Sibuk

"Apakah sekarang banyak pemula yang hebat? Atau aku yang sudah terlalu tua untuk mengikuti jaman?" gumam Rein dengan mendesah pelan.

Padahal dia hanya berumur 27 tahun, bahkan belum terlalu tua untuk dikatakan. Tetapi, entah mengapa dia merasa bahwa dirinya cukup tua jika dibandingkan dengan pembalap amatir lainnya, bahkan dibandingkan dengan Coco, dia lebih tua 5 tahun.

1 Jam Kemudian,

Udin saat ini sudah pulang ke rumah, tubuhnya terlihat sangat lelah usai balap amatir. Walaupun dia memiliki ketrampilan balap yang baik, tetapi mentalnya tidak mampu mengimbangi dengan energi yang dibutuhkan oleh Udin.

"Bos, apakah kamu ingin diberikan pijatan?" tanya Ella dengan wajah malu-malu.

Udin tentu saja tidak munafik, jadi dia menganggukan kepalanya tidak menolak Ella.

Tangan kecil Ella perlahan mulai memijat tubuh Udin yang kaku. Dengan lambut dirinya mulai meraba tubuh Udin dan memijatnya dengan pelan.

Udin tidak bisa tidak menikmati pekerjaan tangan Ella, walaupun tubuhnya tanpa isi, tetapi kekuatan pikatannya cukup pas, tidak terlalu kuat atau terlalu lemah.

Perlahan tubuh kakunya mulai rileks dan merasakan sedikit mengantuk. Mata Udin mulai merasakan dunia kegelapan. Perlahan-lahan dia mulai tertidur lelap dalam buaian Ella.

"Bos?"

"Apakah sudah tidur?"

Ella dengan berani menatap wajah Udin tanpa malu-malu. Merasakan bahwa Udin benar-benar tertidur, entah mengapa Ella juga mulai bosan dam mengantuk.

Tetapi melihat pipi mulus Udin lagi, Ella mulai cekikikan sendiri dan mencium pipi Udin pelan. Sebuah cap bibir samar terlihat jelas membekas di pipi Udin. Dan dalam diam, Ella mulai tertidur di samping Udin seperti anak kucing.

Pagi telah tiba,

Alarm handphone Udin mulai berbunyi, sinar matahari memasuki celah-celah jendela yang cukup untuk menyilaukan mata.

Udin perlahan mulai pergi ke kamar mandi. Dengan derap langkah pelan, Udin menatap kaca cermin untuk menatap wajahnya.

Dengan mata sedikit berat, Udin memandangi wajah tampannya dengan sedikit narsis. "Hei, wajah yang tampan."

Tetapi tiba-tiba mata Udin terpaku ke pipi kanannya. Sebuah cap bibir samar terlihat jelas menempel di pipi indahnya.

'Cekikikan'

Tiba-tiba sebuah suara cekikikan membangunkan Udin yang masih terpaku dan bergegas pergi dengan marah.

"Ups, aku ketauan!"

"Ella! Jangan lari!"

"Ah...! Boss! Aku salah! Aku salah! Ahahaha! Aku... Hahaha, bos! Aku salah! Hentikan bos!"

Suara tawa dan permintaan maaf terus menerus terdengar dengar ruang keluarga. Rupanya, Udin menangkap Ella dan mulai menggelitiki Ella hingga tertawa dan menangis.

10 Menit kemudian, Ella menatap Udin dengan wajah cemberut lucunya. Setelah beberapa kali permintaan maaf, akhirnya Udin mulai bosan dan pergi untuk mandi. Sedangkan Ella bergegas ke dapur untuk menyajikan beberapa hidangan untuk Udin dan dirinya.

Walaupun dia adalah sekertaris Udin, tetapi tetap saja dirinya tetap memasak masakan di apartemen Udin. Jika bukan karena Udin yang tidak memiliki pengurus rumah, tentu saja Ella tidak mungkin untuk memasak sekarang.

"Bos, silakan."

"Apa kegiatan hari ini?" tanya Udin dengan santai.

"Emm, sepertinya tidak ada bos, hari ini adalah hari santai."

"Apakah begitu? Kalau begitu setelah mengurus di showroom aku akan pergi jalan-jalan."

"Eh, Bos, sepertinya kemarin kamu belum menandatangani kontrak dengan Mobil88 bukan? Apakah bos ingin saya menghubunginya?"

"Ah, yah, tentu saja, aku ingin melihat perkembangannya."

"Tentu bos, aku akan menghubunginya nanti."

Setelah beberapa basa-basi dan makan, akhirnya Udin dan Ella mulai berangkat menuju Showroom pertama Udin.

"Selamat Pagi Bos!" teriak beberapa karyawan wanita serempak. Bagaimanapun juga, hampir tidak ada karyawan pria disini.

"Pagi," balas Udin dengan senyum santainya.

Udin menatap beberapa mobil yang ada di showroom dengan santai. Ada ratusan mobil baru yang sepertinya baru saja tiba disini. Dengan santai Udin langsung mengupgrade semua mobil dan membiarkan beberapa karyawannya untuk menata mobil dan memberikan harga yang tepat.

Showroom dibuka mulai dari jam 12 siang. Sekarang sudah jam 10, dan sudah ada 7 pegawai yang muncul di showroom karena memang showroom ini sendiri tutup dengan cepat. Cukup 4 jam paling untuk buka, itu adalah kondisi yang ditetapkan.

Setelah melihat-lihat mobil, Udin tertarik dengan 1 mobil 2 pintu. Sebuah Hummer dengan tampilan gagah selalu menjadi impian setiap pria. Walaupun tidak semahal mobil sport, tetapi tampilan gagahnya tidak kalah menarik daripada mobil sport.

Udin membuka pintu mobil Hummer dan mencoba menyalakan mesin mobilnya. Tidak jauh berbeda dengan menyalakan mobil Alphard miliknya, hanya sedikit lebih rumit, tetapi tidak serumit mobil sport.

1 pegangan, 4 tombol, lampu sent, gas, rem, dan setir. Cukup mudah digunakan memang. 4 tombol dengan fungsi tersendiri, ada layar di dashboard yang memiliki 3 fungsi, dan mobil sudah memiliki sistem anti radiasi. Jadi, bahkan jika berada di bawah sinar matahari terik, tentu saja mobil tetap aman.

Udin mulai menyalakan mesinnya. Dengan mensetting sedikit mobil, Udin mulai melakukan sedikit pemanasan.

Suara merdu mobil gagah perlahan mulai terdengar. Walaupun mobil sekarang sudah menggunakan teknologi listrik, tetapi tetap saja mobil memiliki suara mesinnya sendiri. Apalagi suara mobil sudah menjadi hal yang paling dasar bagi pecinta mobil. Jadi semakin murah harga mobilnya, tentu saja suaranya semakin tidak terdengar kecuali modif dan rusak.

Setelah Udin merasa nyaman, Udin mulai menginjak pedal gasnya. Perlahan mobil mulai meluncur dengan kecepatan rendah ketinggi. Dari 10KM/Jam mulai melonjak liar hingga 70KM/Jam, bahkan masih tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti.

Setelah memutari kompleks untuk mencoba mobil ini, entah mengapa Udin merasakan kepuasan dalam hatinya.

"Aku akan mengambil mobil ini, simpan mobil teslaku, nanti kamu bawa aja pulang," ujar Udin kepada Ella.

"Baiklah, aku pergi dulu, jika sudah ada kabar dari mobil88, segera hubungi aku. Nanti aku akan meneleponnya."

"Siap bos!"

Setelah memberi beberapa instruksi kepada Ella, Udin mulai menjalankan mobilnya untuk ke cabang mobil keduanya. Cabang ini tidak terlalu jauh, dan hanya perlu 12 menit untuk sampai kesana menggunakan mobil barunya.

Dengan sedikit upgrade lagi, mobil yang digunakan Udin telah melonjak mencapai batas 1700 KM/Jam yang sudah cukup tinggi untuk mobil model hummer ini.

"Selamat Siang Bos!"

"Siang, bagaimana dengan mobilnya? Apakah sudah ada kiriman?" tanya Udin langsung ke intinya.

Udin sendiri dari awal tidak terlalu mempedulikan kiriman mobilnya. Dia bahkan menyerahkan kepada pegawainya dengan santai untuk menegosiasikan dan mencari mobil yang bagus.

Dengan kontak dan berkeliling, tentu saja harusnya mereka menemukan banyak mobil. Jadi, tentu saka Udin tidak bertanya, "Apakah sudah ada mobil?"

"Bos, kami sudah menerima 25 jenis mobil dari 6 merek, jumlah totalnya ada 79 mobil kelas rendah, 52 Kelas menengah, dan 13 kelas atas."

"Oke, segitu sudah cukup, nanti kirimkan saja data rincian pembelian ke email saya, aku akan melihat - lihat mobilnya dulu."

"Baik bos."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!