"Ha-na." Cloud berusaha mengatur pernapasannya yang mendadak tidak beraturan begitu ia mendapati Hana berada dirumahnya.
Apa ini mimpi, Cloud bermonolog dalam hatinya. Cloud menatap dalam gadis yang berada di sudut ruangan, yang tengah duduk bersebelahan dengan ibunya.
Hingga gadis itu membalas tatapannya, kedua manik mereka saling bertemu, dan mengunci satu sama lain. Cloud mematung, manik coklat itu, membiusnya menghantarkan suatu ketenangan di dalam relung hatinya namun mampu membuat jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya
Cloud membenarkan posisi tubuhnya, yang tadi sedikit membungkuk untuk mengatur deru nafasnya. Dia salah tingkah. Pria itu menyibakan rambutnya, dan melengkungkan bibirnya membetuk senyuman, terlihat percaya diri padahal dia sedang berusaha menutupi kegugupannya.
Dengan memiliki tubuh yang tinggi dan berdadaa bidang, lihatlah gayanya seperti model profesional. Sialnya, gayanya barusan membuat Hana Pastone terkesiap, dengan sejuta pesona di miliki Cloud, terutama senyuman pria itu.
"Astaga senyumnya membuat dadaa ku terasa sesak." lagi-lagi Hana memuji dalam batinnya. Hana mengalihkan pandangannya, ia tertunduk, dan tersipu. Perasaanya semakin tidak menentu.
Ariana yang berada disana dan memperhatikan interaksi keduanya, turut tersenyum. Wanita itu bisa memahami situasi, lalu ia pun berdiri. "Hais kalian ini, mengingatkan ku saat muda dulu." Ariana tertawa pelan. "Sebaiknya aku pergi dari sini."
"Bibi tinggal dulu ya Hana." Tidak menunggu respon Hana, wanita itu pun berjalan ke arah putranya yang masih berdiri di ambang pintu dan senyuman putranya tidak memudar sama sekali. "Perjuangkan sesuatu yang membuat kau bahagia Nak. " bisik Ariana. Kemudian wanita itu membelokkan langkahnya ke dapur meninggal dua insan yang mungkin memiliki perasaan yang sama.
Cieee.. Cieee...
Hana masih tertunduk di sana, dan meremas pakaiannya. "Kau sudah lama disini Hana?" Hana mendongakkan kepala, menatap lekat wajah Cloud.
"Tidak, tidak juga. " nafas Hana tercekat untuk sesaat. Jantungnya berdetak cepat tatkala maniknya yang teduh bersitatap dengan manik Cloud yang mengarah kepadanya.
Hana berdeham pelan seraya mengalihkan wajah dan pandanganya, memutuskan kontak mata agar ia bisa menetralisir degupan di jantungnya. Namun itu tidak berhasil.
" Aku sudah menitipkan jaketmu kepada Ibumu, Cloud." kembali Hana membuka suara, nada suara gadis itu yang lembut menenangkan hati Cloud.
"Oh astaga, dia menyebut namaku. " Gumam Cloud , hatinya bersorak riang. Untuk pertama kalinya Hana memanggilnya, hal itu yang ia rindukan.
"Apakah kau sudah menyemprotkan parfume beraroma lily of the valley bercampur white flower, di jaketku?" tanya Cloud, seraya melangkah pelan untuk mendekati Hana.
Pertanyaan Cloud sontak membuat Hana kembali mendongakkan kepalanya dengan mata yang membola. "Ku rasa itu tidak perlu." Hana mendengus kasar, lalu membangkitkan diri dari duduknya dan menyematkan tas di bahunya. "Aku ingin pulang."
Hana melangkah melewati tubuh Cloud. Dengan pergerakan cepat, Cloud menarik sikut tangan Hana hingga posisi mereka berhadapan dan sejajar. Mereka kembali saling menatap, dan mendalami perasaan mereka masing-masing. Beberapa detik mereka terdiam, tangan Cloud masih menggenggam tangan Hana yang putih mulus.
"Kenapa kau terburu-buru, hmm? Aku baru saja sampai."
"Lalu apa hubungannya? Aku sudah mengembalikan jaketmu." Cloud memutar tubuhnya. Pria itu sedikit membungkuk saat ia berdiri di belakang Hana, hingga wajahnya berdekatan dengan ceruk leher jenjang Hana.
Tubuh Hana seketika menegang merasakan hembusan nafas hangat Cloud menyapu kulit lehernya. Cloud mengikis jarak di antara mereka, hingga bibirnya nyaris menyentuh daun telinga Hana. Membuat Hana bergidik karenanya.
"Tapi kau belum mengembalikan hatiku Hana." bisik pria itu. Suara paraunya berhasil membuat jantung Hana berdegup dengan tempo yang sangat cepat. Sekujur tubuhnya semakin membeku dan seketika ia lupa caranya untuk bernafas.
"Apa maksud ucapanmu Cloud?" Hana membuang nafas kasar saat ia merasa sesak, karena Cloud terus menatapnya. Hana tidak berani menoleh.
"Kau sangat polos sekali Hana. " Cloud mematrikan senyum bahagia, begitu ia memandang raut wajah bingung Hana.
"Aku menyukaimu, Hana." satu kecupan singkat mengenai pipi Hana yang sudah merona. Hana pun menoleh dan jarakpun semakin terkikis sehingga menjadi lebih dekat
"Kau pandai sekali mencari kesempatan dalam kesempitan!!" Hana mengepalkan kedua tangannya yang berada disisi tubuhnya. Wajahnya memerah dan memanas. Kecupan yang singkat namun terasa manis.
Cloud pun tergelak, Pria itu tertawa dibuatnya.
Hana membalikkan tubuhnya, berdecak kesal. Dalam satu waktu, pria itu bisa membuatnya tersipu malu, marah, bingung dan tentunya selalu bisa membuat jantungnya memompa lebih cepat.
Hana melipat kedua tangannya di depan dadaanya. Melihat tawa Cloud, suhu tubuhnya semakin memanas. "Kau diamlah."
"Oke, Oke aku akan diam. " Cloud mengurutkan hidungnya dan mencoba menahan tawanya.
"Sebaiknya kau duduklah lagi, Hana. Kau belum minum minumanmu dan kau juga belum mencoba cookies buatan Ibu ku. Kau tidak ingin membuat ibuku kecewa, bukan? " Cloud membalikkan tubuhnya seraya merengkuh tubuh Hana, dan mengantarkan gadis itu untuk duduk kembali ke sofa.
"Cookies buatan Ibu ku sangat lezat, kau pasti akan menyukainya." ucap pria itu lagi. Hana dengan patuhnya, mengambil cookies tersebut dan memakannya. Cloud memperhatikannya.
"Kenapa kau terus menatapku?" alis Hana menukik, menatap Cloud dengan tatapan syarat akan curiga. "Ada apa?"
Cloud terkekeh pelan. "Aku masih tidak percaya kau berada disini Hana."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
jadi senyum" sndri bacanya
2023-12-02
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fustrani Gostina
Nah sekarangan jantung dadakan kan Lo pas liat dia datang tiba - tiba kayak gitu, mampus mau ngomong apa ujungnya tuh hehe
2023-10-14
4
🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄
itu bkn mimpi bang elah makanya cuci muka dulu 😌
2023-10-03
9