"Ya Tuhan." lirih seorang pria berada di ruangan kecil yang terletak di ruang bawah tanah. Kondisi ruangan tersebut lebih buruk dari penjara. Lembab, kotor dan temaram. Bukan itu saja, pria itu juga harus menyaksikan kekejaman yang berada di sekitar.
Sudah ada beberapa korban yang mati karena disiksa dan pelakunya adalah kedua sahabatnya.
Justine hanya menunggu waktunya. Tidak ada harapan untuknya keluar dari sini, sekedar bernafas dengan benar pun terasa sulit. Sudah dua tahun lamanya, dia terkurung. Karena tertangkap membocorkan rahasia besar kedua sahabatnya.
Dengan kedua kaki yang dipasung, Justin beringsut menyandarkan punggungnya ke dinding. Ia memdekap kedua lututnya, tubuhnya yang ringkih karena kurang asupan makanan bergizi bergetar. Pria itu kelaparan dan kehausan.
Terdengar derap langkah seseorang, mendekatinya. Justine mengangkat wajahnya.
"Bagimana kabarmu Justine?" tanya pria itu dengan senyuman licik. Pria itu mengangkat dagu Justine dengan pisau yang berada di tangannya. Justin meringis. Ia merasakan perih dibagian dagunya.
"Daripada kau menyiksaku, lebih baik kau bunuh aku!" ujar Justine penuh penekanan. Pria itu tergelak, tertawa menganggap ucapan Justine lelucon yang sangat menggelikan.
"Tentu, aku akan membunuhmu, tapi setelah aku jenuh bermain-main denganmu." pria itu tertawa dan menggoreskan pisau tepat dileher Justine.
" Justine.. Justine... Malang sekali dirimu. Kau tau, istrimu masih terlihat begitu cantik " pria itu berucap sambil menjambak rambut Justine hingga wajahnya mendonggak.
"Jangan kau ganggu dia!" Justine menggeretak.
"Lalu putramu, aku tertarik kepadanya "
"Kau mau apakan putra ku??? " Justine kembali berteriak.
" Memanfaatkannya, seperti yang aku dan Helder lakukan padamu." pria itu tertawa terbahak-bahak, tangannya semakin kuat mencengkram rambut Justine.
Tak lama kemudian datang lagi seorang pria yang betubuh tinggi besar membawa ember berisi air panas dan meletakkan ember itu di sisi Justine.
" Mari bersenang-senang." Kedua mata Justine membulat sempurna, melihat uap panas yang keluar dari ember yang dibawa kaki tangan pria itu.
Memandang wajah pria itu, tubuh Justine bergetar hebat. Kembali menarik rambut Justine, pria itu dengan amarahnya, membenamkan wajah Justine ke dalam air panas..
" Rasakan!!"
Byurrrrrr....
Cloud membasuh wajahnya di wastafel yang berada di dalam toilet khusus karyawan. Mengusap wajahnya yang basah dengan handuk, kemudian ia mengambil ranselnya di dalam lokernya.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, jadwal shiftnya selesai. Terdengar, suara dering ponselnya berbunyi segera ia mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya.
" Ibu." ucap cloud sembari mengangkat sambungan dari ibunya. "Hallo Ibu."
" Segeralah pulang Nak..."
🍂🍂🍂
Setibanya di rumahnya, Cloud melompat turun dari motor untuk mendekati dua pria bertubuh besar tinggi yang berdiri di depan rumahnya. Setelah mendapatkan panggilan dari ibunya, Cloud meninggalkan tempatnya bekerja.
"Cloud." Cloud memeringkan tubuhnya. Melihat Iriana, ibunya keluar dari dalam rumah dengan membawa map berisi berkas.
"Ibu, apa yang terjadi?"
"Ibumu meminjam uang kepada kami, dan hari ini sudah jatuh tempo." ucap pria yang berkulit legam.
"Berapa nominalnya?"
"650$ USD, itu total keseluruhan dengan bunganya."
Cloud mendesah pelan. " Bisakah tuan datang kembali besok siang? " tanya Cloud. "Aku berjanji, aku akan melunasinya. "
Dua pria bertubuh tinggi besar itu tanpak berfikir. "Baiklah aku akan kembali pukul satu siang, jika sampai kalian belum membayar juga surat rumah kalian akan kami ambil. "
Cloud mengangguk. Dua pria itu meninggalkan tempat tinggal mereka.
" Maafkan ibu Nak. " ucap Iriana lirih. "Ibu meminjam untuk membantu biaya oprasi mata Jessy."
Jessy, gadis piatu berusia 9 tahun, yang tinggal bersama neneknya, Maria. Gadis malang, yang tidak tahu siapa ayah biologisnya. Saat usia tiga tahun, ibunya mengalami pelecehan lagi untuk kedua kalinya yang akhirnya membawa perempuan itu pada kematian. Maria merawat cucunya itu, tentunya di bantu Ariana.
"Tidak masalah Ibu." Cloud mengusap punggung Ariana, dan menuntun ibunya masuk ke dalam rumah.
"Kau akan mencari uang kemana, Nak?" tanya Ariana. Ia memikirkan putranya. Darimana Cloud mendapatkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit.
"Jangan kau fikirkan Ibu, segeralah beristirahat. " tidak menjawab pertanyaan ibunya, Cloud sempat memikirkan kemana ia akan meminjam uang. Ia tidak ingin rumah milik ayahnya di ambil. Hanya ini yang tersisa yang diberikan mendiang ayahnya.
"Tapi Nak."
"Istirahatlah Ibu." Cloud membukakan pintu kamar ibunya, meminta agar ibunya beristirahat. "Baiklah nak."
Sepeninggalnya Cloud, Iriana menutup pintu kamarnya. Lalu ia berjalan menuju lemarinya untuk meletakkan kembali surat rumah yang hampir saja menjadi jaminan.
Menutup pintu lemari, ia mengalihkan langkah menuju tempat tidurnya.
Ariana menghela nafas panjang, ia mengambil frame berlis putih di atas nakas disisi tempat tidurnya. Dia memandang foto itu dan menitihkan air matanya.
"Aku merindukanmu Justine."
...Ramadhan Kareem!! May Allah fills our heart with courage and makes our way closer to the victory. May Allah be always with us!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Ita Widya ᵇᵃˢᵉ
benar kan dugaan ku..
Justine bapaknya si cloud..
pasti pelakunya bapaknya Peter feeling ku..
2023-12-04
0
Triiyyaazz Ajuach
jadi ayah Cloud ditahan
2023-12-02
0
𝕸y💞Uʟғᴀ ིྀ༙࿐
kok ngeri yaa ngebayangno saadiisss/Scare//Scare/
2023-11-19
3