Selsa nampak berjalan santai di bandara. Jadwal penerbangannya masih satu jam lagi. Dan jadwal check in masih setelangah jam lagi.
Selsa nampak cantik dan elegan dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya, celana jeans belel membalut kaki jenjangnya, dan kaos stretch berkerah V dan berlengan pendek, dengan syal yang melingkar di lehernya. Tapi tetap tak meninggalkan aksen sek_sinya.
“ Masih lumayan lama nih. “ gumamnya seraya menatap jam merk Alexander Cris_ty di pergelangan tangannya. Tangan kanannya memegang tiket dan paspor, sedangkan tangan kirinya menarik koper.
Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling saat ia telah sampai di depan gate keberangkatan ke Australia. Ia mencari tempat duduk yang kosong. Setelah mendapatkan tempat duduk yang kosong, ia segera kembali menarik kopernya dan membawanya ke tempat itu.
Selsa mengeluarkan sebuah buku kecil dari dalam tasnya. Sebuah novel. Ia kemudian membacanya sambil menunggu jadwal check in. Di saat ia sedang asyik membaca, seseorang datang menghampirinya.
“ Maaf, permisi nona. Apa tempat ini kosong ? Boleh saya ikut duduk di sini ? “ tanya seseorang.
Selsa yang merasa agak terganggu kegiatannya, menurunkan novel yang sedari tadi menutupi wajahnya. Ia lalu menengadah melihat siapakah gerangan yang berbicara dengannya. Dan betapa terkejutnya dirinya, juga orang itu ketika tatapan mata mereka bertemu.
“ Mas Elyas ? “
“ Nona Selsa ? “ ucap mereka bersamaan.
“ Bukankah kamu berangkat kemarin ? “ tanya Elyas.
Selsa menggeleng. “ Aku malas berada lama – lama di sana dengan laki – laki yang selalu membuatku muak tiap bertemu. “ jawabnya.
“ Mas Elyas sendiri mau kemana ? “ tanyanya.
“ Apa pak Roy tidak memberitahumu ? “ Elyas mengernyit.
Selsa menggeleng. “ Dia tidak mengatakan apapun. “
“ Saya juga akan ikut meninjau lokasi syuting di Australia. “ jawab Elyas sambil menghenyakkan pan_tatnya di sebelah Selsa. “ Eh, tidak apa – apa kan, saya duduk di sini ? “ tanyanya sebelum benar – benar menghenyakkan pan_tatnya.
“ Duduklah. “ jawab Selsa berpura – pura cuek. Ia kembali mengangkat novel yang sedari tadi ia baca untuk kembali ia baca.
Hati Selsa begitu senang dengan kehadiran laki – laki yang menjadi cinta pertamanya ini berada di sebelahnya. Mereka akan bepergian bersama. Yah, paling tidak, Selsa tidak akan jenuh hanya berdua dengan laki – laki sableng seperti Mike.
Tak lama, terdengar panggilan untuk para penumpang tujuan Australia untuk segera menuju gate. Selsa buru – buru memasukkan novelnya kembali ke dalam tas. Lalu ia berdiri, dan menarik kopernya. Nampak Elyas menunggunya. Elyas masih ingat apa yang di katakan Roy ketika menyuruhnya untuk ikut meninjau lokasi. Roy mengatakan supaya Elyas menjaga sang adik.
Selsa kembali mengenakan kaca matanya yang tadi ia letakkan di atas kepalanya. Lalu ia berjalan menuju pintu keberangkatan. Elyas menyuruhnya untuk berjalan lebih dulu.
Ketika sampai di pintu check in, saat sedang mengantri, tiba – tiba laki – laki yang paling tidak di sukai oleh Selsa menghampiri.
“ Hai, sayang. “ sapanya dengan senyuman merekah.
Selsa menoleh sambil mengernyit, dan setelahnya ia memutar bola matanya malas. Elyas pun ikut mengangkat kepalanya.
“ Paspor dan tiketnya, nona. “ pinta petugas bandara.
“ Oh, iya. “ Selsa memberikan paspor yang tiketnya seraya tersenyum ke petugas. Setelah petuga itu mencocokkan datanya, ia mempersilahkan Selsa untuk masuk.
“ Maaf, tuan. Saya duluan. Calon istri saya orangnya tidak sabaran untuk menunggu. “ ucap Mike ke Elyas yang hendak maju menyerahkan paspor dan tiketnya.
Elyas mengangguk, lalu mundur satu langkah ke belakang. “ Silahkan, tuan. “
“ Terima kasih banyak. “ ucap Mike, lalu segera menyerahkan tiket dan paspor miliknya ke petugas.
Setelah selesai di periksa, Mike segera berlalu mengejar Selsa yang nampak sudah menjauh. Elyas mengamati keduanya dari kejauhan. Mike nampak berhasil mengejar Selsa. Elyas hanya bisa melihatnya dari kejauhan, karena paspor dan tiketnya baru di periksa oleh petugas.
Nampak dari pandangan Elyas, Mike terus berusaha mendekati Selsa. Bahkan laki – laki itu seperti merebut koper milik Selsa. Dan terlihat juga, Selsa yang terlihat geram dan tidak suka.
Dengan langkah lebar, Elyas segera mengejar Selsa. Ia tidak mau sampai kena tegur atasan karena membiarkan adiknya merasa tidak nyaman dengan kehadiran seseorang.
Mike nampak naik ke dalam pesawat terlebih dahulu, lalu Selsa. Di dalam pesawat, Mike menyambut Selsa dengan senyuman manisnya.
“ Silahkan, calon istriku. “ Ia mempersilahkan Selsa untuk duduk di sebelahnya, dengan kedua tangannya. Ia bahkan belum duduk.
Tapi Selsa sama sekali tidak menganggapnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sisi kiri, kanan, melongokkan kepalanya ke depan juga ke belakang. Mencari seseorang yang bisa ia mintai bertukar tempat. Entah siapa yang mengatur tempat duduk mereka. Hingga nomer kursi miliknya bisa bersebelahan dengan Mike.
Pandangannya tiba – tiba jatuh ke seorang gadis bepenampilan sek_si sedang duduk di bangku yang sepertinya, sebelah gadis itu adalah tempat duduk Elyas.
Ia lalu kembali mundur dan menghampiri kursi gadis itu. Sedangkan Elyas terlihat baru memasukkan tas ranselnya ke dalam bagasi atas.
“ Permisi, nona. “ sapa Selsa ke gadis itu. Gadis itu mendongak.
“ Kenapa belum duduk di tempatmu ? Sebentar lagi pesawat akan take off. “ ucap Elyas.
“ Sebentar. Aku mau tukar tempat duduk dengan dia. Malas banget harus duduk dengan laki – laki setengah gila itu. “ sahut Selsa.
Elyas nampak menghela nafas kasar. “ Sepertinya saya sudah pernah mengatakan kepadamu, untuk lebih memperhatikan penampilanmu. Berpakaianlah dengan lebih sopan. Lebih tertutup. Maka insyaallah tidak akan membuat mata laki – laki bermaksiat. “ ucapnya.
“ Ck ! sebaiknya mas Elyas diam dulu. “ sahut Selsa.
“ Maaf, nona, bisa kita tukar tempat duduk ? “ pinta Selsa membuat gadis itu mengernyit seolah bertanya kenapa.
“ Maaf nona. Sepertinya ada sedikit kesalahan saat pemesanan tiket. Seharusnya saya memesan tiket dengan tempat duduk berdampingan dengan suami saya. Tapi entah bagaimana, nomer kursi kami bisa terpisah begini. “ ucap Selsa dengan tatapan di buat sendu.
Sebuah alasan yang mampu membuat Elyas terkejut. Apa dia bilang ? Suami ? Aku suaminya ? sepertinya dia yang sedikit tidak waras. Gumam Elyas dalam hati.
Gadis itu nampak menimang dan menimbang. Lalu ia berkata, “ Baiklah, nona. “ gadis itu lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kursi yang di tunjuk oleh Selsa.
Dengan senyum penuh kemenangan Selsa melihat ke arah Mike yang sedang menahan kesal.
“ Tidak seharusnya kamu berkata seperti itu. Tidak baik berbohong. “ ujar Elyas mengingatkan.
“ Kalau tidak mau berbohong, maka kita nikah aja. Beres, kan ? “ jawab Selsa enteng.
“ Sepertinya mas Elyas lebih senang duduk dengan gadis itu. Bukankah penampilannya jauh lebih sek_si daripada penampilanku ? kenapa mas Elyas tidak memberinya mauidhoh hasanah ke dia ? kenapa Cuma sama Selsa aja ? “ gerutu Selsa. Dan Elyas hanya diam saja tanpa mau mendebat atau menyahuti omongan Selsa. Karena ia yakin, akan berbuntut panjang. Ia lebih memilih diam, dan mengenakan seatbelt nya karena pesawat akan segera take off.
“ Apa kamu tidak berniat mengenakan seatbeltmu ? “ tanya Elyas. Lalu Selsa nampak menoleh ke arahnya, lalu berdecak kesal sambil mengenakan seatbeltnya. Karena kekesalannya, ia sampai lupa tidak memasang seatbeltnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ELYAS NI LAKI2 YG GK PEKA.. DN SI SELSA JUGA GK TEGAS, LO HAJAR KNP SI MIKE... PRCUMA LO PNY BELADIRI..
2023-08-21
0
Dwi Rustiana
ucapan adalah doa ya mbk Selsa aamiin 🤭🤭🤭
2023-04-09
2