“Tidak. Kamu tak pernah terlihat kejam di mataku Qilla. Wanita yang terlihat kejam di mataku adalah Cella, istriku sendiri. Aku merasa kesal karena tak dapat lari dari kehidupan Cella. Aku ingin mengakhiri pernikahan kami, tapi kembali lagi aku memikirkan putriku. Bagaimana ia nanti jika tak ada diriku bersamanya? Menjalani pernikahan dengan rasa keterpaksa sungguh sangat menyakitkan Qilla, apalagi dia menginginkan diriku karena materi dan kekuasaan yang tak seberapa ini.” Tutur Dito dari lubuk hatinya yang terdalam.
“Mas, sesekali kau harus tegas mengambil jalan hidupmu. Kamu bisa memulai hidup mu yang baru hanya dengan Tita, putrimu bukan. Toh pun selama ini Cella tak memperhatikan putri mu, dia sibuk dengan dunianya sendiri, dan putri mu hanya diasuh oleh para pembantu yang kau pekerjakan.” Usul Aqilla yang membuat Dito menarik nafasnya dalam-dalam.
Memang benar apa yang dikatakan Aqilla. Tita putri satu-satunya Dito dan Cella, menjadi anak yang terabaikan karena Cella tak pernah memperdulikan putri satu-satunya ini sejak ia dilahirkan ke dunia. Cella hanya menganggap putrinya ini sebagai pelengkap di rumah tangganya bersama Dito. Hanya dengan Dito, Tita mendapatkan perhatian dan kasih sayang.
Aqilla yang mengetahui Dito begitu menyayangi Tita, selalu mengambil kesempatan untuk mendekatkan dirinya pada Dito melalui Tita. Ya. Meskipun Dito sejak awal mengagumi kecantikan yang dimiliki Aqila tapi dia tetap menjadi suami yang setia untuk Cella. Namun kesetiaan itu tak berlangsung lama.
Kegigihan Aqilla mendapat Dito membuahkan hasil ketika Cella terlalu sibuk dengan teman-teman sosialitanya dan mengabaikan kebutuhan biologis Dito. Hingga akhirnya sebuah kesepakatan antara Aqilla dan Dito pun dibuat demi kesenangan mereka masing-masing. Di saat Dito sudah bergantung pada Aqilla. Disaat itulah Aqillla memberitahukan borok keluarga Cella.
“Jika aku bercerai dengan Cella maukah kamu menikah dengan ku Qilla?” Dito malah melemparkan penawaran yang membuat Aqilla sedikit menyunggingkan senyumnya.
“Mas, sudah aku katakan sebelumnya pada mu. Aku dan kamu hanya patner di atas ranjang, tidak lebih dari itu. Masing-masing dari kita boleh meninggalkan jika sudah bosan atau sudah memiliki patner ranjang yang lain. Aku tak ingin terikat dengan mu.” Tolak Aqilla yang kali ini membuat Dito tersenyum getir.
Sudah berulang kali Dito melamar Aqilla namun Aqilla selalu menolak dengan alasan yang sama. Jauh di lubuk hati Dito selalu berharap Aqilla akan merubah keputusannya untuk mau menikah dengannya. Dito tak hanya ingin menjadi seorang patner ranjang Aqilla yang selalu memberikan Aqilla kepuasan. Tapi ia juga ingin menjadi patner hidup Aqilla. Karena Dito yakin Aqilla adalah wanita yang baik dan penyayang.
“Aku tak akan menikah dengan wanita lain lagi, selain dirimu Qilla. Aku tak akan melepaskan mu, aku tak mau hubungan kita berakhir, meskipun aku ini hanya akan kau jadikan seorang patner ranjang mu saja Qilla.” Tutur Dito yang menguatkan hatinya, meski rasa sakit akan penolakan itu sangat menyakitkan hatinya.
“Terserah apa kata mu Mas. Yang pasti hidup itu tak akan selalu bersama. Akan selalu ada perpisahan, entah aku yang meninggalkan mu atau aku yang ditinggalkan oleh mu Mas. Maaf aku harus pamit. Sekarang aku harus kembali bekerja. Sebaiknya kau temui istrimu, karena dia baru saja melewati masa-masa krisisnya.” Ucap Aqilla yang kemudian memalingkan tubuhnya untuk keluar dari mobil Dito.
Namun sayang, saat ia ingin membuka kunci pintu, Dito terus saja mengunci kembali pintu itu. Ia tak mengizinkan Aqilla untuk pergi. Aqilla akhirnya membalikkan tubuhnya. Ia tahu jika ia melupakan satu hal. Dito tak akan mengizinkan ia pergi sebelum diberi kecupan di bibirnya.
“Kau ingat?” tanya Dito saat melihat Aqilla kembali membalikkan badannya.
“Tentu. Mendekatlah!” jawab Aqilla yang merentangkan kedua tangannya.
Dito mendekatkan tubuhnya pada Aqilla, ia mendaratkan bibirnya pada bibir merah jambu milik Aqilla yang begitu manis saat ia me.lu.matnya. Seperti orang yang sedang kesetanan. Dito tak hanya ingin sebuah kecupan panas yang diberikan Aqilla padanya, melainkan lebih dari itu. Tangannya mulai bergerak cepat melepaskan kancing kemeja yang Aqilla kenakan. Aqilla berusaha menahan dan menolaknya. Ia melepaskan pangutan bibirnya dari Dito.
“Tidak sekarang Mas, aku sedang bekerja! Kita bisa lakukan nanti.” Tolak Aqilla yang membuat Dito kembali kecewa.
Aqilla merapikan pakaiannya kemudian keluar meninggalkan Dito yang kecewa dengan wajah frustrasinya. Ya dia frustrasi karena juniornya sudah menegang sempurna hanya dengan berciuman dengan Aqilla, kembali hasrat Dito pada Aqilla tak tertuntaskan lagi. Jika kemarin pagi karena Cella menganggunya dan dini hari ini karena Aqilla menolaknya.
Aqilla berjalan cepat meninggalkan Dito di parkiran seorang diri. Saat ia hampir sampai di ruang IGD melewati sebuah sedan mewah yang entah milik siapa itu. Tiba-tiba tangan kekar menarik tubuhnya masuk ke dalam mobil itu.
“Hei, Lepaskan!!” pekik Aqilla ketika tubuhnya sudah berada di dalam mobil sedan mewah itu.
“Beginikah cara mu bekerja pada malam hari Qilla?” tanya seorang pria dengan suara barito yang Aqilla kenali.
“Mas Bram?” Aqilla membalikkan tubuhnya menghadap pria yang sedang menatap sendu dirinya dengan sedikit pencahayaan yang masuk ke dalam mobil.
Aqilla hanya terdiam tanpa kata-kata, mendapati Bram ada dihadapannya. Aqilla mengamati gurat kecewa yang tergambar jelas di wajah Bram kini.
“Aku tak menyukaimu yang seperti ini Qilla.” Ucapnya lagi dengan suara yang begitu lirih dan dengan wajah yang terlihat begitu sedih.
Aqilla terdiam menyadari jika Bram tengah kecewa dan sakit hati padanya. Rupanya Pria di masa lalunya ini melihat apa yang ia lakukan bersama Dito di dalam mobil barusan.
“Apa kau memiliki perasaan dengannya, hingga tak ingin melepaskannya dan kembali padaku?” tanya Bram lagi pada Aqilla, dengan tatapannya yang membuat Aqilla merasa bersalah dengannya.
“Mas, tolong jangan campuri kehidupan ku. Aku tak mau kau ikut campur dalam urusanku. Jika kau kecewa dan sakit hati dengan apa yang kau lihat tadi. Sebaiknya kau meninggalkan ku. Aku tak akan menjelaskan apapun pada mu, karena aku tak punya banyak waktu untuk itu.” Jawab Aqilla dengan tegas.
Ia segera membalikkan badannya dan membuka pintu mobil dengan menerik handle pintu mobil.Namun Bram tak membiarkan Aqilla pergi. Ia menarik kembali tubuh Aqilla dan kembali menutup pintu mobilnya.
“Jangan pergi Aqilla!” ucap Bram yang memeluk tubuh Aqilla dengan erat.
“Lepas! Pelukkan mu membuatku ku tak bisa bernafas dengan baik.” Pinta Aqilla namun tak dihiraukan oleh Bram,
“Baiklah. Jika kau tak mau aku mencampuri urusanmu dengan pria itu. Maka kembalilah pada ku atau aku akan menghancurkan rencana balas dendam mu pada kakak tirimu itu.” Ucap Bram yang sedikit mengancam Aqilla.
Tak ada cara lain untuk Bram membawanya kembali kedalam pelukkannya. Hanya dengan cara ini Aqilla pasti menerimanya. Ya. Dengan cara mengancam satu-satunya cara yang ia anggap bisa membuat Aqilla kembali. Karena ia tahu betul Aqilla pasti tak mau rencana yang sedang ia jalani hancur di tengah jalan.
“Kau mengancamku Mas?” tanya Aqilla yang mendorong tubuh Bram sekuat tenaga, hingga pelukkan Bram terlepas.
“Ya. Aku mengancam mu. Tak ada cara lain untuk ku agar kau kembali pada ku Qilla.” Jawab Bram.
“Baiklah, kalau itu mau mu Mas. Kita akan buat kesepakatan tapi tidak sekarang. Karena aku harus bekerja.” Ucap Aqilla lagi yang ditolak oleh Bram.
“Tidak. Aku mau sekarang!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🔵🍃⃝⃟𝟰🫦𓆩𝐃𝐄𝐒𝐒𓆪♐𝐀⃝🥀
nah semoga kehadiran si Bram ini sedikit demi sedikit mengikis rasa dendam nya utk cella
2023-04-12
0
#••Embun ™^ad•~💦 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
kalau kakak memang tidak nyama dengan kehidupan rumah tangga kakak.. embun sarankan relakan saja dan berpisah..
2023-03-21
0
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Nidahiat
ingin bercerai tp masih memikirkan anak kan kasian nanti anaknya
2023-03-20
0