“ Ratna, kamu sebenarnya kenapa ? Ada apa denganmu ? Aku merasa, sikapmu berubah terhadapku akhir – akhir ini. “ tanya Elyas kala mereka kembali bertemu di sebuah warung makan.
“ Ratna nggak kenapa – napa pak Ustadz. “ jawab ratna sembari menunduk. Ia enggan melihat wajah tampan Elyas. Karena ia akan kembali merasa sakit.
“ Nggak Ratna. Pasti ada yang salah. Kamu berubah, Ratna. Kamu selalu menghindar dariku. Sikapmu seolah – olah ingin menjauhiku. Kenapa, Ratna ? Jujur sama aku.” Elyas masih tetap membujuk Ratna biar mau terbuka.
Ratna mengangkat wajahnya sembari menarik nafas dalam – dalam. “ Karena memang seharusnya kita seperti ini. Tidak seharusnya kita dekat, mas. “ jawabnya.
Elyas mengerutkan dahinya. Mencoba menelaah omongan Ratna. Memang selama ini di antara mereka tidak ada hubungan apa – apa. Tapi Elyas dan Ratna pastinya sama – sama tahu perasaan mereka masing – masing.
“ Ratna, karena kita sudah terlanjur membuka pembicaraan tentang kita, boleh aku bertanya kepadamu ? “ tanya Elyas. Ia ingin memastikan perasaan Ratna saat ini. Mungkin inilah saatnya. Sang umi juga sudah selalu merecokinya tentang pernikahan. Toh, ia juga merasa saat ini, ia sudah cukup pantas untuk meminang Ratna yang seorang anak kepala desa.
“ Mau tanya apa, mas ? “ sahut Ratna.
“ Bagaimana sebenarnya perasaan mu terhadapku ? “ tanya Elyas serius.
Deg
Ratna di buat terkejut dengan pertanyaan Elyas. Ia bingung harus menjawab bagaimana.
“ Ma-mas Elyas kenapa bertanya seperti itu ? “ tanyanya gugup.
“ Karena kita tidak bisa selamanya seperti ini. Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu terhadapku. Supaya aku tahu, harus berbuat apa. “ sahut Elyas.
“ Mas, Ratna rasa, mau bagaimanapun perasaan Ratna ke mas Elyas, itu tidak ada gunanya lagi sekarang. Toh memang perasaan Ratna hanya akan bertepuk sebelah tangan. “ jawab Ratna dengan suara bergetar.
Elyas mengerutkan dahinya hingga kedua alisnya saling bertautan. “ Apa maksudmu, Rat ? Kenapa perasaanmu hanya bertepuk sebelah tangan ? “ tanyanya. “ Apa benar kamu juga menyukaiku ? “ lanjutnya. Ada rasa bahagia terselip di relung hatinya.
Ratna tersenyum miris. Miris terhadap nasib hatinya. “ Perasaan yang salah kan, mas ? “ serunya miris.
“ Kenapa salah ? “ tanya Elyas.
“ Seharusnya Ratna sadar diri. Tipe gadis yang mas Elyas sukai pastilah berstandar tinggi. Secara mas Elyas pegawai kantoran, apalagi di perusahaan besar. Sedangkan Ratna, apalah Ratna ini mas ? Hanya seorang gadis kampung. Bahkan kuliah saja hanya D3. Mas Elyas memang cocok jalan sama dia mas. “ sahut Ratna.
“ Dia ? “ beo Elyas. “ Dia siapa maksud kamu ? “
“ Ratna udah lihat kok mas. Pacar mas Elyas cantik, modis. Nggak seperti Ratna. Yang tahunya hanya belanja ke pasar. “ sahut Ratna merendah.
“ Pacar ? “ beo elyas kembali. “ Sumpah demi Allah Ratna, aku tidak pernah melakukan dosa itu. Aku tidak mempunyai kekasih. Untuk menatap lawan jenis lebih dari satu menit saja itu sudah dosa. Apalagi berpacaran. “ ujar Elyas tegas.
“ Tapi Ratna melihat dengan mata kepala Ratna sendiri mas. Mas Elyas sedang makan berdua, juga jalan berdua dengan gadis itu. “ kekeh Ratna.
“ Kapan ? “ tanya Elyas.
“ Siang itu, mas. Di jalan XXX mas Elyas sedang makan siang berdua di pinggir jalan. Lalu di restorant XX mas Elyas habis makan malam berdua dengannya lagi. “ sahut Ratna cepat.
Elyas mencoba mengingat. Selama ini, ia hanya pernah makan berdua dengan seorang lawan jenis adalah Selsa. Dan jalan berdua, ia juga ingat, jika itu hanya dengan Selsa.
“ Selsa maksud kamu ? Dia adalah putri pemilik perusahaan tempatku bekerja. “ jawab Elyas. Entah kenapa, meskipun Ratna sedang marah dan menghindarinya, tapi ia merasa bahagia. Gadis yang ia sukai sejak dulu itu sedang cemburu. Ia menyukainya.
“ Apalagi dia putri pemilik perusahaanmu. “ Ratna menjawab sembari emlengos ke samping. Ia merasa semakin kecil dan rendah.
“ Tapi dia bukan kekasihku. “ jawab Elyas. “ Memang benar, jika saat ini, sudah ada nama seorang gadis yang bersemayam di hatiku. Tapi bukan dia yang kamu maksud. “ lanjutnya sembari tersenyum. Sesekali ia melihat ke arah Ratna.
“ Jadi ada orang lain ? “ tanya Ratna cepat.
Elyas mengangguk. Tapi senyuman tidak pernah lekang dari kedua sudut bibir Elyas. Suasana hening sebentar. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing – masing. Terutama Ratna.
“ Kamu. “ uca Elyas tiba – tiba. Sontak Ratna mengangkat wajahnya. Tapi hanya untuk beberapa saat pandangan mata saling bertemu. Lalu Ratna memutus pandangan mata itu kembali menunduk.
“ Kamulah gadis itu. Kamulah yang sudah bersemayam di hatiku sedari dulu. “ lanjut Elyas. Detak jantung Ratna sudah bertalu – talu. Antara senang, dan tak percaya.
“ Jangan berbicara hal yang bisa membuat Ratna melambung, mas. “ ucapnya lirih.
Elyas menggeleng. “ Aku mengatakan yang sebenarnya. Mungkin sudah waktunya aku mengatakan hal ini. Mengatakan tentang isi di hatiku. Aku menyukaimu, Ratna. “ ucapnya pelan dan lembut.
“ Seharusnya aku mengatakan hal ini sudah lama. Tapi aku masih merasa kurang dan belum cukup percaya diri. Kamu seorang putri kepala desa dengan kekayaan yang melimpah. Ayahmu mempunyai sawah di mana – mana. Tapi apa aku ini ? Aku hanyalah seorang anak yatim yang bahkan tidak memiliki sepetak tanahpun kecuali tanah beserta bangunan tempatku dan umi tinggal. “ Elyas menjeda omongannya untuk meraup oksigen sebanyak – banyaknya.
“ Aku ingin memantaskan diri untuk menghalalkan kamu. Memintamu kepada kedua orang tuamu sambil mengangkat wajah jika aku mampu menghidupi anak mereka kelak. “
“ Mas Elyas berarti belum mengenal kedua orang tuaku dengan baik. Karena mereka tidak akan memandang mas Elyas seperti itu. Mereka selalu menganggap semua orang itu sama. Seperti Allah yang selalu memandang sama ke setiap makhluknya. “ sahut Ratna.
“ Aku tahu itu. Tapi aku ingin mereka pun yakin, jika aku bisa memberikan kehidupan yang layak kepada putrinya jika aku sudah meminta putrinya. “ ujar Elyas.
“ Mas Elyas, aku bukan perempuan matre yang akan meminta mahar berupa intan berlian dan mobil mewah. Keluargaku pun bukan orang – orang yang memandang utama akan harta benda. Kami tidak akan memberatkan siapapun laki – laki yang akan meminangku. “
Elyas menautkan kedua alisnya. Ia sungguh terharu kepada Ratna. Ratna tergolong gadis yang baru menginjak dewasa.
Tapi sungguh, pemikirannya sangat di luar ekspektasi Elyas. Sepertinya ia tidak salah memilih jodoh. Begitu mulia hati Ratna. Di jaman yang segalanya serba melihat dan memandang harta, Ratna sama sekali tidak memanfaatkan itu.
“ Sebagai calon suami, tentunya aku harus memberikan mahar yang pantas untuk calon istriku. Tentunya sesuatu yang kamu inginkan. Karena aku ingin mengkhitbahmu. “ ucap Elyas serius.
Detak jantung Ratna berdetak makin kencang. “ Mas Elyas, jika mas ingin mengkhitbahku, cukup muliakanku dengan surat Al Kahfi. Tidak perlu emas atau berlian. Karena Ratna nggak butuh itu. “ sahut Ratna.
Elyas tersenyum. Subhanallah. Ia memuji dalam hati. Gadis di depannya ini memang sangat istimewa. Tak salah jika ia menjatuhkan pilihan kepadanya.
“ Ratna, maukah kamu menungguku untuk mengkhitbahmu ? Aku harus berbicara dengan umi terlebih dahulu. Dan aku juga harus keluar negeri selama beberapa waktu untuk urusan pekerjaan. Setelah proyek yang aku tangani selesai, aku akan mengajak umi untuk menemui ayah juga ibumu. “ pinta Elyas. Entah, apakah ini yang di namakan melamar atau apa. Elyas tak peduli.
Ratna terlihat mengangguk malu – malu sambil tersenyum.
Alhamdulillah. Elyas mengucap syukur dengan pencapaiannya hari ini. Ia akan pulang dengan hati yang gembira. Dan sebelum dia berangkat ke Australia lusa, ia harus berbicara dengan umi dulu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
CK ELYAS, BLM APA2 SDH KASIH HRAPAN KE RATNA...
2023-08-21
0
Maz Andy'ne Yulixah
Lanjut kak thor..
2023-04-07
2
Yulia Astutik
kakq author jangan lupa, elyas sama selsa kan, saye terlanjur sukanya elyas dg selsa.
gak seru jika dg ratna
2023-04-06
4