11. Permintaan Pertama

   "Mas."

  "Kenapa Shell?" Shelly mengedipkan kedua matanya berulang, membuat Regan curiga dengan isterinya itu. Tidak lama Shelly juga tersenyum mencurigakan, Regan bisa menebak kalau dia menginginkan sesuatu.

  "Mau apa?"

  "Boleh gak nih?"

  "Boleh."

  "Mau laptop baru? Boleh?"

  "Emangnya laptop kamu kenapa kok minta ganti yang baru?" Shelly menggaruk lehernya dan membuka laptopnya. Menghidupkan benda lipat itu .

  "Bergaris hehe."

  "Loh kok bisa bergaris begini?"

  "Kehujanan kemarin, kemarin sore hujan gede banget kan? Aku lupa kalau bawa laptop, main trabas aja hujannya." Bibir gadis itu melengkung kebawah, Regan berdecak melihatnya. Jurus ampuh untuk meluluhkan suami versi Shelly ya seperti ini.

  "Gak bisa dipake?"

  "Selain bergaris, laptop aku udah tua banget dari jaman masih SMK kelas 2. Buat render aja aku pinjem punya Wahyu, atau punya Wira." Selama ini memang ia sering meminjam laptop teman, dikarenakan ia juga terlalu takut untuk meminta kepada orang tuanya. Kembali lagi karena perekonomian keluarganya tidak stabil. Walaupun Shelly memiliki pekerjaan sampingan, ngejoki lapak anak-anak tapi uang itu belum cukup. Walaupun rasanya meminta Regan adalah hal sulit dan terkesan matre.

  "Kamu pengen yang gimana?"

  "Terserah deh, yang penting bisa buat kuliah atau bisa render gambar aja. Gak usah yang mahal-mahal amat, second pun oke." Bagaimanapun ia tidak mau menyusahkan Regan, inipun dengan keberanian yang besar untuk meminta pada lelaki itu. Kalau enggak gara-gara layarnya sudah bergaris pelangi, ia bersumpah tidak akan meminta benda lipat ini.

  "Nanti kita cari ya sekalian makan malem." Senyum terbit dari bibir Shelly, gadis itu memeluk Regan karena senang. Setelah beberapa tahun ia akan berganti laptop baru.

  "Makasih ya mas, maaf kalau merepotkan kamu."

  "Gak apa-apa, lagian kamu gak pernah minta sesuatu yang aneh. Apa mau ganti hape sekalian?"

  "Hape? Masih bagus kok, kalau ada file besar aku pindah ke laptop. Masih bisa dipake."

  "Beneran?" Shelly mengangguk dan menunjukkan ponselnya yang masih terlihat mulus walaupun keluaran dua tahun yang lalu. "Masih bagus kan?"

  "Ya udah, tapi kalau mau ganti bilang ya sama mas. Mas cuma bisa ngasih hal sepele kayak gini, belum bisa bahagiain kamu."

  "Lebih dari cukup mas, aku gak pernah masalah sama itu semua. Kamu mau bertanggung jawab atas aku aja itu udah cukup."

  Regan tersenyum dan mengusap kepala isterinya dengan gemas. Beruntung bukan ia memiliki isteri yang tidak banyak menuntut seperti Shelly? Iya.

  "Kamu butuh mesin cuci gak sih dirumah?"

  "Buat?"

  "Kamu gak pegel apa ngucek? Bahkan sebelum disini kamu selalu nyuci pake mesin, atau laundry kalau dikos." Sebenarnya apa yang dikatakan Regan itu benar, walaupun hanya sekali nyuci disini pinggangnya bisa encok karena mengucek baju.

  "Butuh sih, tapi kan kita cuma weekend disini."

  "Nanti sekalian nyari ya, aku gak mau kamu capek ngurusin rumah. Pokoknya kamu gak boleh capek-capek, kalau bisa kita sewa ART dirumah."

  "Ih gak usah, aku masih bisa masak, bersih-bersih rumah, nyapu halaman depan belakang sendiri. Sayang sama uangnya, mending ditabung atau disumbangkan ke yayasan gitu."

  "Tapi kamu capek."

  "Kan selalu dibagi dua sama kamu."

  "Ya udah, sekarang aku pengen makan mie instan boleh?"

  "Boleh, kuah atau goreng?"

  "Terserah adanya apa, pake telur setengah mateng cabe 5 ya." Shelly seketika ngeri mendengar jumlah cabe itu. Kalau Shelly yang makan pasti dia akan berakhir diare.

  Shelly menuju dapur untuk membuatkan Regan mie, sedangkan suaminya itu duduk menonton televisi sambil mengunyah makanan ringan. Walaupun badan Regan sehat, tetapi kalau soal makanan ia tidak pernah pandang bulu. Semua masuk ke perut kecuali makanan berbau kacang tanah. Jadi kalau dia ingin makan berbau kacang, maka Shelly akan mengganti dengan kacang merah atau kedelai.

  "Mas mau minum apa?"

  "Jus mangga ada?"

  "Ada."

  Shelly berkutik dengan dapurnya, Regan mengambil laptop Shelly dan melihat isinya. Ia membuka beberapa file kuliah dan beberapa pekerjaan gadis itu. Lalu ia menemukan sebuah file, yang isinya foto seorang lelaki juga foto gadis itu. Tidak hanya satu dua, melainkan ratusan foto. Dari tahun diambil adalah setahun sebelum mereka dijodohkan.

  "Siapa?" Tanua Regan lirih pada dirinya sendiri.

  "Udah siap, ini mas... Kamu buka apa?"

  "Dia siapa?" Regan menujuk layar laptop milik gadis itu.

  "Siapa apanya?" Shelly ikutan menonton laptopnya. Shelly paham, pasti Regan bertanya-tanya siapa lelaki itu.

  "Itu orang yang pernah jadi kebahagiaan aku." Shelly tersenyum dan menggaruk tengkuknya. Siapapun yang kepergok menyimpan foto lelaki apalagi sosok mantan pasti seperti ini.

  "Pacar kamu?"

  "Gak pernah pacaran, kami cuma sebatas teman aja. Tapi sama-sama saling suka."

  "Dia sekarang dimana?"

  "Dikampung halaman, dia jadi Polisi sekarang."

  "Masih berhubungan?"

  "Enggak sih, kita sama-sama menjauh. Merasa udah gak baik-baik, karena dia selalu dikejar waktu. Sedangkan aku lebih santai, ya kebalikannya deh."

  "Tapi resmi?" Shelly mengangguk.

  "Iya, aku pisah sama dia baik-baik kok. Pas reuni sekolah juga ketemu, say hai. Sama mantan gak boleh jutek-jutek."

  "Tapi kamu masih suka?"

  "Enggak." Shelly menggeleng dan tersenyum pada Regan. Ia tahu kekhawatiran Regan tentang mantan pacarnya ini, walaupun Regan tidak mengungkapkan secara gamblang.

  "Dia bukan penghalang hubungan kita, dia cuma bumbu manis dimasa lalu. Tujuan aku bukan dia."

  "Iya." Terlihat jelas kalau Regan menahan kesal, lebih tepatnya cemburu. Ia sudah berbulan-bulan tinggal dan hidup disampingnya, jadi semua sikap suaminya itu pasti ia paham.

  "Kamu jangan cemburu dong, dia gak ganteng banget kok."

  "Ganteng begini kamu katain gak ganteng? Hey, beneran?" Shelly akui kalau mantannya ini ganteng, bahkan lebih tampan dari Wira. Namun menurutnya lebih tampan Regan kemanapun.

  Dan Regan menang dari berbagai sisi, mulai dari sikap dewasanya, ketegasan, dan juga cara dia memperlakukannya. Shelly lebih menyukai semua sifat Regan daripada mantannya itu.

  "Memuji mantan itu haram, ganteng suami aku."

  "Apaan?!"

  "Makan, keburu dingin." Regan berdecak kemudian memberikan laptop itu dan langsung memakan mie miliknya. Shelly berdecak melihatnya, kalap.

  Shelly sedikit bersyukur ketika Regan tidak membuka file lainnya. File berisi beberapa dokumen milik mantannya itu. Memang tidak terlalu penting, tapi itu adalah salah satu kenangannya.

  Shelly sudah lupa, lupa dengan perasaannya terhadap lelaki yang berstatus mantannya itu. Ia lupa getaran yang pernah dirasakan waktu dekat, bahkan jatuh cinta saja ia lupa caranya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!