Rizky baru saja kembali ke rumah setelah pergi untuk menemui temannya. "Jingga." Rizky kaget ketika melihat Jingga berbicara dengan adiknya, Mario.
"Pak Rizky," sapa Jingga pada teman sekerjanya itu.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Rizky.
"Saya menjadi guru les Mario mulai hari ini," jawab Jingga.
Sesaat kemudian Adli datang menghampiri mereka. "Rizky, kamu dan Jingga saling kenal?" tanya Adli memastikan.
"Dia ini teman kerja aku, Bang," jawab Rizky. Adli agak terkejut sekaligus khawatir jika Rizky juga menaruh hati pada Jingga. Adli tersenyum dipaksakan.
Usai mengajar Mario, Jingga pamit pulang. "Mario, lusa kita ketemu lagi. Kamu jangan bosan sama kakak ya," pesan Jingga pada anak kecil itu. Mario membuang muka. Dia tak menanggapi ucapan Jingga.
"Aku antar!" Adli dan Rizky berkata secara bersamaan.
Jingga tersenyum. "Saya sudah pesan taksi," jawab Jingga.
"Kamu yakin mau pulang sendiri?" tanya Adli cemas. Jujur dia berharap bisa mengantarkan wanita pujaannya pulang sampai ke rumah.
Jingga tersenyum. "Terima kasih, Mas. Aku udah biasa pulang sendiri," tolaknya secara halus.
Akhirnya Adli dan Rizky hanya bisa mengantarkan wanita itu hingga ke depan rumah saja. Sesaat kemudian mobil taksi pesanan Jingga datang.
Ketika dia di jalan, dia tak sengaja melihat Lidia dan suaminya berada di dalam satu mobil. "Mas Fabian sudah pulang," gumam Jingga merasa lega melihat keadaan suaminya yang terlihat sehat dari sebelumnya.
Jingga sampai di rumah kontrakannya. Dia ingin menghubungi Fabian tapi dia sadar Lidia pasti tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu Fabian. "Kamu yang sabar ya. Pasti nanti mama cari cara agar kita bisa ketemu papamu," gumam Jingga mengajak anak yang ada di perutnya berbicara.
"Jingga," panggil seseorang.
"Papa dari mana papa tahu kalau aku tinggal di sini?" tanya Jingga pada Erik.
"Papa sengaja mengikuti kamu. Tinggallah bersama papa agar papa bisa merawat anakmu juga. Fabian sudah kembali apa kamu tidak ingin berkumpul dengan suamimu?"
Ingin, sangat ingin. Jingga tidak mungkin tidak rindu pada laki-laki yang menjadi ayah dari anak yang sedang dia kandung.
Jingga menolak. "Aku tidak mau, Pa. Mas Fabian berencana memisahkan aku dengan anak ini jadi aku keberatan tinggal bersama kalian." Jingga tidak mau menyembunyikan perasaannya lagi.
"Tidak akan terjadi, Jingga. Percayalah anak itu hanya milik kamu. Bukan Lidia," bujuk Erik.
"Terima kasih papa begitu perhatian padaku. Tapi biarkan aku memilih jalanku sendiri."
Erik kecewa karena dia tidak bisa membawa Jingga ke rumahnya. Tapi dia berjanji akan menjaga menantunya itu. Erik pamit pada Jingga. Namun, sebelum dia pergi Erin memberikan kartu kreditnya pada menantunya itu.
Jingga mendorong tangan ayah mertuanya itu. "Tidak, pa. Aku masih punya uang tabungan. Jikalau harus memberi seharusnya yang wajib memberi nafkah adalah suamiku."
Erik merasa bangga pada istri kedua anaknya itu. Tapi di sisi lain juga khawatir pada kandungan Jingga. Apalagi Jingga tinggal seorang diri.
"Baiklah. Papa mengerti."
Usai kepergian ayah mertuanya. Jingga merebahkan diri di atas kasur. Pinggangnya sakit apalagi dia sempat jatuh karena didorong oleh Mario.
"Sebaiknya besok aku periksa ke dokter kandungan. Aku belum pernah memeriksakan keadaan kamu kan sayang." Jingga mengusap perutnya dengan sayang.
"Mas Fabian lagi apa ya?" gumam Jingga memikirkan sang suami.
Di tempat lain, Fabian yang baru pulang dari luar negeri sudah tidak sabar menemui Jingga. "Jingga sekarang tinggal di mana Lid?" tanya Fabian pada istri pertamanya.
"Aku tidak tahu, Mas," jawab Lidia ketus. Jujur saja dia kesal karena Jingga selalu ada di kepala sang suami.
Fabian beranjak dari kursi yang dia duduki. "Mas mau ke mana?" tanya Lidia.
"Ke rumah mama, aku yakin dia ada di sana," jawab Fabian.
"Tidak, Mas. Kamu masih belum sembuh. Jangan ke mana-mana," larang Lidia. Terus terang dia sengaja menghalangi Fabian bertemu dengan Jingga. Karena Lidia takut posisinya tergantikan di hati sang suami.
♥️♥️♥️
Maaf ya segini dulu, kalau ada typo maklum saja karena nulis di jam ngantuk.
Love you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments