4. Should I Jealous

   Shelly berjalan dari parkiran menuju gedung jurusannya, gadis itu sudah rapi dengan balutan celana Azalea Pants warna brown dengan atasan blouse putih dengan phasmina dark silver tak lupa sneakers putih andalannya. Ia menenteng totebag berisi laptop dan mini sketchbook, bendel tugas juga beberapa alat tulis.

  Sembari berjalan ia menyapa kakak tingkat yang kebetulan berpapasan, dia tak pernah sungkan untuk menyapa siapapun walau kadang tak dibalas. Senyum kan ibadah, apalagi pagi-pagi pahalanya makin banyak.

  Shelly mengaku sudah banyak dikenal dan mengenal mahasiswa dikampusnya, berkat Wira dan Attaya yang sering mengajaknya untuk sekedar bermain basket atau nge-band bareng. Jadi wajahnya tak asing lagi untuk mahasiswa semester 3 ke atas, apalagi ia mendapat julukan cekiber (cewek kita bersama) dikelasnya dan angkatan jurusannya.

  Asal muasal julukan tersebut entah didapat darimana, yang pasti itu membuat dirinya sedikit pasrah. Sebagai cekiber sekali saja dekat dengan lelaki- selain Wira dan Attaya pasti langsung mendapat berbagai respon yang beragam. Apalagi kemarin ia sempat makan siang bersama Regan di kantin Teknik Sipil dan menjadi omongan seluruh warga fakultas selama 3 hari berturut-turut sampai sekarang mungkin.

  Ia sedikit menyesal tak tahu apapun tentang Regan selama disini, tepatnya selama menjelajah kampus sebelum menjadi mahasiswa resmi dikampus. Ia tak tahu kalau Regan adalah ketua BEM-F dan seterkenal ini dikampusnya. Ia bukan minder, untuk apa minder kalau kenyataannya ia sudah memiliki Regan seutuhnya.

  Hal yang paling ia benci adalah bermasalah dengan mahasiswi yang berpangkat sebagai kakak tingkat. Mereka selalu menatap Shelly dengan tatapan tak suka, seolah-olah ia adalah manusia jijik dan seorang ***** karena dekat dengan banyak laki-laki. Padahal teman lelakinya bisa dihitung jari. Lima eh enam lelaki yang paling dekat dengannya. Wira adalah sang mantan waktu masih sekolah, Attaya dan Alva adalah kenalannya dari Wira yang lebih dulu masuk kuliah. Wahyu dan Geka adalah teman sekelas sekaligus teman nongkrong sejak awal maba. Dan Regan adalah suaminya, catat hanya itu.

  Shelly selalu menghiraukan tatapan itu, tidak peduli apapun kata orang-orang. Toh ini hidupnya, ia yang menjalani kenapa orang repot-repot mengomentari padahal hidupnya sendiri belum tentu benar.

  Selama kurang lebih sudah mendapat 3 bulan dikampus, sudah bisa dihitung berapa banyak yang mencoba mendekatinya tapi selalu berhasil ia ia hindari. Ia sadar diri dulu, selain sudah bersuami dia juga gak tertarik untuk pacaran sekalipun belum menikah. Membuang waktunya saja.

  Shelly bukan cewek cantik dikampus, dia cuma mahasiswa baru yang tenar berkat relasi. Wajahnya normal cewek, pakai jilbab, kalau gak pakai jilbab rambutnya cuma sebahu. Tingginya gak sampai 160 cm dan berat badannya juga enggak bisa dikatakan langsing. Pintar tentu, introvet yang menyamar sebagai extrovert. Sudah khatam dengan kelakuan Kating yang ngeselin karena sejak SMP isi hidupnya cuma dilabrak kakak kelas.

  Shelly mampir sebentar di kantin untuk membeli air mineral, hari ini mungkin akan pulang lebih larut karena ada 4 mata kuliah sampai jam 12 nanti. Ia mengambil 2 botol air kemasan 600 ml dan 4 bungkus roti isi kemudian membayarnya.

  Selama kuliah Shelly sebisa mungkin menghemat uang jajannya, walau memang uang jajan miliknya lebih dari cukup. Sejak kuliah, semua uang saku ia dapat dari Regan. Dia gak berani menunjukkan nominal rekeningnya kepada siapapun. Bukan sedikit, tapi terlalu banyak bahkan jatah uang jajan sebulan miliknya baru habis 2 bulan. Shelly tim cashless garis keras, kecuali bayar parkir ya.

  Shelly tak pernah protes, kalau memang sisa maka ia akan tabung. Toh uang saku hasil nabungnya selama ini masih banyak. Jadi ia tidak ketergantungan dengan Regan masalah uang.

  Shelly keluar dari kantin, dan menyebrang ke gedung C dimana kelasnya berada. Tak butuh waktu lama untuk dirinya sampai dikelas. Ia kemudian masuk dan duduk, membuka air mineralnya dan meneguk sampai setengahnya. Jujur hanya dari parkiran, kantin, sampai ke kelas membutuhkan banyak tenaga.

  "Haus mbak?" Ledek Wahyu yang sehabis menamatkan game online nya. Lelaki itu duduk tepat disampingnya.

  "Gak minum 3 hari gue, Yu."

  "Buset, kagak mati lu?" Wahyu tertawa membuat Shelly mendengus sebal. Menghiraukan Wahyu, Shelly mencolek bahu Geka yang duduk didepannya.

  "Apaan?"

  "Jadi gak nanti?" Geka berbalik dan mengacungkan jempolnya tepat dihadapan Shelly. "Gue ajak Nara, boleh gak?"

  "Boleh dong, masa gak boleh."

  "Bilang aja lo mau caper sama si Nara, ketebak lo mah buaya!" Ujar Wahyu pada Geka.

  "Berisik lo, diem deh!" Cibir Geka, lelaki itu memang jomblo. Sedangkan Wahyu memiliki pacar, beda kampus juga.

  "Kemarin lo ke Hartono mall?" Tanya Wahyu. Shelly menegakkan badannya dan menghadap Wahyu. "Lo lihat?"

  "Iya, gue jalan sama Cici kemarin. Gue kira bukan lo, sama ketua BEM-FT kan?" Shelly lemas seketika, kenapa harus Wahyu yang melihatnya kemarin. Tapi bersyukur hanya lelaki itu, yang pastinya akan tutup mulut sampai tahu yang sebenarnya.

  "Iya."

  "Lo deket banget ya sama itu orang?"

  "Kan gue udah bilang, Yu. Regan keluarganya jauh, yang disini cuma keluarga gue. Jadi gue mau enggak mau ya harus jadi adik dia kan? Apalagi kita satu fakultas."

  "Beneran?"

  "Iya, lagian kak Regan udah ada cewek. Gue juga gak tertarik sih sama dia, jutek banget beda sama gue yang pecicilan." Mata Wahyu terus memicing mencari kebohongan dimata Shelly. Menghela nafasnya Wahyu mengangguk dan percaya membuat Shelly sedikit lega.

 

"Shell, lo ada masalah sama kakak tingkat kita gak?" Tanya Eva yang duduk disebelahnya.

  "Enggak tuh, sama Wira mungkin."

  "Yang cewek maksud gue, soalnya kemarin gue sempet denger di taman depan. Lo digosipin gitu, gak tahu jelasnya tapi kayak jelek-jelekin lo."

  "Gue gak peduli juga sih, Ev. Gue udah sering denger begituan, by the way lo kenal sama orangnya?" Eva mengingat kembali kejadian kemarin sore itu. Empat orang kakak tingkat, dua berjilbab dan dua lagi dengan rambut panjang. Tak asing juga tak familiar.

  "Kayaknya anak Tekkim kakak tingkat deh, gue juga gak terlalu kenal sama mereka." Mata Shelly memicing mendengarnya, anak Teknik Kimia?

  "Satu dari mereka punya tahi lalat dideket hidung bukan? Orangnya putih tinggi gitu."

  "Nah itu!" Senyum cringe Shelly terangkat, ia ingat siapa orang itu. Orang yang sama tempo minggu ketika ia menghampiri Regan di kelasnya. Ternyata benar, orang itu tidak menyukai dirinya.

  "Thanks ya, Ev. Mau gabung gak ntar? Gue, Wahyu, sama Geka mau nongkrong. Sama anak Fisip juga sih, kalau lo bisa."

  "Bener tuh, Ev. Sekali-kali nongkrong sama kita, jangan sama itu tuh!" Mata Geka melirik ke pojok kelas, cabe-cabean kelas kalau kata Geka.

  "Sungkan gue."

  "Santai kali, Ev. Kita mah welcome sama siapa aja, asal gak main belakang aja." Shelly tertawa mendengar ucapan Geka barusan, ya mereka realistis saja sebagai manusia.

  "Bisa kok, bareng aja nanti habis kelar kelas. Thanks udah ngajakin." Shelly tersenyum dan mengangguk. Tak lama dosen masuk dan kelas dimulai.

 

  Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 siang, Shelly, Geka, Wahyu, dan Eva sudah berada didepan bank depan Sekolah Vokasi. Menunggu teman-teman yang lainnya juga. Wahyu dan Geka berboncengan sedangkan Shelly dengan Eva naik motor masing-masing.

  "Nunggu siapa aja sih?" Shelly lupa memberitahu Eva kalau menunggu yang lain.

  "Nara anak komunikasi, kak Atta anak Vokasi, Alva dan Wira anak Industri." Jawab Wahyu, membuat Eva mengangga tak percaya.

  "Kak Attaya?" Shelly tertawa melihat wajah cengo Eva. Attaya memang terkenal sebagai anak Mapala yang sudah naik turun gunung di Indonesia. Idolanya anak Vokasi katanya mah.

  "Kaget ya? Attaya itu udah kayak kakak gue sendiri, jadi lo jangan sungkan. Apalagi sama Alva, jangan kaget kalau itu orang kalem tiba-tiba petakilan ntar."

  "Seriusan? Gue tambah sungkan nih, anak magang." Wahyu tertawa kemudian menonyor helm Eva. "Makannya magang yang bener biar jadi pegawai tetap kayak gue."

  Eva mencibir pelan, selama ini memang ia tak terlalu dekat dengan Shelly. Alasannya simpel, Shelly terlalu terkenal untuk ukuran mahasiswa baru. Eva tahu kalau Shelly adalah orang yang welcome terhadap siapapun yang ingin berteman, Eva hanya terlalu sungkan.

  Tak lama datang dari arah utara ada Nara, namun pemandangan aneh yakni Attaya yang bonceng Nara dibelakang. Ini kebalik gak sih harusnya?

  "Lah kok kebalik sih?" Tanya Geka bingung melihat keduanya.

  "Gue tadi pagi nebeng Mario karena ada acara di auditorium, daripada ojol mending nebeng Nara yang deket fakultasnya."

  "Ngadi-ngadi, gratisan dia mah!"

  "Sewot bener, Na. Nanti gue jajanin marimas satu."

  "Pelit!" Attaya tertawa mendengar gerutuan Nara.

  "SORRY GUE TELAT!" Alva berteriak ketika motornya berhenti, membuat Shelly dan yang lain menggeleng heran. Lihat Alva tidak se-kalem kalau dikampus, bukan kepribadian ganda tapi jaga image katanya dulu.

  "Kagak usah teriak sat, gak budek!" Omel Attaya memukul lengan Alva, keduanya sudah macam Tom and Jerry kalau ketemu. Ribut terus padahal kalau saling gak ketemu bawaanya tanya gak jelas.

  "Siapa tahu lo budek kak!" Attaya melotot mendengarnya. Namun Wira keburu datang dengan suara klakson motornya.

  "Hehe, yuk jalan kayaknya gue yang terakhir deh!"

  "Tau ngasih tau lo, kampret!" Kemudian mereka menyalakan motor masing-masing dan segera menuju kafe langganan yang sering mereka gunakan. Berhubung ada Eva dan Nara maka Shelly dipastikan tidak akan gabut hanya melihat anak lelaki bermain game sambil mengumpat.

  Sampai disana mereka langsung masuk dan memilih tempat ternyaman yakni lantai dua, kafe ini berada didekat universitas tempat kakak sepupu Shelly berkuliah, kampus hutan tapi gak ada jurusan kehutanan. Mereka menyusun meja menjadi satu ditengah dan kursi mengelilingi meja tersebut.

  Untuk urusan memesan sudah diserahkan kepala Alva dan Attaya. Mereka akan mencatat pesanan di grup dan langsung akan dicatat oleh kasir.

  "Eva belum masuk grup ya, gue masukin deh!" Celetuk Wahyu.

  "Masukin gih, gila cewek masa cuma dua di grup." Tambah Wira.

  "Eh gak usah, gue kan cuma ikut." Tolak Eva.

  "Dibilangin santai, Ev. Kayak sama siapa aja, kan next bisa join kita lagi." Shelly memang selalu bisa membuat siapapun nyaman berteman dengannya.

  "Duh thanks banget pokoknya gue mah." Eva tertawa. Setelah semua list makanan kemudian mengumpulkan uang sesuai jumlah pembelian. Tak lama Alva dan Attaya naik, dan duduk.

  "Tadi punya Eva udah, suka waffle juga?" Eva mengangguk menjawab pertanyaan Alva. Shelly memicingkan matanya, tipe modus tipis-tipis itu ya Alva, jagonya.

  "Sama dong!"

  "Ekhm!" Alva melotot ke arah Shelly yang barusan berdehem.

  "Ada air putih gak? Haus gue!" Alibi Shelly agar tidak mendapat omelan dari Alva yang berstatus kakak tingkatnya walau satu tahun kelahiran.

  "Va, kalau mau modus jangan sama temen gue. Dia suka model macem kak Atta, bukan buaya darat kayak lo!" Celetuk Wahyu, membuat Shelly tertawa dengan keras.

  "Anjir lah gue udah nahan malah Wahyu yang ngentut!"

Wajah Alva sudah masam mendengar celetukan Wahyu barusan. "Jangan mentang-mentang ada cewek lu, putus mampus!"

  "Amit-amit banget ya Rabb! Heh sembarangan banget mulut lo!"

  "Stop it guys, males gue lihat kalian ribut." Semua menengok ke Wira menatap tak percaya lelaki petakilan itu.

  "Kalau berantem itu ngajak-ngajak kek, gabut gue!"

  "Kampret gue kira lo tobat tuyul!" Shelly menonyor kepala Wira dengan sebal, empunya malah meringis tak berdosa.

  "Shel, tuh kakak lo!" Shelly menyeringit mendengar ucapan Wahyu, Shelly berbalik dan mendapati Regan disana.

  "Cewek nya ya? Yang lo bilang?" Tanya Wahyu sekali lagi, benar disana Regan.

   Sedang bersama seorang gadis dengan kucir kuda, terlihat cantik dan kalem. Shelly bukan cemburu, hanya menduga hal yang baru-baru ini ia pikirkan.

  "Iya kali, gue juga gak tahu." Shelly mengedikkan bahunya dan kembali ke posisi awalnya.

  Untuk sekarang ia tak peduli dengan segala kelakuan Regan, bahkan kalau memang Regan memiliki gadis lain ia tak masalah, untuk saat ini.

  Should i jealous for now? - shelly

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!