Bab 8 - Mulai Menunjukkan Diri

Ariana menggaruk hidungnya yang tiba-tiba gatal, tawaran kak Sean itu terdengar penuh intimidasi bagi dia. Tapi bukan Ariana namanya jika langsung mundur hanya dengan tekanan seperti itu.

Terserah apa yang dikatakan oleh pria tersebut, tapi yang jelas sekarang dia benar-benar membutuhkan kak Sean untuk jadi partnernya.

Ariana langsung berdiri dari duduknya dan berpindah posisi duduk di samping kak Sean, dia mengulurkan jari kelingkingnya untuk membuat sebuah janji.

"Baiklah, aku setuju," ucap Ariana, suaranya benar-benar terdengar riang, seperti seorang anak remaja yang sedang bicara.

Padahal gadis ini adalah wanita dewasa.

Sesaat Sean bahkan tertegun sendiri, dia menatap lekat jari manis yang di ulurkan kepadanya.

Dengan gerakan yang nampak ragu, Sean pun menautkan jari manisnya juga hingga jadi saling mengikat.

"Deal!" ucap Ariana mantap.

"Sembuhkan dulu semua luka mu, 1 Minggu lagi kita bertemu untuk menjalankan misi mu itu," balas Sean.

Ariana mengangguk antusias.

Sungguh, apapun yang dilakukan oleh Sherina benar-benar membuat Sean bingung.

Dimana Sherinanya yang lemah lembut?

Malam itu setelah membuat kesepakatan, Sean pun pamit untuk pulang. Ariana mengantar hingga di depan pintu.

Keesokan harinya Ariana langsung datang ke kantor tempatnya bertugas.

Semua lebam dan luka masih nampak jelas, tapi dia berjalan penuh percaya diri untuk masuk ke dalam kantor.

"Sherina, kamu sudah sembuh?" tanya salah satu rekan polisi ketika mereka bertemu di pintu masuk, polisi wanita itu bertugas di kantor ini. Hanya kantor cabang, bukan pusat dimana ayah Sherina berada.

Semua orang hanya tahu jika Sherina mengalami hal buruk tersebut karena tugasnya, hal seperti ini bukanlah hal yang mencemaskan bagi mereka semua. Sudah lumrah.

Dan mendapat pertanyaan itu, Ariana hanya tersenyum kecil, cukup tau saja jika wanita itu namanya Haidy.

Ariana terus melanjutkan langkahnya menuju ruangan tim 1 berada. Tidak lagi menoleh ke arah Haidy.

"Apa benar itu Sherina? kenapa dia bersikap seperti itu?" gumam Haidy dengan dahi yang berkerut.

Selama ini Sherina selalu bersikap sopan pada semua orang, selalu menunduk memberi hormat pada siapapun meski dia adalah anak kepala polisi di kota ini.

Tapi apa yang Haidy lihat hari ini? wanita itu justru melengos begitu saja mengabaikan dia.

Bingung, tapi tidak tau mau harus bagaimana. Jadi Haidy hanya mampu mengedikkan bahunya.

Tim 1 terdiri dari 5 orang, 2 wanita yaitu Sherina dan Deasy, 3 pria Brandon, Jeremy dan Lucas.

Kedatangan Sherina hari itu sontak jadi perhatian semua orang, pasalnya Ariana menunjukkan raut wajahnya yang nampak dingin, langkah kakinya begitu tegap, dia terus mengangkat wajahnya dengan penuh percaya diri.

Sherina juga mengikat rambutnya tinggi seperti ekor kuda, padahal selama ini Sherina selalu menggerainya untuk bisa menutupi wajah.

"Astaga, apa benar itu Sherina?" orang-orang mulai membicarakan gadis tersebut.

Ariana sengaja datang lebih siang, dia memang sengaja menunggu semua orang ada di kantor ini untuk mulai menunjukkan diri.

Tanpa mengetuk pintu lebih dulu, Ariana langsung membuka ruang kerja tim 1.

Membuka dengan cukup kuat, hingga menimbulkan suara yang jelas, Brak!

Sesuai dugaan Ariana, seluruh tim 1 sudah berkumpul di sini.

Deasy si mulut sampah.

Brandon pria paling menjijjikkan.

Jeremy dan Lucas buddak tidak tahu diri.

Sherina tersenyum miring, sementara semua orang di tim 1 langsung menatap dengan terkejut.

"Tenang saja, aku bukan Sherina, aku adalah hantu Sherina," ucap Ariana meledek, lalu tertawa.

Tawa yang terdengar sangat menyebalkan bagi Brandon dan Deasy.