18. Malaikat Kecilnya

  Ini pertama kalinya seumur hidup, Shelly mendatangi indekost milik Regan. Selama setahun ini ia memang tidak pernah datang kesini, beda dengan Regan yang memang sering ke kostnya. Entah kesurupan apa gadis itu kemari, tanpa memberitahu Regan tentunya. Ia hanya ingin sekedar tahu bagaimana keadaan lelaki itu, gengsi juga sih marah tapi nyempetin buat tahu gimana keadaan suaminya. Gadis itu menekan bel pintu indekost tersebut, tidak lama ada suara langkah kaki dari dalam. Shelly mundur satu langkah saat pintu terbuka, seorang lelaki membukakan pintu.

  "Ya?"

  "Em, kak mau cari kak Regan ada?"

  "Regan anak DTK?" Shelly mengangguk.

  "Dia udah lama enggak kelihatan sih, tapi tadi kesini. Coba gue cariin didalam ya, lo tunggu dulu sambil duduk."

  Shelly mengangguk lalu duduk dikursi tamu teras, Regan lama tidak terlihat? Apa dia tinggal dirumah mereka berdua dan tidak berada dikost?

  "Shell?" Suara berat itu mengenterupsi pikiran Shelly, ia melihat Regan yang berdiri tegap masih memakai korsa BEM-FT. Wajahnya terlihat sangat pucat, bahkan dia sekarang memiliki bulu halus diarea dagu dan bawah hidung. Rambutnya juga sedikit gondrong dibandingkan biasanya. Gadis itu berdiri didepan Regan dan menyeka surai hitam milik lelaki itu lalu tersenyum.

  "Kamu buruk banget."

  "Iya."

  "Cukur yuk mas."

  Regan menggeleng pelan. "Pulang yuk Shell."

  "Em..."

  "Pulang ya?"

  Gadis itu sangat bimbang, semua keputusan berada ditangannya. "Cukur dulu ya?"

  Regan mengangguk dan menerima uluran tangan Shelly, mereka pergi dari indekost tersebut menuju salah satu barbershop terdekat. Gadis itu hanya menunjukkan foto lama Regan pada tukang cukur dan meminta merapikan rambut serta wajah Regan seperti difoto tersebut. Shelly kira Regan akan baik-baik saja ketika tanpa dirinya, ternyata tidak. Lelaki itu seperti mayat hidup, matanya terlihat merah ketika melihat wajah Shelly secara langsung. Oke dia ngaku kalau emang keterlaluan kepada lelaki itu, mengabaikan semua panggilan dan pesan-pesan darinya.

  Cukup lama, akhirnya Regan selesai cukur dan terlihat lebih baik daripada tadi. Setelah selesai membayar mereka pergi dari barbershop. Regan mengikuti langkah gadisnya menuju salah satu kafe disana, mereka masuk dan memesan makanan. Shelly memilih tempat duduk paling pojok, mereka duduk berhadapan satu sama lain.

  "Kamu baik Shell?"

  "So far iya dan enggak, aku sama kacaunya kayak kamu mas."

  "Kamu kacau?"

  "Mungkin gak separah kamu yang lalai sama penampilan. Aku kira kamu bakal baik-baik aja tanpa aku, ternyata kamu juga kacau mas."

  "Pulang ya Shell, aku enggak bisa begini terus-terusan. Sebulan tanpa tahu kabar kamu, rasanya seperti hancur tapi perlahan. Aku enggak punya semangat hidup, aku kayak mati."

  "Eh gak boleh gitu ya mas!"

  "Pulang ya?"

  "Aku pikirkan lagi."

  "Please, aku mohon."

  "Kalau waktunya tepat pasti aku pulang mas, aku janji itu. Sekarang kita ngobrol-ngobrol dulu."

  Keduanya ngobrol sambil makan santai, walaupun Regan masih lemas karena belum berhasil membawa isterinya pulang kerumah. Tapi setidaknya ia sudah bisa bertemu dengan Shelly disini. Selama ini ia memang tidak terlalu memperhatikan penampilan, semenjak Shelly pergi rasanya tidak ada semangat diri. Bahkan sekedar untuk mencukur rambut ke barbershop atau bulu halus yang mulai tumbuh diwajahnya. Bahkan rasanya berat badan sudah mulai turun karena beberapa celana sudah longgar kembali.

  "Gimana persiapan UAS-nya?"

  "Enggak ada persiapan khusus, aku cuma belajar belajar aja kok."

  "Bukan belajar SBMPTN lagi 'kan?" Shelly tertegun mendengar pertanyaan Regan, darimana dia tahu mengenal rencananya? Ia hanya memberitahu ayahnya, apa ayahnya yang memberikan informasi tersebut ke Regan?

  "Enggak, soal SBM gak sesulit itu jadi gak usah belajar."

  "Jadi beneran?"

  "Apanya?"

  "Mau pindah?"

  "Enggak."

  "Terus?"

  "Aku enggak pindah, cuma daftar swasta buat double degree aja."

  "Double degree? Katanya mau SBM lagi... Em, maksudnya aku..." Shelly te senyum melihat Regan yang gugup.

  "No, buat apa aku pindah kalau nyatanya aku kuliah di kampus yang semua orang mau."

  "Syukurlah."

  "Aku bukan lari mas, tapi cuma pergi sementara." Demi apapun, ia akan menyesali ucapannya ini, pasti. Bagaimanapun ia harus menghibur Regan yang sedang kacau, apalagi ini sebagian salahnya juga. Soal rencananya double degree memang benar, dia sedang mencoba mendaftarkan diri pada jenjang S1 ke salah satu universitas swasta disini. Dan masih menunggu hasilnya, kalau jebol ya alhamdulilah kalau enggak ya kemungkinan ia akan melanjutkan S2 saja setelah lulus nanti.

  "Maaf ya."

  "Iya."

  "Maaf kalau aku egois, aku enggak ngerti perasaan kamu. Tolong ya jangan pergi lagi, jangan pernah pergi."

  "Iya, aku juga minta maaf. Mungkin aku terlalu egois juga, padahal kita enggak menyembunyikan dosa."

  Regan diam, Shelly mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah journal yang ia tulis setahun yang lalu, ada banyak tulisan disana yang harus Regan baca, mungkin.

  "Dibaca ya, kalau kamu udah siap tahu alasan kenapa aku menyetujui perjodohan kita. Jangan telat makan, jangan terlalu banyak ngopi dan begadang, jangan marah-marah ke orang. Aku pamit dulu, kamu tahu apa yang harus kamu lakuin setelah baca jurnal ini."

  Shelly berdiri dan meninggalkan Regan, lelaki itu menatap jurnal yang sudah mulai kusam. Ia belum siap, ia tidak mau tahu hal buruk. Tapi ia juga penasaran kenapa gadis itu lebih memilihnya daripada kampus impiannya. Regan menghela nafas panjang, ia kira menjalani hidup sebagai suami mudah ternyata berat sekali. Ia sangat lelah, ia ingin keluar dari zona ini. Tapi perasaannya untuk Shelly sudah telanjur dalam, tidak bisa naik kembali. Termasuk obrolannya dengan sang ayah mertua waktu itu. Menceritakan betapa keras kepalanya seorang Shelly, sepertinya apa watak sampai cerita waktu kecil milik gadis itu. Ia sadar kalau jaraknya dan Shelly masih terlalu jauh, bahkan gadis itu tidak pernah menceritakan masa kecilnya yang ternyata sangat menarik.

  "Dia tuh temennya cowok semua, mainnya sepakbola, layangan, truk kayu, susur kali, ke pasar nyari kucing, pokoknya pas kecil aneh-aneh deh. Jadi kalau sekarang kelakuannya aneh dan kayak laki udah gak heran."

  "Dia pinter Gan, sejak SD selalu juara kelas. Bisa bahasa Inggris lancar pas kelas 4 SD, nyanyi aja udah gak usah baca lirik. Enggak terlalu gaul, gaulnya pas udah SMK sama kuliah ini. SMP dia banyak ikut ekskul kayak paskib, drumband, musik, basket, anggar. Cuma pas SMK udah stop semua karena fokus buat ngasah skillnya sama belajar buat masuk universitas. Walaupun pas SMK cuma banyak nongkrong pas pulang sekolah tapi dia pintar."

  "Dia enggak cantik emang, tapi punya sisi baik yang gak semua orang punya. Tidak pernah pamrih, dan selalu memperhatikan sekitarnya walaupun agak teledor dan budek dikit."

  "Dia anak perempuan ayah yang paling teguh, walaupun keras kepala tapi ayah sangat sayang dia. Bahkan cintanya melebihi kamu ke dia mungkin."

  "Dia adalah malaikat yang turun sebagai bentuk anak. Ayah sangat menjaga putri ayah, makannya itu ayah menerima tawaran papa kamu untuk menjodohkan kalian. Karena ayah sudah tua, dia harus memiliki lelaki yang lebih kuat untuk menemani perjalanannya yang masih panjang. Dan ayah yakin kamu bisa, sesuai janji kamu dulu Gan. Usahakan sebaik mungkin untuk menjaga malaikat kecilku, sampai akhir hayatmu."

  Obrolan yang sangat menyentuh hatinya, janji yang ia lantunkan yang akan menjadi alasan untuk tetap mempertahankan ini semua. Ia harus menjaga seorang malaikat kecil milik seorang lelaki, dan menemani perjalanannya menuju kesuksesan dunia dan akhirat.

  "Regan janji yah, selama aku masih bernafas malaikat kecilmu selalu terjaga dengan baik."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!