Dito manarik tubuh Cella keluar dari kamar hotel yang ia tempati selama dua malam bersama Aqilla. Di muka pintu kamar hotel. Dito di kejutkan dengan kehadiran Bram dan Sandra yang tak beranjak pergi dari kamar itu setelah membukakan pintu kamar itu untuk Cella.
“Selamat pagi Tuan Dito, tidak menyangka bisa bertemu dengan Anda sepagi ini di sini,” sapa Bram yang berusaha ramah pada rival bisnisnya ini.
Dito menatap tak suka wajah sok ramah yang ditampilkan Bram padanya. Ia mengabaikan sapaan Bram kemudian berlalu pergi begitu saja. Setelah kepergian Dito. Bram sengaja membanting pintu kamar, seakan Dito-lah yang melakukan hal itu.
Aqilla yang merasa Dito telah pergi, ia menumpahkan segala rasa dihatinya dengan berteriak sekencang-kencangnya. Ia mengumpati Cella sesuka hatinya, kemudian menangis tersedu-sedu. Saat ia kembali mengingat kejahatan Cella yang membuat Bastian merenggut kehormatannya.
“Apa yang aku lakukan padamu sekarang, tak sebanding dengan apa yang kau lakukan pada ku Cella.”
“Aku akan menghancurkan hidup mu seperti kau menghancurkan hidup ku dan masa depanku.”
“Akan ku buat Dito Sadewo meninggalkan mu dan keluargamu. Akan ku buat keluarga mu hancur berkeping-keping beserta ibu ku yang kejam itu, yang tak mau memikirkan bagaimana nasibku saat ini, setelah kalian dengan sengaja menghancurkan hidupku, karena kesalahan ibu ku hiks…hiks..” pekik Aqilla yang diakhiri dengan suara tangisan yang memilukan hati.
Bram dan Sandra yang berdiri di ruang tamu kamar itu, mendengar jelas suara teriakan Aqila dan tangisannya. Keduanya melangkah bersama menghampiri Aqilla yang masih duduk di tempat yang sama.
“Qilla..” panggil Sandra dengan suara lirih dan berderai air mata. Sandra seolah memahami apa yang dirasakan Aqill saat ini.
Aqilla menoleh kearah sumber suara dimana Bram dan Sandra tengah berdiri menatapnya.
“Sandra! Mas Bram!” cicit Aqilla memanggil keduanya.
“untuk apa kalian ada disini? Apa kalian ingin menertawakan kondisi ku hum?” tanya Aqilla yang makin berlinang air matanya.
Ketika ia melihat dengan jelas pria yang selama ini sangat ia cintai ada dihadapannya, menatapnya penuh arti. Ya. Bram tengah menatap kondisi Aqilla yang berantakan seperti saat ini, setelah sekian lama tak bertemu bukan pertemuan seperti inilah yang diharapkan Bram maupun Aqilla.
“Tidak Qilla, jangan anggap kami seperti mereka!” ucap Sandra yang sudah berada di dekat Aqilla dan memeluk tubuh Aqilla yang tengah menangis.
“Aku sendirian sekarang San, kedua orang tua ku sudah membuangku, mereka sudah bahagia dengan kehidupan mereka tanpa memperdulikan keberadaanku.” Tangis Aqila di dalam pelukkan Sandra.
“Kamu tidak sendiri ada aku dan Mas Bram sekarang,” balas Sandra yang berusaha menenangkan diri Aqilla.
“Tidak San, aku ini wanita kotor, tidak pantas untuk kalian berdekatan dengan ku,” ucap Aqilla yang mengurai pelukkan Sandra.
“Pergilah! Jauhi diriku. Biarkan aku dengan kehidupan ku yang sekarang aku jalanin ini.” Ucap Aqilla lagi dengan membuang pandangannya.
Mata Bram yang sejak tadi fokus mengamati tubuh Aqilla terasa makin panas ketika Aqilla menyebut dirinya kotor dan tak pantas di dekati oleh mereka. Bram menghampiri Aqilla dan menyingkirkan Sandra sepupunya.
“Apa kau yang kau bilang barusan Qilla? Kau wanita kotor?” tanya Bram yang berjongkok di depan Aqilla sembari mencengkram dagu Aqilla.
Aqilla terdiam tak mau menjawab pertanyaan Bram yang memilukan hatinya. Hanya air mata yang menjawab pertanyaan Bram pada dirinya. Ia sadar Bram pasti kecewa dengan dirinya. Tak hanya Bram yang kecewa pada diri Aqilla, Aqilla sendiri pun merasakan kecewa pada dirinya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Bastian dan Cella telah berhasil menghancurkan hidup dan masa depannya.
Melihat Aqilla yang hanya diam dan terus melihat tubuh Aqilla yang di penuhi tanda merah yang di buat oleh Dito, membuat hatinya makin panas. Ia segera mengangkat tubuh Aqilla yang terbalut selimut itu. Ia meninggalkan Sandra yang melihat kepergian sepupunya yang membawa sahabatnya pergi begitu saja dari dirinya.
“Mas Bram,tolong turunkan aku,” pinta Aqilla yang terus meronta di atas gendongan Bram.
“Tidak akan,” jawab Bram yang terus membawa Aqilla kesebuah kamar khusus di lantai yang sama.
Kamar dimana Bram menghabiskan malam-malam sepinya seorang diri di hotel ini. Meratapi nasipnya, meratapi menghilangnya Aqilla setelah ia kembali dari menimba ilmu di negri Paman Sham. Meratapi pula pernikahannya yang diselengarakan secara tiba-tiba oleh kedua orang tuanya yang menjodohkan dirinya dengan anak sahabat Mommynya sendiri.
Sesampainya di kamar itu. Bram membawa Aqilla ke kamar mandi. Ia meletakkan Aqilla di dalam Bathtub yang ia isi dengan air hangat.
“Mas Bram. Apa yang ingin kau lakukan pada ku hah?” tanya Aqilla yang melihat Bram mulai melucuti pakaian kerjanya.
“Membersihkan dirimu.” Jawab Bram singkat yang kemudian ikut masuk kedalam Bathtub bersama Aqilla.
Bram menarik selimut yang digunakan Aqilla untuk menutupi tubuhnya, yang sudah basah karena terendam air.
“Mas jangan!” cicit Aqilla yang sia-sia, karena Bram sudah berhasil melepaskan selimut itu.
“Mas jangan! Aku ini kotor!” cegah Aqilla ketika Bram ingin menyentuh tubuhnya.
“Karena kamu kotor, aku akan membersihkan mu,” balas Bram yang makin mengikis jarak dengen Aqilla.
“Qilla!!” panggil Bram, ketika Aqilla berusaha ingin keluar dari bathtub.
Aqilla menoleh kearah Bram yang mencengkram pergelangan tangannya.
“Tak hanya dirimu yang kotor, aku pun sama. Selama ini aku tersiksa karena kehilanganmu Qilla.Aku menghabiskan waktu ku di dunia malam hanya untuk melupakan mu, tidur dengan beberapa gadis menjadi kebiasaan buruk ku, setelah kau meninggalkan aku tanpa pesan ataupun alasan yang jelas.” Ucap Bram dengan mata yang berkaca-kaca menatap Aqilla.
“Kenapa kau pergi membawa beban hidup mu seorang diri tanpa mencari dan berbagi pada diriku, Qilla? Apakah kau tak pernah menganggap keberadaan ku di dalam hidup mu selama ini, Qilla?” tanya Bram yang menitikan air matanya saat ia menatap Aqilla yang terdiam dan terpaku.
“Mas Bram..”decit Aqilla yang tak tahu harus bagaimana lagi, ketika ia melihat pria yang sangat ia cintai terus saja menitikan air matanya.
“Jika mereka menghancurkan hidup mu, tidakkah kau sadari tak hanya dirimu saja yang mereka hancurkan hidupnya, tapi juga dengan hidup ku, Qilla. Aku tersiksa hidup tanpa mu. Hatiku terbelenggu dalam cinta matiku yang kau bawa pergi bersama mu.”
“Mas Bram…” Aqilla hanya bisa memanggil nama Bram, ia bingung dengan situasi ini, ia seakan kehabisan kata-kata untuk menanggapi semua isi hati yang Bram utarakan padanya, isi hati yang selama ini Aqilla tak ketahui.
“Sakit hatiku rasanya melihat semua tanda merah ini ada di tubuh gadis yang sangat aku cintai, gadis yang selama ini menjadi nafasku,” ucap Bram yang membuat Aqilla kembali duduk di dalam Bathtub.
Aqilla menghapus air mata yang berhasil membasahi rahang tegas seorang pria tampan bertubuh atletis ini. Rasa bersalah dan menyesal kini hinggap di dalam diri Aqilla.
“Maafkan aku Mas, aku melakukan semua ini untuk membalaskan semua dendamku.” Jawab Aqilla yang juga ikut menangis.
“Tapi tidak dengan cara ini Qilla, aku mohon jangan dengan cara ini! Kamu adalah wanita ku, selamanya kamu adalah milikku. Lelaki mana yang mau, miliknya disentuh oleh orang lain, walau dengan alasan apapun, cukup sampai disini Qilla, tolong jangan ulangan lagi,” balas Bram menatap Aqilla dengan tatapan memohon.
“Tapi Mas…” ucap Aqilla yang seakan berat untuk mengabulkan permintaan Bram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
mngkn kmu jg lelah dngn smua ini yQila,ampek mau bls dndam krn kakak/adk tirimu
2023-05-13
0
#••Embun ™^ad•~💦 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
ternyata benar aqilla memngenal mereka berdua.. bahkan sepertinya hubungan mereka seoerti persahabatan..
2023-03-15
0
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Nidahiat
bner apa yang dikata mas Bima jangan cara bgni untuk balas dendam qilla. sedih 😌 org yg sama² kita cintai mlah hancur 🤧
2023-03-13
0