dan perutnya terasa melilit. Ia nervous, dan juga gugup.
"Kondisikan jantungmu Hana." Hana bermonolog dalam hatinya. "Bersikaplah biasa aja, oke rileks. " Hana membuang nafasnya dari mulutnya berkali-kali.
"Ada yang bisa di bantu Nona." Hana terkesiap. Di dapatinya seorang wanita mendekat ke arahnya. Wanita itu kini tepat berdiri di hadapannya.
"Apakah ini benar rumah Cloud, Bibi? " hanya menyebutkan nama Cloud, Hana kembali merasakan debaran-debaran di jantungnya.
"Kau mencari putraku". wanita itu tersenyum sumringah menatap Hana. Ariana begitu terkejut, kehadiran Hana di depan rumahnya dan mencari putranya suatu hal yang dibilang keajaiban.
Tidak pernah satupun teman Cloud berkunjung ke rumahnya dan Cloud juga tidak pernah mengajak siapapun ke rumahnya bahkan teman dekatnya. Cloud begitu introvert, semenjak kepergian ayahnya.
Kesehariannya, Cloud menghabiskan waktu hanya untuk belajar dan bekerja. Keadaan yang telah merubah cara berpikirnya dan kepribadiannya. Padahal sebelumnya tidak seperti itu.
"Wanita ini adalah ibunya Cloud. Oh astaga." ucap Hana dalam hatinya. Perutnya semakin melilit, dan terasa di aduk-aduk.
"A-ah, itu, aku kesini hanya ingin mengembalikan jaketnya, Bibi." ucap Hana seraya memberikan paperbag yang berisi jaket hitam milik Cloud. Ariana pun mengambil alih paperbag itu.
"Nanti, aku akan sampaikan Nak. " Hana mengangguk. Lalu, ia memandang ke arah rumah Cloud sekilas dan ia berharap jika Cloud keluar untuk menemuinya."Kemana dia? Apa dia masih tidur? " seketika wajah cantik Hana berubah murung, dan ia memalingkan wajahnya kembali menatap Ariana.
"Cloud sedang bekerja. " Hana lagi-lagi terkesiap. Ucapan Ariana seperti jawaban pertanyaan yang ada di benaknya tadi.
Rupanya Ariana memperhatikan pergerakan Hana dan membaca ekspresi wajah Hana. Ariana mengulum bibirnya, Hana pun menjadi salah tingkah, ia seperti pencuri yang tertangkap basah.
"Be-bekerja? " pertanyaan begitu saja mengudara dari mulut Hana. Hana cukup tercengang, ini masih pagi dan pekerjaan apa yang dikerjakan pria itu. Hana dibuat semakin penasaran dengan pria yang mengusik dirinya akhir-akhir ini.
"Ya, setiap pagi di akhir pekan, ia berkeliling mengantarkan susu dan juga koran." Hana pun tertegun mendengar penjelasan Ariana, dan perasaanya menghangat. Sungguh Cloud, seseorang pria pekerja keras. Pujian dalam hatinya.
"Mungkin sebentar lagi dia akan pulang, kau mau menunggu?"
Hana masih terdiam. Menimbang apakah ia tetap tinggal sesuai kata hatinya atau memilih melangkah untuk pergi. Hana tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Faktanya di hati kecilnya yang paling dalam, ia berkeinginan untuk bertemu Cloud. Haish pria itu.
"Ayo, masuklah." sapuan di tangan Hana, membuat Hana melangkahkan kakinya mengikuti langkah Ariana. Hana tidak meragu sama sekali, karena ada desakan di hatinya memaksa dirinya untuk singgah.
Sampai detik ini, Hana masih meraba perasaannya terhadap Cloud. Kenapa ia begitu seantusias ingin bertemu pria itu. Hana masih mencari tau jawabannya.
"Duduklah." Ariana mempersilahkan tamu putranya itu untuk duduk, begitu keduanya memasuki ruangan tamu. Ruangan yang terlihat sederhana namun bersih membuat Hana merasa nyaman.
Hana pun memilih duduk di salah satu sofa dekat dengan jendela.
"Ah ya, hampir saja aku lupa. Siapa namamu, Nak?"
"Hana, Bibi. " jawabnya. Ariana tersenyum dan mengangguk. "Nama yang sangat indah." puji wanita itu.
"Aku akan membuatkan minuman, tunggulah."
"Iya, Bibi. "
Sepeninggalnya Ariana, Hana memandang ke arah frame dengan ukuran besar yang menempel di tengah dinding. Hana bangun dari duduknya, ia memandang lebih dekat potret keluarga yang terlihat bahagia.
"Cloud mirip sekali dengan Ayahnya." cukup melihat sebentar, Hana bisa menilai. Wajah tampan Cloud di warisi dari ayahnya, dan manik coklatnya mewarisi manik ibunya.
Hana memindahkan pandangannya, dan memandang foto Cloud remaja. "Lihatlah, wajahnya disini terlihat sangat polos."
"Itu foto diambil saat Cloud berusia 15 tahun." ujar Ariana seraya meletakkan lemon tea dan juga cookies ke atas meja. Hana kembali duduk.
"Aku masih tidak percaya, ada gadis cantik sepertimu mencari putraku." Hana pun tersenyum kikuk, canggung dan malu.
"Apakah kau teman kampusnya, Cloud?" tanya Ariana sembari menyandarkan punggungnya di sofa.
"Iya Bibi, hanya saja kami berbeda fakultas." jelas Hana.
" Oh seperti itu. Apakah kau sudah lama mengenal putraku? Bagaimana sikapnya? "
"Ah dia... "
"Ha-na." suara serak yang Hana akui terdengar sexi membuat dirinya meluruskan pandangannya. Hana diam terpaku, menatap Cloud yang berdiri di ambang pintu dengan melebarkan senyuman. "Astaga senyumnya membuat dadaa ku terasa sesak."
Ehekkkk 💃💃💃💃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
cieee Hana tersepona jantung msh aman Hana atau jgn" mulai berdebar" kaya hbs lari marathon?? 😄😄😄
2023-12-02
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fustrani Gostina
Lah malah ke sana, hati - hati aja Yo pesanku pokoknya. Moga berhasil hehe jangan jedag jedug jantung ples stresss ujungnya
2023-10-14
3
🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄
berdebar karna gugup atau karna anu nih🤨😂
2023-10-03
23