Koridor yang mengarah ke kantin siang ini begitu ramai. Hana berserta kedua sahabatnya menyelusuri lorong dengan Hana berjalan di tengah-tengah sahabatnya.
"Lihatlah Hana Pastone lewat." ucap salah satu mahasiswi yang berada di kerumunan di depan papan pengumuman. Mereka yang lain mendadak bungkam sambil melihat ke arah Hana.
Seorang pria berperawakan gemuk memakai kaca mata memberhentikan langkah Hana, Donald teman sekelas Hana. "Kau tidak mau melihat sesuatu yang berkaitan tentangmu Hana." ucapnya.
Hana menaikkan alisnya. "Ada apa Donald?" nampak kerutan mucul di keningnya.
"Kau lihatlah sendiri, Hana."
Hana membalik tubuhnya. Beberapa orang yang berkerumun memberikan akses jalan untuk Hana dan sahabatnya.
"Astaga!" Hana terkejut melihat foto yang berada di papan tersebut. Hana mengambil foto itu secara kasar dan memacu kakinya ke ruangan organisasi. Tiba di depan ruang organisasi, Hana masuk ke dalam ruangan tersebut tanpa mengetuk pintu.
"Siapa yang menempelkan foto ini??" Hana meletakan kertas bergambar dirinya dengan pria yang menciiuumnya tadi pagi di atas meja. Para anggota bergeming. " Siapa??" tanyanya lagi, emosinya semakin meluap.
"Aku." seorang pria berkulit hitam tinggi berjalan dengan kamera yang menggantung di lehernya.
"Kau." Hana memecak. "Siapa yang memberimu izin menyebarkan, hah?"
"Tidak ada Nona, itu inisiatifku sendiri." jelasnya. "Ku fikir ini akan menjadi berita yang booming. Seorang Hana Pastone putri dari pembisnis terkenal Alston Pastone berciiumaan dengan seorang pria bernama Cloud, di parkiran kampus." lanjut pria tinggi itu yang bernama James, ketua Organisasi.
"Kau mau hapus foto itu atau aku akan melaporkanmu ke kantor polisi?" ancam Hana, yang memuat James ketakutan.
"Oke Nona, aku akan menghapusnya." jemarinya membuka kameranya dan menghapus beberapa foto Hana di dalamnya. "Sudah Nona." Hana merampas kamera itu, dan memeriksanya dengan teliti. Syukurlah, Pria ini benar-benar menghapusnya.
Hana bisa bernafas lega. "Sekarang Kau antar aku!" Hana menarik jaket James dan membawanya keluar ruangan. "Hey.. Hey.. Lepaskan aku. Kau mau membawa ku kemana?"
"Antarkan aku ke kelas pria yang berada di foto itu. Siapa namanya?"
"Cloud Heaven, mahasiswa fakultas Manajemen." Hana semakin mempercepat langkahnya. "Lepaskan tanganmu Nona!"
"Tidak!!"
🍂🍂🍂
"Aku akhiri materi hari ini, selamat siang." Aron berjalan keluar kelas setelah mengajar. Dosen di bidang manajemen itu di gandrungi para mahasiswi di kampus. Pria matang berusia 30 tahun itu memiliki wajah tampan, dan ketampanannya itu menjadikan dirinya sebagai dosen tertampan di kampus. Usut punya usut pria yang mempunyai lesung pipi itu belum menikah.
Masih menarik jaket James, Hana sudah berada di Fakultas manajemen. Dua sahabatnya mengikuti mengimbangi langkah Hana yang tergesa-gesa. "Ke arah kiri." ucap James, memberi arahan.
Brukk, Lvy tidak sengaja menabrak seseorang hingga buku serta setumpuk kertas yang dibawa seseorang itu terjatuh. Mereka pun menghentikan langkah.
"Sorry, aku tidak sengaja." Lvy berjongkok, membantu pria itu merapikan kertas-kertas yang berserakan.
Melihat sepintas sosok yang dihadapannya, Lvy terpanah. "Ya Tuhan, dosen ini sangat tampan." puji Lvy dalam diam. Segera ia berdiri, begitupun dengan Aron.
"Lain kali jika berjalan, lihatlah ke depan, Nona." ujarnya. Tidak menunggu jawaban Lvy, Aron mengambil kertas yang berada di tangan Lvy, dan kembali melangkahkan kaki jenjangnya.
"Ya Tuhaaaann." Pipi Lvy memanas karena rasa malunya. "Hey James, dosen tadi mengajar materi apa?"
"Mr.Aron mengajar Manajamen Nona." benar-benar James seorang pencari berita handal. Berniat mengajukan pertanyaan lagi, namun Hana sudah menyela.
"Dimana kelasnya?" Hana melayangkan pertanyaan, James langsung menggerakan jari telunjuknya ke arah ruangan yang sedikit terbuka. "Disana." James berjalan terlebih dulu.
James membuka pintu kelas Cloud. Mereka yang di dalam, menoleh ke arah pintu. Tak terkecuali Could. Cloud memandang Hana yang berjalan, menghampirinya.
"Hai Nona!" sapa Cloud dengan senyuman yang jarang dipelihatkan kepada teman-temannya, begitupun Petter sahabatnya. Alana yang tengah berkumpul dengan kedua sahabatnya memandang ke arah Cloud.
"Kau, lihatlah ini!!" Hana melemparkan kertas yang sudah membulat karena remasannya, mengenai tubuh Cloud dan terjatuh. Cloud mengambil kertas itu di bawah kakinya. Membuka perlahan, ia menahan rahangnya agar tidak tersenyum.
Petter merasa penasaran, ia merebut kertas itu.
"Oh astagaa, kau menang banyak dude. Gimana rasa bibirnya?"
"Manis." Cloud tersenyum lebar, tapi tidak dengan Hana. Hana mengeram kesal. "Kau memang brengsek!!" Hana menaikan tangannya, dan..
Plak ... Tamparan keras mengenai pipi kanan Cloud. Semua yang disana terkejut. Cloud terlihat syock, mengusap pipinya, pria itu menaikan kedua sudut bibirnya.
Alana mendekati Cloud, ada rasa tidak terima jika pria yang ia kagumi di tampar. Alana berusaha ingin ikut campur untuk membela namun Cloud menahannya.
"Terimakasih Nona atas tamparanya." Hana mengepal tangannya, emosinya semakin meluap-luap melihat wajah Cloud yang tersenyum.
Mereka yang disana terdiam dan hanya bisa menyaksikan.
Cloud perlahan memajukan wajahnya, sehingga Hana bisa merasakan hembusan nafas dan aroma mint yang menguar dari mulut pria itu. "Segera kembalikan jaketku, Nona. Dan jangan lupa semprotkan parfum beraroma lily of the valley bercampur white flower." Cloud berbisik membuat Hana Pastone kehabisan kata-kata.
Menatap manik Hana sekilas, rasanya ia ingin berlama-lama menatap bola mata indah itu dengan segenap rasa cintanya yang menggebu. Kedua manik coklat itu yang pernah meluluhkan hatinya dan memberikan harapan.
Hana terdiam mematung, emosinya tiba-tiba mereda digantikan debaran kecil dihatinya. "Bagaimana dia tau aroma parfume favoritku." ucap Hana dalam hati.
Tidak ingin berlama-lama, Hana, yang di ikuti kedua sahabatnya dan James beranjak dari sana. Tidak memperdulikan suara yang bersorak menyoraki mereka.
Cloud duduk kembali ke kursinya, dadanya masih berdetak dengan cepat. "Aku akan mengubah semua Hana. Jika terdahulu kau yang mengejarku, sekarang biarkan aku yang mengejarmu dan mendapatkan hatimu."
Alana masih terdiam, mencoba memahami situasi yang terjadi barusan. "Dia siapa Cloud?" tanya Alana pada akhirnya membuka suaranya. Cloud tidak merespon pertanyaan gadis itu.
"Siapa Cloud?" tanyanya menuntut. Alana sudah terbakar api cemburu. Namun Cloud tetap bergeming enggan membuka suara.
"Ada yang panas tapi bukan air mendidih." Petter tersenyum menggoda Alana "Sepertinya kau akan kalah taruhan Nona Alana."
" Diamlah kau Petter !!" bentaknya membuat Petter tertawa begitu puas. "Aku harus mencari tahu secepatnya."
Petter Parker
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Ita Widya ᵇᵃˢᵉ
petter juga gak kalah ganteng..
2023-12-03
0
Triiyyaazz Ajuach
cakep juga Petter
2023-12-02
0
Harta Wulan
petter parker kek nama yg jadi spiderman yaa
2023-11-28
4