"Oh.. Astaga untung aku bisa keluar dari sana." Alana benar-benar bisa bernafas lega setelah berhasil menjauh dari tatapan mesum Chalk. Menghirup udara bebas, Alana menikmati pemandangan kota Philadelphia yang terlihat gemerlap dan tenang.
Berdiri sendiri tidak membuat Alana jenuh. Jika ia diberikan pilihan Alana akan memilih tetap berdiri lama dalam kesendiriannya disini daripada balik ke dalam ballroom. Meski angin malam di balkon membuat dirinya sedikit kedinginan.
Alana menyilangkan tangannya mendekap daadanya, mengusap tangannya merasakan hembusan angin malam yang menerpa tubuhnya. "Dingin sekali."
Alana mengeratkan pelukan ditubuhnya. Rambutnya yang terurai bergelombang, bergerak. Alana yang saat itu mengenakan backless dress, tiupan angin membuat bagian punggung indahnya terekspos.
Ayden keluar dari toilet. Memeriksa jam tangannya, ia melangkah sembari mencari keberadaan gadis yang mencuri atensinya tadi.
Melewati dua pintu penghubung yang mengarahkannya ke balkon, langkahnya terhenti saat matanya tanpa sengaja menangkap keberadaan Alana.
Ayden tersenyum, ia pun memenuhi niatnya untuk mendekati gadis itu. "Kau tidak merasa kedinginan, Nona? " Alana menoleh ke sumber suara itu yang ia yakini jika pertanyaan tertuju untuknya. Ayden lagi-lagi terpana.
"Tidak." jawab Alana berbohong, jelas sekali tadi Ayden melihat Alana memeluk tubuhnya sendiri.
Alana menoleh kembali ke objek yang indah di hadapannya. Tidak tertarik untuk berbicara dengan pria yang berada di dekatnya. Apalagi pria itu asing.
Ayden melepaskan jas hitamnya, dan menyematkan ke tubuh Alana. Alana pun terperanjat, ia menatap ke arah Ayden yang sudah berdiri tepat di sisinya.
"Namaku, Ayden." Ayden mengulurkan tangannya dan menerbitkan senyum terbaiknya.
"Aku tidak peduli." Alana membuang wajahnya, dan mengabaikan uluran tangan Ayden. Gadis itu tidak terpengaruh dengan apa yang sudah Ayden lakukan dan terutama senyuman pria itu.
Alana benar-benar tidak tertarik. Untuknya tidak ada pria yang bisa menandingi pesona seorang Cloud. Hanya Cloud yang bisa membuat jantungnya bergetar dan membuatnya penasaran.
"Kau membuatku tambah penasaran Nona." perkataan Ayden membuat Alana berdecak kesal. Ayden semakin menarik keatas kedua sudut bibirnya, dia tidak mengambil hati dengan penolakan Alana secara terang-terangan.
"Kau berisik sekali!" ucap Alana, tanpa menoleh sekalipun. Ayden masih tersenyum. Menemukan Alana seperti keberuntungan untuknya. Gadis itu memang berbeda.
"Baiklah, aku akan menutup mulutku." Ucapan Ayden yang tidak dihiraukan.
Menghabiskan waktu berdua, ralat maksudnya menikmati kesunyian berdua, Ayden memanjakan kedua matanya. Memandang wajah Alana dari samping, maniknya menyelusuri setiap lekukan wajah cantik Alana dan merekam di dalam memorinya.
Kini kedua maniknya berpusat pada bentuk bibir Alana yang bervolume, sexiii, dan bewarna coral. Ayden mengeram, lalu menelan salivanya dengan kasar. Jantungnya semakin berpacu dengan cepat.
Ayden bersusah payah, menahan nalurinya agar tidak menyentuh dan mengusap bibir Alana. Selamat, pria itu bisa mengontrol dirinya.
"Aku ingin merokok."
"Lakukanlah sesukamu."
Ayden mengeluarkan rokok dan korek dalam saku celananya. Menyelipkan satu batang rokok, segera ia mematik api untuk membakar gulungan kertas berisi tembakau itu, lalu menghisapnya.
Alana mengibaskan tangannya, menghalau kepulan asap yang menganggu pernafasannya. "Matikan rokokmu, pria keledai!!" Alana merasakan tenggorokannya sakit karena menghirup asap, ia pun terbatuk.
"Sorry." Ayden segera mematikan rokoknya. Sejurus kemudian ia masuk ke ruang ballroom dan kembali dengan membawa segelas air mineral. "Minumlah."
Alana mengambil gelas kristal dari tangan Ayden, dan menghabiskan cairan berwana bening itu.
"I'm sorry." Ayden meminta maaf kembali karena masih merasa bersalah. Jemarinya terangkat, dengan begitu kurang ajarnya ia menggulirkan jemarinya mengusap air mata Alana, bergerak turun dan menyentuh bibir bervolume gadis itu. Akhirnya ia kalah dengan nalurinya yang sejak tadi ia tahan.
"Singkirkan tanganmu yang kurang ajar itu, Tuan!!" Alana menepis tangan Ayden dengan kasar. Lalu, ia melepaskan jas Ayden yang masih terpasang di tubuhnya. "Terimakasih atas jasnya." Alana mengembalikan jas hitam itu ke tangan Ayden.
"Semoga ini adalah pertemuan kita yang pertama dan yang terakhir, Tuan." ucapnya. Benar-benar kejadian malam ini begitu buruk. Baru saja ia terbebas dari tatapan menggelikan sahabat ayahnya, kini ia harus dihadapkan dengan pria asing, yang sok tampan.
"Dan aku berharap doamu tidak terkabulkan Nona. Aku berdoa dan berharap suatu saat nanti kita bertemu lagi. "
"Ck. Itu tidak akan pernah terjadi." dengan keterpaksaan, Alana berjalan cepat meninggalkan Ayden disana dan pastinya ia akan mengajak ayahnya untuk pulang.
"Kita lihat saja nanti." Ayden pun tersenyum, lalu ia membuang nafasnya dari mulutnya. " Oh, dia sangat menarik."
"Bersiaplah untuk bertemu lagi denganku, Nona."
"Aku akan mencari tau tentangmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Ita Widya ᵇᵃˢᵉ
gak kalah ganteng sama cloud . 😁
2023-12-04
0
Triiyyaazz Ajuach
ya Ayden kau kejar saja Alana jadi biar Cloud sama Hana
2023-12-02
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
Cerita di novel ini tuh kaya Casper senang menarik perhatian pembaca. Ku juga tertarik dengan kisah mereka yang uhuk, sayang baru sampai bab ini yang ku baca tapi mungkin nanti dilain kesempatan ku bisa baca sampai akhir bab✌️
2023-11-28
3