“Tapi apa Qilla? Apa kamu memiliki perasaan dengan Dito?” tanya Bram yang masih menatap wajah Aqilla. Ia sama sekali tak melepaskan tatapannya pada manik mata Aqilla yang selama ini sangat dirindukannya.
“Lupakanlah Mas, kamu tak akan mengerti.” Jawab Aqilla yang kemudian terdiam dengan lamunannya.
Melihat Aqilla melamun, Bram mendekati Aqilla. Ia memeluk tubuh Aqilla dan menenggelamkan kepalanya di curug leher Aqilla.
“Aku mencintai mu, masih mencintai mu. Perasaanku pada mu tak pernah berubah Qilla. Kembalilah pada ku. Aku akan menjadi pelindung mu dan membalaskan semua dendam mu.” Ucap Bram pada Aqilla yang sibuk dalam lamunannya.
Pagi itu Bram hanya memandikan Aqilla, tak ada yang dilakukannya selain membersihkan tubuh wanita yang sangat ia cintai dari jejak percintaanya dengan pria yang menjadi rival bisnisnya.
Setelah mereka selesai mengenakan pakaian. Terlihat beberapa pelayan sedang menyiapkan hidangan di meja makan. Dari kamar hingga mereka berada di ruang makan Bram terus menggandeng aqilla untuk duduk bersamanya di meja makan. Ia mengeserkan sebuah kursi dan mempersilahkan Aqilla untuk duduk.
“Makanlah Qilla, aku tahu kamu pasti belum makan.” Ucap Bram yang mempersilahkan Aqilla untuk makan, ketika salah satu pelayan telah selesai menuangkan beberap menu makanan di atas piring makan Aqilla.
Aqilla pun memakan makanan yang telah tersedia di meja makan tanpa banyak bicara. Saat Aqilla menikmati makanannya. Bram mulai menanyakan informasi tentang dirinya yang selama ini menghilang.
“Kamu tinggal dimana selama ini Qilla? Kenapa aku sangat sulit menemukan mu?” tanya Bram yang terus memperhatikan Aqilla sejak tadi.
Bram sama sekali tak menikmati makanan yang tersaji di atas meja makannya. Ia menyiapkan semua ini hanya untuk Aqilla. Tak mungkin pula Aqilla menghabiskan makanan segitu banyaknya. Tapi Bram tak perduli. Ia hanya ingin menyuguhkan segala yang terbaik untuk Aqilla.
“Apartemen Tinanium,” jawab Aqilla singkat sembari menikmati makanan yang ia lahap kini.
“Apartemen Tinanium? Kamu tinggal dengan siapa? Dan milik siapa apartement itu?” tanya Bram lagi.
Ia curiga jika apartemen yang di tempati Aqilla adalah pemberian dari Dito.
“Apartemen itu milik ku dan aku tinggal seorang diri di sana, jika kamu menganggap apartemen itu pemberian dari Mas Dito kamu salah besar Mas,” jawab Aqilla yang dapat menebak isi pikiran Bram yang menyangka apartemen itu adalah pemberian Dito.
“Apa kau membelinya sendiri?” tanya Bram lagi. Ia terus bertanya pada Aqilla, ia benar-benar ingin memastikan tidak ada uang Dito yang mengalir pada diri Aqilla.
“Ya, tentu saja aku membelinya bukan mendapatkannya secara cuma-cuma. Aku ini wanita yang bekerja memiliki penghasilan tetap Mas.” Jawab Aqilla dengan nada bicaranya yang ketus. Ia tak mau di rendahkan oleh Bram hanya karena ia mempergoki dirinya sedang bersama Dito.
“Memangnya kamu bekerja dimana, Qilla?” tanya Bram lagi. Ia terus bertanya seperti wartawan yang sedang mengejar sebuah berita dari Aqilla.
“Di rumah sakit Betrania,” jawab Aqilla singkat. Ia meletakkan sendok dan garpu di atas piringnya. Menandakan jika ia telah menyelesaikan sarapan paginya.
“Apa kamu sudah berhasil menjadi seorang Dokter Qilla?” tanya Bram dengan wajah yang berseri-seri. Ia senang jika Aqilla sudah menggapai cita-citanya sejak dahulu.
“Ya, aku sudah menjadi seorang dokter, hanya menjadi Dokter umum di rumah sakit itu.” Jawab Aqilla yang sepertinya sudah ingin beranjak pergi dari tempatnya duduk.
“Kau mau kemana?” tanya Bram saat melihat Aqilla bangkit dari kursinya.
“Aku harus pulang, malam ini aku harus bekerja. Aku harus istirahat sebelum bekerja Mas.Karena yang aku tangani nyawa Manusia.” Jawab Aqilla.
“Dengan wajah terluka seperti itu?” tanya Bram lagi yang juga bangkit dari kursinya. Ia menghampiri Aqilla yang tengah berdiri menatapnya.
“Luka ini tak akan jadi masalah bagi ku Mas, dengan luka hati dan kepahitan hidupku saja aku masih bisa berdiri dan menghidupi diriku sendiri. Apalagi hanya luka seperti ini.” Jawab Aqilla yang kemudian memejamkan matanya, karena mendapatkan sentuhan dari Bram.
Ya. Bram menyentuh luka di sudut bibirnya dan juga di pipi Aqilla yang terlihat memar karena pukulan yang diberikan Cella tadi padanya, Bram menyetuh lembut luka itu dengan jemarinya.
“Maafkan aku yang telat menemukan mu Qilla, ku mohon bersandarlah pada ku. Berbagilah segala luka mu pada ku.” Ucap Bram yang kemudian menarik tengkuk Aqilla.
Bram mendaratkan bibirnya pada bibir Aqilla selama beberapa detik tanpa sebuah pergerakan. Mereka berdua hanya menempelkan bibir mereka masing-masing sembari memejamkan mata mereka.Mereka terlihat sedang meresapi rasa yang sedang bergejolak pada diri mereka. Bayang masa lalu tentang kisah cinta mereka terbayang sudah di pelupuk mata mereka kini. Detak jantung mereka sama-sama saling bergemuruh, gelenyar aneh pun kini mereka rasakan.
Aqilla kembali menitikan air matanya. Sadar tak ingin terbawa perasaan. Aqilla berusaha melepaskan penyatuan bibir mereka. Ia menundukkan kepalanya, hingga membuat Bram mencium pucuk kepalanya. “Cukup Mas, aku harus pergi,” ucap Qilla yang tengah menunduk.
Dua tangan Bram yang masih menangkupkan wajah Aqilla kemudian kembali menarik wajah Aqilla agar kembali menatapnya.
“Jangan menghindari aku Qilla!” ucap Bram yang kemudian kembali menyatukan bibir mereka.
Bram meraup bibir Aqilla. Ia mencium bibir merah jambu milik Aqilla dengan lembut. Membuat Aqilla terbuai dengan permainan bibir Bram yang memabukkan. Terpancing dengan permainan Bram akhirnya Aqilla pun membalasnya tanpa ragu. Cukup lama mereka saling bertukar saliva. Hingga akhirnya Bram melepaskan pangutannya ketika ia melihat Aqilla hampir kehabisan nafas.
“Kembalilah pada ku Qilla, aku sangat mencintai mu,” kembali Bram mengajak Aqilla kembali padanya. Aqilla memang sejak tadi tak menjawab ajakan Bram untuk kembali menjalin hubungan dengannya, karena ia tahu betul, anak pengusaha kaya raya ini sudah memiliki seorang istri. Bahkan pernikahan mereka sampai disiarkan di media televisi dan seluruh media cetak di dalam maupun luar negeri.
“Beri aku waktu untuk berpikir Mas, karena aku tahu kau sudah tidak sendiri. Kamu sudah memiliki sebuah keluarga yang harmonis. Lagi pula istrimu sangat pantas mendampingi mu. Dia berasal dari keluarga terhormat. Tidak seperti diriku ini Mas.” Jawab Aqilla.
“Aku tak mencintainya, bahkan aku tak pernah menyentuhnya. Aku lebih baik menyentuh wanita malam dari pada harus menyentuhnya. Aku tak ingin memiliki anak jika bukan dari rahim mu Aqilla.” Ujar Bram yang mencoba menyakinkan Aqilla.
“Tolong beri aku waktu untuk berpikir Mas. Kau harus berpikir seribu kali untuk memiliki anak dari wanita kotor seperti ku Mas.” ucap Aqilla yang malah memilih meninggalkan Bram yang masih berdiri terpaku.
Ya Bram berdiri terpaku mendengar ucapan Aqilla yang seakan menolak ajakannya untuk kembali.
“Sejauh apapun kamu pergi, aku akan mencarimu dan mengejarmu Qilla. Hidup ku tak berwarna tanpa dirimu. Seingin apapun kamu pergi dari ku, sampai kapan pun aku akan membawa mu kembali. Aku akan berusaha menggenggam kuat dirimu agar tak pergi lagi dariku, berusaha menjaga mu dari orang yang ingin menyakiti mu. Akan ku cari tahu apa yang sebanarnya menimpa dirimu.” Ucap Bram ketika ia melihat punggung Aqilla yang pergi menjauh darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
❌
bram kalo mau sama qilla ceraikan dulu istri mu jangan bgini caranya 😒
2023-03-20
0
#••Embun ™^ad•~💦 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
akhirnya kata itu keluar juga.. sungguh cinta bisa mengubah orang melakukan apapun yang ia mau..
2023-03-15
1
Pendekar Sepuh
Bram padahal uda ada istrinya, tapi masih berharap sama Qilla.
2023-03-15
0