Aku harap kamu tak menyesal, telah mengajak diriku menikah Mas, ketahuilah aku bukan Aqilla yang dulu kau kenal. Aqilla yang saat ini berdiri dihadapan mu adalah Aqilla yang tak ingin patuh dan menunduk pada siapa pun, termasuk dirimu yang nantinya akan berstatus suamiku." ucap Aqilla dengan tegas, namun sama sekali tak merubah keinginan Bram untuk menikahinya.
"Terserah. Aku tak perduli, kau mau menuruti ku atau tidak, yang pasti setelah kau menjadi istriku, aku akan terus berjuang membuat Aqilla berubag menjadi Aqilla yang dulu aku kenal." balas Bram dengan kegigihanya.
"aku kira kau tak akan berhasil mengembalikan diriku seperti dulu, karena Aqilla yang dulu telah lama mati." sahut Aqilla yang berusaha meematahkan keinginan Bram.
"Tak akan ada yang tak mungkin Qilla, jika benar apa yang kau katakan, Aqilla yang dulu telah mati, maka aku akan menghidupkan kembali Aqilla yang dulu dengan kekuatan cinta ku," balas Bram yang malah mendaratkan kecupan di kening Aqilla.
"Bersiaplah sayang, aku akan menikahi mu dalam waktu satu jam ke depan. Riaslah wajah mu secantik mungkin di hari bahagia kita ini." Ucap Bram yang kemudian beranjak dari tempat tidur.
Bram pergi meninggalkan Aqilla sendiri di dalam kamar utama yang begitu luas dan terkesan mewah.
Tak lama dari kepergian Bram seorang pelayan datang membawakan sebuah kotak besar yang berisikan sebuah gaun yang sangat cantik. Di bawah gaun itu aa sepucuk surat yang di tuliskan Bram untuk Aqilla.
Dear my Sweet heart, Aqilla Pramesty.
Gaun yang cantik untuk wanita yang tercantik di dunia ku, Aqila. Sudah sekian lama aku menantikan saat ini. Saat dimana dirimu akan menjadi teman hidupku.
Maaf jika model baju ini mungkin ketinggalan Zaman, bukan aku sengaja membelinya, mungkin karena aku terlalu lama menemukan mu.
Terima kasih sudah bersedia untuk menjadi teman hidupku. Aku harap, aku bisa memberikan kebahagiaan untukmu dan menjadi cahaya terang di gelapnya kehidupan mu.
Aku mencintai mu Aqilla. Bram.
Aqill menutup mulutnya yang terbuka karena berusaha menahan tangisnya.
"Mas Bram, kenapa cinta mu begitu besar pada ku, disaat aku mulai melupakan segala rasa untuk mu. Bukan karena aku tak mencintai mu, namun aku berusaha tahu diri akan siapa diriku. Aku tak ingin kamu menderita karena diriku, karena aku tahu kedua orang tua mu tak akan pernah merestui kita." gumam Nayla.
"Nyonya, saya harap Anda segera bersiap karena penghulu akan segera datang dalam waktu tiga puluh menit ke depan." Ucap pelayan itu dengan ramah sembari menampilkan sesungging senyum yang tak dapat Aqilla artikan.
Tiga puluh menit berlalu dan benar saja. Seorang penghulu sudah datang di ruang tengah yang sudah di sulap oleh Bram dengan sedemikian rupa. Dihiasi berbagai macam bunga hidup yang begitu harum semerbak menyegarkan indra penciuman Aqilla.
Aqilla menuruni anak tangga dengan menggunakan sebuah gaun cantik berwana putih tulang, dengan dihiasi batu-batu swarovski yang indah, dengan polesan wajah yang natural menyempurna penampilan Aqilla siang ini.
"Cantik," bisik Bram di telinga Aqilla disaat Aqilla akan duduk berdampingan dengan Bram di meja Pak Penghulu.
"Terima kasih, kamu juga terlihat lebih tampan dari biasanya." balas Aqilla yang juga memuji ketampanan Bram pada siang ini.
"Benarkah? Kalau begitu, terima kasih atas pujiannya calon istriku," sahut Bram dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya yang berwarna merah terang.
Ekhm...! [Suara Pak Penghulu yang berdeham].
Keduanya yang asyik saling memuji, dengan kompak mengarahkan pandangan mereka ke arah Pak Penghulu yang duduk di depan mereka.
"Jadi bagaimana? Apa bisa kita mulai?" tanya Pak penghulu pada keduanya.
Keduanya mengangguk, kemudian Bram mempersilahkan Pak Peghulu untuk memulai acara akad nikah mereka yang begitu sederhana ini.
"Baik, dikarenakan calon mempelai wanita tidak mendatangkan seorang Ayah yang harusnya menjadi wali nikahnya, maka saya akan mewalikannya jika di perkenankan oleh calon mempelai wanita." ucap Pak Penghulu yang seakan meminta kesediaan Aqilla untuk menjadi wali hakim di pernikahan mendadaknya bersama Bram.
"Silahkan Pak," jawab Aqilla dengan santainya.
Tak terlihat raut wajah penuh kegugupan yang tergambar di wajah Aqilla. Ia nampak biasa saja dan terkesan datar dan dingin. Pak Penghulu yang menikahkan mereka pun menjadi bertanya-tanya, dengan tampilan wajah Aqilla yang terlihat biasa-biasa saja.
Jika pernikahan ini sebuah pernikahan paksa, pastinya mempelai wanitanya akan bersedih sepanjang acara ijab kabul, namun Pak Penghulu tak melihat ada kesedihan di raut wajah Aqilla.
Namun, jika pernikahan ini dilakukan atas dasar saling mencintai, pastinya pengantin wanita akan nampak begitu bahagia. Tapi ini tidak juga.
Begitu pula dengan Bram, ia tetap tenang meski hatinya benar-benar tak tenang. ini adalah kali kedua baginya mengucap sebuah kalimat sakral.
Jika dahulu ia mengucapkan kalimat sakral ini dengan penuh tekanan dari kedua orang tuanya, namun kali ini dia akan mengucapkan kalimat sakral ini dengan keinginannya, kerelaan hatinya, menjadikan wanita yang sangat dicintainya menjadi teman hidupnya dalam suka dan duka.
Dengan di saksikan oleh para asisten rumah tangga dan para pengawal Bram. Pernikahan antara Aqilla dan Bram pun sukses dilangsungkan.
Kata Sah yang diucapak Pak Penghulu, seketika membuatnya larut dalam kebahagiaan. Ia dengan segera mencium pucuk kepala Aqilla dengan rasa haru birunya, sedang Aqilla hanya terpaku melihat rona kebahagiaan yang terpancar di wajah Bram.
"Maafkan aku Mas, mungkin aku tak akan bisa menjadi sosok istri yang baik untuk mu." gumam Aqilla di dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
💠⃟⃝♠Yeyen
beneran nihh Bram sama ucapannya 🤔 padahal Aqila sudah jauh melangkah dalam menjalankan dendamnya. apakah Aqila ttep melanjutkan 🤔
SEMANGAT Thor 🤗
2023-04-27
1
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
karena hatimu telah mati yang dulu maka perlu dihidupkan lagi biar tumbuh kembali
2023-04-26
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
yakin benar ucapan mu Bram. Awas ya jangan mengecewakan Aqila dan buktikan perkataan mu itu
2023-04-26
0