Bab 2

“Mas Dito a-aah…” ucap Qilla dengan suara manjanya.

Ketika Dito menciumi curug leher Aqilla dan bermain-main dengan lidah lembabnya di sana.

“Kamu sedang memikirkan apa hum?” tanya Dito yang berbisik di daun telinga Aqilla dengan suara serak yang terkesan seksi itu.

“Memikirkan kamu Mas,” jawab Aqilla berbohong.

“Aku? Kenapa dengan aku?” tanya Dito yang menghentikan aktivitasnya menciumi leher Aqilla tapi memulai aktivitas barunya dengan meremas bukit kembar milik Qilla dengan lembut.

“A-aahh…Mas Dito, tangannya!” Qilla mencoba menghentikan pergerakan tangan Dito di bukit kembarnya.

Aqilla memutar tubuhnya menghadap Dito. Ia pandangi wajah tampan suami kakak tirinya itu. Ia tersenyum manis pada pria yang selalu memberikan kepuasan ditiap malam yang mereka lalui.

“Katakan apa yang kamu pikirkan tentang aku hum?” tanya Dito lagi yang menatap manik mata Aqilla yang terlihat menyembunyikan kesedihan di dalam senyumannya.

“Aku memikirkan senjata mu Mas. Senjata mu sangat perkasa dan selalu membuat ku kewalahan.” Puji Aqilla yang membuat Dito tersenyum bangga.

“Kamu terlalu pintar memujiku sayang,” balas Dito yang malah naik ke atas tubuh Aqilla.

Sepertinya pujian yang diberikan Aqilla membuat Dito ingin mengulang permainan mereka. Dan benar saja Dito mulai menghujani Aqilla dengan ciuman basah di seluruh bagian tubuhnya. Aqilla terus menikmati sentuhan Dito yang memang selalu membuatnya ketagihan. Aqilla akui Dito lebih perkasa dibandingkan Bastian, dan ukuruan junior milik Dito pun lebih besar dan panjang dari milik Bastian.

Aqilla terus mend.esah dan suara de.sahannya sengaja ia keraskan agar Cella yang masih berada di depan pintu kamarnya makin merasa panas dan kesal mendengarnya. Tiba-tiba suara gedoran pintu yang diabaikan keduanya pun terhenti. Tak ada lagi suara yang mengganggu pergulatan mereka dalam gairah yang sudah membuncah.

Pikir Aqilla dan Dito, Cella sudah menyerah dan pergi tapi kenyataanya tidak. Ia pergi ke resepsionis. Ia meminta pihak resepsionis mengizinkannya untuk mendapatkan kunci duplicat kamar yang di tempati  Aqilla dan Dito. Ia menangis meraung-raung di sana. Pihak resepsionis tidak bisa memberikannya karena ini adalah sebuah prosedur. Namun tanpa disangka-sangka Direktur hotel datang menghampiri Cella yang tengah menangis memohon pada resepsionis dan sudah di kerubungi oleh pihak keamanan.

“Ada apa ini?” tanya Bramantyo tiga puluh satu tahun yang merupakan Direktur utama Hotel Andalas. Di tatapnya karyawannya secara bergantian dan tatapanannya berhenti pada wajah sembab Cella yang masih menangis.

“Nyonya, kenapa Anda menangis di hotel ku seperti ini? Ada apa?” tanya Bram yang menatap Cella penuh tanya dengan menyeryitkan kedua alisnya.

“Tuan, jika hotel ini milik mu, tolong bantu aku, Tuan,” jawab Cella dengan menanggkupkan kedua tangannya memohon pada Bram.

“Bantuan? Batuan apa?” tanya Bram lagi.

“Bantu aku dengan memberikan kunci duplicate kamar 1167, suamiku tengah berselingkuh dengan adik ku sendiri.” Jawab Cella yang mengharapkan simpati dari Bram.

“Apa Anda sedang tidak mengada-ngada Nyonya? Saya tidak mau mengganggu kenyaman pengunjung hotel kami karena tuduhan Anda.” Tanya Bram lagi, ia tak lantas percaya dengan ucapan Cella padanya.

“Tuan, saya sedang berkata jujur, saya bisa membuktikan semuanya.” Jawab Cella yang menunjukkan bukti foto pernikahan dan buku nikahnya dengan Dito yang ia bawa sebagai jaga-jaga jika di butuhkan.

Bram mengambilnya dan melihat foto dan buku nikahnya. Setelah merasa yakin dengan semua bukti yang di berikan Cella. Bram meminta resepsionis untuk mengeluarkan kunci duplicate kamar 1167.

“Viona, berikan kunci duplicate 1167 pada saya sekarang!” perintah Bram pada resepsionis hotel miliknya.

Viona yang merupakan resepsionis hotel milik Bram itu segera memberikan kunci duplicate kamar 1167 pada Bram.

“Tuan Bram, ini kuncinya,” Viona menyodorkan kunci duplicate kamar 1167 dengan menjulurkan kedua tangannya.

Bram menerimanya dan segera mengajak Cella untuk pergi ke kamar itu bersama sepupunya yang menjadi asisten pribadinya, Sandra dua puluh tujuh tahun.

Sementara itu di dalam kamar hotel.Dito terus memompa tubuh Aqilla dengan beringasnya, ketika ia hampir mendekati pelepasannya.

“Ah..ah…ah… Mas Dito…ahhh…” Aqilla terus mende.sah saat Dito semakin cepat memainkan ritme bercinta mereka.

“Terus panggil nama ku sayang, milik mu begitu rapat dan sempit,” puji Dito yang kemudian menciumi bagian wajah Aqilla.

“Mas Dito, aku hampir…ahhh…ahhh…Massss….ahhhh,” milik Aqila berdenyut dan menumpahkan cairan miliknya saat milik Dito masih berada di dalam bagian intinya.

Sadar jika Aqilla sudah keluar, Dito pun menyesali Aqilla yang tak keluar bersama dengannya, padahal ia ingin menutup percintaan mereka pagi ini dengan merasakan kli.maks bersamaan.

“Kenapa tidak bersama sayang, hum?” protes Dito yang menggigit kecil daun telinga Aqiila.

“Aku sudah gak tahan Mas,” cicit Aqilla dengan nafas yang tersengal-sengal.

“Ya sudah, kamu harus tanggung jawab ya, karena aku belum, aku ingin kita keluar bersama sebagai penutup pertemuan kita hari ini sayang,” ucap Dito yang kemudian memulai kembali memompa tubuh Aqilla yang membuat Aqilla kembali mende.sah kenikmatan.

“Ah..ahh… Mas…kau gila…ini rasanya begitu nikmat.. ahh..kamu begitu perkasa di mata ku Mas… ahhh… aku tak ingin hari ini berakhir tidak…” ucap Aqilla yang sengaja membuat hati Dito bangga dan senang.

Aqilla memang pandai menerbangkan hati Dito ke angkasa. Entah sampai kapan Aqilla menjadikan Dito sebagai alat balas dendamnya pada Cella, karena ia begitu menikmati cara ia membalas dendam pada  kakak tirinya itu.

Bip!!  [Suara kunci pintu terbuka]

Ya. Kunci pintu kamar 1167 sudah di buka oleh Bram. Ketika kenop pintu tiba-tiba dibuka oleh Bram. Ia harus berhadapan dengan suara yang mengusik gendang telinganya. Cella yang melihat pintu kamar suami dan adik tirinya terbuka segera menerobos masuk. Ia berlari menghampiri ranjang king size di kamar president suite hotel Andalas yang memiliki bintang lima.

“MAS DITO!! AQILLA!! KEGILAAN APA INI??” Pekik Cella yang mendapati Dito tengah memompa tubuh adik tirinya.

“Aqilla?” Bram dan Sandra membeo ketika nama itu di sebut oleh Cella.

Keduanya begitu familiar dengan nama yang disebutkan oleh Cella tadi. Ingin rasanya keduanya masuk untuk memastikan benar atau tidak orang yang disebut oleh cella adalah Aqilla yang mereka kenali.

Dengan kekuatan yang entah darimana Cella berhasil menarik tubuh kekar suaminya, hingga terlepas dari penyatuan mereka. Aqilla yang belum siap mendapatkan serangan, terus dihujani tamparan yang tiada henti dari Cella.

“Sakit Cella, cukup!” ucap Aqilla yang meminta Cella menghentikan pukulannya pada wajahnya yang sudah memerah dan terasa panas.

“Aqilla…” cicit Bram dan Sandra ketika mereka mendengar suara yang ia pastikan dari Aqilla yang mereka kenal.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Sandra ingin segera masuk untuk memastikan kembali ialah Aqilla, sahabatnya di masa kecil dulu. Namun saat kakinya ingin melangkah, tangan Bram mencengkram kuat lengan Sandra. Ia tak mau mata sepupunya itu di kotori dengan penampakan pria yang di dalam sana yang pastinya tidak mengenakan sehelai pakaian pun untuk menutupi bagian tubuhnya.

“Cukup kata mu! Tidak akan pernah aku merasa cukup untuk aku memukuli mu, wanita murahan!” jawan Cella dengan penuh amarah.

“Mas Dito tolong aku!” Aqilla meminta tolong pada Dito yang merasa pusing karena hasratnya belum tertuntaskan.

Dengan kesadaran yang setengah-setengah Dito mencoba menarik tubuh Cella yang berada di atas tubuh Aqilla. Setelah Dito berhasil menjauhkan tubuh Cella dari Aqilla. Aqilla segera bangun dari ranjang tidurnya. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh indahnya yang dipenuhi bercak merah tanda kepemilikan yang di buat oleh Dito.

Sadar dengan tubuh Aqilla yang banyak tanda kepemilikan yang dibuat oleh suaminya membuat amarah Cella makin berkobar. Ia berlari menghampiri Aqilla dan menendang tubuh Aqilla hingga terjatuh ke lantai.

“Aduh..” rintih Aqilla yang terjatuh.

Cella melepaskan sepatu high heels yang ia kenakan, kemudian memukul kepala Aqilla menggunakan ujung sepatu itu. Aqilla berusaha melindungi kepalanya dari pukulan Cella dengan sepatu high heelsnya. Dito yang melihat kegilaan Cella, menggendong tubuh Cella menjauh dari Aqilla.

“Pikiran apa yang merasuki mu, hingga menggoda suami ku hah? Kamu dan ibu mu sama saja. MURAHAN!!”  pekik Cella yang dibawa ke kamar mandi oleh Dito. Dito mengunci Cella di kamar mandi. Ia segera mengenakan pakaiannya yang berserakan di lantai.

“Sayang, maafkan aku. Aku akan membawa istriku pergi dari sini. Kamu pergilah ke Dokter, obati luka mu. Aku akan transfer sejumlah uang ke rekening mu yah,” ucap Dito yang tergesa-gesa menggunakan pakaiannya.

Setelah selesai mengenakan pakaiannya, Dito menghampiri Aqilla yang masih terduduk di atas lantai.

“Jangan sedih sayang! Aku mencintai mu, aku akan selalu bersama mu. Sekarang aku harus pergi membawa Cella pergi jauh dari mu, supaya ia tak terus menyakiti mu.” Ucap Dito yang kemudian mencium pucuk kepala Aqilla.

Dito membuka pintu kamar mandi yang terdapat Cella yang terus mengumpat sejak tadi tiada henti-hentinya. Ia menarik tubuh istrinya dengan kasar keluar dari kamar mandi. Ia benar-benar membawa Cella pergi jauh dari Aqilla. Aqilla tersenyum senang melihat kepergian kedua.

“Bagaimana rasanya Cella? Pembalasan lebih menyakitkan bukan?” decit Aqilla di dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

kasihan kmu aqila ampek berbuat sgtu DMI uang pngobtn suamimu

2023-05-13

0

#••Embun ™^ad•~💦 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

#••Embun ™^ad•~💦 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

apakah mereka saling kenal.. atau jangan" mereka ada hubungan...

2023-03-15

0

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Nidahiat

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Nidahiat

balas dendam gak bgni caranya qilla, caramu tuh salah 🤦‍♀️

2023-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!