16. Perang Dingin

  Drama belum usai...

  Salah, perang dunia belum selesai. Maksudnya Regan dan Shelly yang belum selesai bertengkar sampai sekarang. Regan hampir lelah untuk membujuk gadis itu agar tidak merajuk lagi. Shelly bukan marah-marah, tapi gadis itu hanya diam walaupun tangannya mengerjakan segala sesuatu. Gadis itu betah diam seharian, Regan sampai pusing dan meminta bantuan pada papa mertuanya. Tutorial membuat Shelly berbicara pada saat marah, tapi gagal. Mungkin Regan harus mencoba cara lain, tapi bagaimana? Selama ini ia tidak pernah melihat Shelly semarah ini, apa mungkin kemarin itu sangat berpengaruh pada kualitas mood?

  Regan berdiri dan menghampiri Shelly didapur, ia berdiri memperhatikan gadis itu yang sedang masak. Tangannya lincah memotong sayur dan bumbu, dia sangat berbakat dalam memasak apapun. Lama-lama juga capek menghadapi ini, Regan tidak tahu harus berbuat apa sedangkan Shelly hanya diam tanpa mau membalas kesalahan yang telah diperbuat Regan.

  "Kalau kamu masih marah oke, Shell. Tapi aku juga capek kalau harus bujuk kamu, kita bicarakan secara baik-baik." Tidak ada jawaban, sepertinya gadis ini menuli dan tidak mau mendengar.

  "Fine, terserah kamu." Regan pergi dari sana, ia naik keatas untuk mengambil kunci mobil. Ia butuh udara segar diluar sana, rumah ini rasanya bukan rumah seperti biasanya. Disaat mengambil kunci, Regan sekali lagi menatap fotonya dan Shelly saat berada dipantai. Keduanya tersenyum dengan senang, hari itu menjadi hari dimana Regan jatuh cinta. Jatuh cinta untuk pertama kali dengan Shelly setelah menikah. Regan keluar dan pergi, ia langsung tancap gas menuju suatu tempat untuk menenangkan diri, yakni GOR. Kebetulan anak-anak BEM-F sedang sparing disini, hanya internal saja. Kegiatan rutin ini sudah digelar sejak angkatan terdahulu, dan terjadwal setiap dua minggu sekali.

  Sampai di GOR Regan masuk, dan langsung menghampiri anak-anak yang ada disana.

  "PAK KETU AYO MAIN!" Kaisar berteriak dengan lantang, lelaki itu berlari dari lapangan ke pinggir lapangan dimana Regan dan anak-anak yang lain duduk.

  "Apa sih Sar?! Berisik banget."

  "I tahu, you lagi suntuk makannya you kesini untuk membantu salah satu tim menang."

  "Hiperbolis banget, gue lagi malas main cuma pengen kesini aja." Kaisar langsung memukul lengan Regan, dia memang tidak ada lembutnya sama sekali dengan sesama teman.

  "Gak usah kesini mending." Kaisar dan Regan memang tidak bisa dijadikan satu untuk masalah seperti ini. Mereka lebih cocok untuk debat dalam masalah organisasi. Regan, Leon, Kaisar, ketiganya kalau misalnya bersatu naik ke BEM-U bakal gayeng.

  "Bodo, terserah gue." Kaisar kembali masuk ke lapangan. Regan duduk didekat Fadia, gadis itu sudah cengar-cengir karena tahu masalah yang temannya hadapi. Fadila beberapa kali menyenggol Regan, namun lelaki itu tetap acuh tidak peduli dengan kelakuan Fadila.

  "Ganggu Fad."

  "Jangan bete dong paktu, happy gitu loh enjoy sama kegiatan sore ini. Ayang dipikirin mulu, mang masih marah?"

  "Heem. Gue dicuekin, emangnya salah ya gue kalau komen begitu?"

  "Cewek lo aja deh yang kurang bersyukur dapet pacar multitalenta bonus ganteng kayak lo." Regan juga sempat berfikir seperti itu, apa Shelly malu kalau mengakui dirinya sebagai pacar ya minimal seperti itu.

  "Dia emang gak terbuka sih, introvert."

  "Kayak dia introvert?"

  "Walaupun gacor, dia gak percaya sama banyak orang. Circle dia ya cuma itu aja kan? Sekalipun bisa akrab juga dia membatasi cuma hal-hal yang umum yang diomongin. Walaupun aktif sosmed, dia gak peduli sama siapa yang lihat postingan. Bintang aja ditolak, padahal juga cogan di FT."

  "Bi-Bintang?"

  "Iya, gebetan lo dulu."

  "Sialan. Tuh cewek emang buta kali ya, kenapa pilih lo yang kaku begini sih? Cih." Regan mendengus, Fadia benar-benar jujur bahkan terlalu jujur.

  "Gue kaku banget emang?"

  "Ya enggak sih, cuma monoton. Hidup lo ga jauh-jauh dari kuliah, nugas, organisasi, rapat, balik lagi. Lo gak bosen apa hidup begitu?"

  "Nyaman."

  "Ish."

  "Tapi gue bucin Fad."

  "Iya gue tau, gak usah disebut juga jatuhnya alay." Regan terkekeh, benar juga kata temannya ini. Lalu sekarang apa yang harus ia lakukan untuk membuat isterinya itu tidak marah lagi?

  "Cewek luluh kalau dikasih apa?"

  "Makanan."

  "Ya maksudnya apa gitu?"

  "Seblak."

  "Dia gak suka seblak."

  "Wah emang gak normal cewek lo tuh, siapa yang berani nolak aroma seblak hey?!" Shelly memang tidak menyukai seblak, entah rendaman kerupuk itu selalu membuat dirinya diare.

  "Dia sukanya kayak cireng, basoaci, cilok, jasuke, crepes, boba, ayam geprek. Ya normal cewek deh, cuma dia emang gak suka seblak aja. Oh satu lagi, coklat batangan."

  "Lumayan, beliin sana."

  "Belum ada yang buka, sejam lagi baru buka. Gue suntuk dicuekin terus."

  "Bisa curhat juga lo?"

  "Gak usah rese deh lo."

  "Gue emang rese, dah deh gue mau cabut Azka udah didepan jemput gue sekalian makan didepan."

  "Hm." Fadia pergi dan keluar, Azka pacarnya adalah alumni jurusan yang sudah lulus tahun kemarin. Juga mantan ketua BEM-FT pada saat itu. Anak-anak sudah selesai bermain, dan mereka keluar untuk makan dipecel lele depan. Kalau sore disini memang banyak yang menjual jajanan kaki lima. Regan menyusuri setiap stand makanan, lalu membeli makanan yang disukai Shelly. Kebab, tempura, Odeng, dan lainnya. Setelah mendapatkan semuanya ia kembali menuju tempat teman-temannya duduk dan makan. Ia ikut memesan karena memang belum makan sejak pagi, rasanya juga malas untuk makan.

  "Beli apaan lo Gan?"

  "Jajan."

  "Tumben."

  "Buat cewek gue, masih ngambek."

  "Oalah, masih ngambek. Lo didiemin apa dimarahin?"

  "Opsi pertama, gue bingung mau ngapain. Habis ini gue mau pulang, semoga dia mau keluar buat nemuin gue. Punya cewek ternyata ribet."

  "Beruntung dapet Shelly, Gan." Benar kata David, harusnya ia bersyukur. Cekiber sekarang sudah menjadi miliknya sebelum semuanya menyematkan julukan itu. Awalnya Regan memang keberatan dengan perjodohan itu, tapi lama-lama dia nyaman. Dan sekarang sangat jatuh cinta dengan gadis itu.

  Selesai makan mereka pulang, Regan menuju kost Shelly. Tadi dia mengabari kalau sudah pulang, untung saja dia masih mau mengabari walaupun cuma singkat. Didepan kost Shelly, Regan menghubungi gadis itu. Tidak dijawab tapi Nara yang turun dan menghampiri Regan.

  "Kak Regan mau ngapain ya?"

  "Shelly mana?"

  "Gak mau turun kak, aku yang disuruh turun."

  "Masih marah banget ya?"

  "Iya kayaknya, diem mulu sejak balik. Kalau ada titipan nanti aku kasih aja kak, dia kalau marah gak sampai 3 hari kok. Nanti dia yang sadar sendiri." Regan menitipkan makanan-makanan itu pada Nara.

  "Kakak belinya agak banyak kamu nanti juga makan, tolong jagain dia ya. Kalau ada apa-apa kabari aja, punya nomer kakak kan?"

  "Iya. Makasih ya kak, pasti aku kabarin."

  "Ya udah kakak pamit ya." Regan masuk kedalam mobil dengan perasaan kecewa, ia benar-benar menyesal telah melakukan semuanya. Ia tahu kalau gadis itu belum siap, dan Regan terlalu tidak sabar untuk hubungan mereka. Regan pergi, dan Shelly keluar dari garasi.

  "Dibawain apaan Na?"

  "Nih, mencret dah mencret lo. Tapi bagi gue ya, banyak nih."

  "Iya, titip salam gak?"

  "Cuma suruh jagain lo aja. Gila sih kalau gue gak bisa marah lagi karena udah disogok makanan segini banyak."

  "Sayangnya gue bukan lo." Ya sayangnya Shelly bukan Nara yang mudah luluh dengan makanan kalau marah dengan Elang. Shelly lebih suka mendiamkan Regan selama 3 hari, dan akan mulai berbicara baik-baik setelah itu. Semoga lelaki itu maklum dan menyadari apa kesalahannya juga konsekuensinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!