Wanda terkejut ketika mendapati putra tunggalnya tergeletak bersimbah darah. Sementara di sampingnya seorang wanita duduk dan menangis melihat suaminya tak sadarkan diri. "Jingga apa yang terjadi?" tanya Wanda.
"Tante, tolong Mas Fabian," rengek Jingga. Tangannya penuh dengan darah karena dia memegang kepala suaminya. Ketika dia mengangkat tangannya sendiri dia tiba-tiba pingsan. Jingga fobia melihat darah.
Wanda jadi kalang kabut. Akhirnya di menelepon Erik untuk mengirim ambulans ke alamat yang dia beri tahu. Wanda tidak bisa berbuat apa-apa. Selama menunggu dia mencoba menghubungi Edward tapi tidak satu panggilan darinya dijawab oleh laki-laki itu.
"Breng*sek kamu Ed, di mana kamu?" geram Wanda.
Tiga puluh menit menunggu akhirnya bantuan datang. Erik juga ikut dalam rombongan itu. "Fabian, Jingga." Erik menyebut nama keduanya.
"Wanda ceritakan apa yang terjadi?" tanya Erik.
"Sudah nanti saja! Tolong mereka dulu," seru Wanda pada mantan suaminya.
Para petugas ambulans membawa Fabian dan Jingga dalam dua tandu yang berbeda. Kejadian itu menjadi pusat perhatian para penghuni apartemen di gedung itu.
Wanda dan Erik mengendarai mobil yang berbeda karena mereka membawa mobil masing-masing. Sesampainya di rumah sakit Erik memerintahkan para perawat segera menangani anak dan menantunya.
"Pa, ada apa ini?" tanya Aksa yang juga bekerja sebagai dokter di rumah sakit tersebut.
"Tolong Fabian dan istrinya," jawab Erik. Aksa terkejut wanita yang dilihat itu bukan Lidia. Lalu sejak kapan Fabian menikah dengan wanita lain? Pertanyaan itu otu berputar-putar di kepala Aksa.
"Aksa, jangan hanya melamun. Nanti akan aku ceritakan setelah kamu menolong mereka," perintah Erik pada menantunya.
Aksa pun ikut memeriksa keadaan kedua korban itu. "Bagaimana?" tanya Aksa ketika bagian tubuh Jingga selesai dibersihkan.
"Tidak ada yang terluka pada wanita ini, Dok. Mungkin dia hanya syok karena dia dalam kondisi hamil." Ucapan perawat itu membuat Aksa makin bertanya-tanya.
Lalu dia memanggil sang ayah, David, untuk memeriksa keadaan Jingga lebih lanjut. David pun datang setelah mendapatkan panggilan Aksa. Dia sama terkejutnya. Terlebih lagi ada Wanda yang ikut menunggu di luar. David melewati Wanda begitu saja. Dia memeriksa keadaan Jingga.
"Tidak ada masalah. Tapi pindahkan dia ke ruang perawatan sampai dia sadar," perintah David pada perawat yang bertugas di sana.
"Pa, sebenarnya apa yang terjadi? Aku bingung dengan keadaan ini?" tanya Aksa pada David. Dia menduga kalau David juga tahu masalah Fabian yang menikah lagi.
"Aksa, Fabian banyak mengalami pendarahan di bagian kepalanya. Ada pembuluh darah di otaknya yang pecah. Kita harus segera mengoperasi dia," sela Erik sebelum David menjawab pertanyaan Aksa.
"April juga tahu, jadi kamu tanya saja sama dia nanti," kata David kemudian. Wajah Aksa terlihat syok. Namun, dia tetap melakukan operasi untuk sahabat sekaligus kakak iparnya itu.
Di tempat lain, Axel dan Edward sedang bersembunyi. "Sial lo Xel. Elo pakai mukul Fabian pakai vas bunga sampai kepalanya pecah gitu." Edward meraup mukanya frustasi.
"Bang, gue cuma mau balas dia. Gue nggak nyangka kalau kejadiannya bakalan kaya gini."
Sesaat kemudian bel di depan rumah Axel berbunyi. Axel dan Edward saling bertukar pandang. "Bukain sana!" perintah Edward.
"Tapi bagaimana kalau polisi yang datang, Bang?" tanya Axel.
"Lo cuci tangan dulu, jangan sampai orang lain curiga. Buruan!" desak Edward. Axel pun mengerjakan apa yang disuruh oleh kakak sepupunya itu.
Axel berusaha bersikap senetral mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dia membuka pintu apartemen perlahan. "Shiiit, elo bikin jantungan aja Tadz," umpatnya kesal ketika yang datang ke rumahnya adalah Imam. Axel pun merasa lega setelah sempat ketar-ketir.
"Apaan sih lo kaya ngelihat setan aja," balas Imam. "Bukain! Nih gue bawa makanan buat lo!" Imam menunjukkan kotak makanan yang dia bawa.
Axel membuka pintu dengan lebar untuk Imam, sahabatnya sejak SMA yang juga satu geng dengan Fabian dan Aksa. Imam mengerutkan keningnya ketika melihat Edward ada di sini. Edward yang sadar Imam tak suka melihatnya memilih pamit pada Axel.
Fabian telah banyak tentang kehidupannya pada Imam. Selama ini Imam tempat dia berbagi keluh kesah sekaligus orang yang bisa memberi dia solusi pada setiap masalah yang dia hadapi. Imam tahu kalau Edward adalah selingkuhan Ibunda Fabian. Imam beberapa kali bertemu dengan laki-laki itu karena Axel sering mengajak Edward keluar.
Setelah kepergian Edward, Imam duduk di sofa yang ada di ruang tamu. "Xel, lo tegang banget. Kenapa?" tanya Imam.
Axel dan Imam sudah lama bersahabat jadi Imam bisa membaca perubahan wajah Axel. Dia merasa aneh ketika Axel yang ceria kali ini dia lihat wajahnya terlihat seperti menyembunyikan suatu masalah.
Axel duduk di sebelah Imam. Dia terus meremat jari-jarinya secara bergantian. "Lo ada masalah apa? Cerita!"
Axel ragu menceritakan apa yang telah dia lakukan pada Fabian. Karena Fabian adalah atasan Imam. Jadi kemungkinan besar dia bisa melaporkan dirinya ke polisi. "Ah nggak gue nggak ada apa-apa," elaknya.
"Ya udah gue balik aja. Makan nih. Sengaja gue bawain tadi habis pulang meeting. Gue terpaksa gantikan Fabian soalnya dia kabur nyusul istrinya. Eh iya gue belum cerita. Fabian nikah lagi sama daun muda," bisik Imam. Tapi reaksi Axel biasa saja.
Imam merasa aneh pada sikap Axel. Tapi, dia tidak mau banyak berpikir. Akhirnya Imam pamit pada Axel. Dia memilih untuk pulang ke rumahnya. Ketika baru turun dari lift, Imam mendapatkan kabar dari Aksa kalau Fabian berada di rumah sakit. Imam pun mengurungkan niatnya untuk pulang. Dia menyusul Fabian ke rumah sakit.
Imam berjalan setengah berlari mencari Aksa. "Bro, Fabian gimana?" tanya Imam dengan nafas terengah-engah.
"Operasinya lancar. Gue udah pindahin dia ke ruang perawatan. Tapi saat ini dia belum bisa dijenguk," jawab Aksa.
Sesaat kemudian Aksa dan Imam melihat Wanda memapah Jingga. "Kasian banget Jingga," ucap Imam. Aksa menoleh ke arah Imam.
"Lo juga udah tahu kalau Fabian nikah lagi?" selidik Aksa. Imam mengangguk.
"Dia udah cerita banyak soal Jingga dan kehamilannya. Fabian telah memper*kosa Jingga sampai dia hamil. Jadi mau tidak mau dia harus menikahi gadis itu," jawab Imam. Aksa melongo tak percaya.
Seingat Aksa Lidia adalah satu-satunya wanita yang dia cintai. Bahkan dia bisa bertahan selama tujuh tahun hidup berumah tangga dengan Lidia walau mereka tidak memiliki anak. Aksa jadi kecewa pada saudara istrinya itu.
Tak lama kemudian Lidia datang. Dia menghampiri Jingga. Wanda dan Jingga menghentikan langkahnya ketika Lidia berdiri menghalangi jalan mereka.
Plak
Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi Jingga dengan mulus.
Apa yang membuat Lidia menampar Jingga? Ikuti terus ya kisahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ovia Latifatulula
kenapa Lidia jadi jahat banget sama jingga , dulu yang ku tahu dia gadis yang baik
2023-03-15
0