TERNODA SEBELUM MENIKAH
"Gwiyomi ... Gwiyomi ... ."
Gwiyomi mendengar beberapa orang meneriaki namanya namun matanya enggan untuk terbuka. Ia merasakan tubuhnya kini diangkat dan yang pasti akan dibawa ke rumah sakit. Gwiyomi ingin menolak, ia sangat takut jika apa yang ditakutkannya selama ini akan menjadi kenyataan.
Namun, malang tidak bisa cegah dan untung tidak bisa diraih. Apa yang selama ini ia sembunyikan rapat-rapat, pasti akan terbongkar sebentar lagi. Apalagi saat Dokter menanyakan hal-hal yang membuat Gwiyomi rasanya ingin menenggelamkan dirinya ke dasar samudera.
"Masih mengalami morning sickness?"
"Masih suka pusing?"
"Kalau makan apa-apa suka mual nggak?"
"Jaga kesehatan ya, supaya semuanya lancar sampai harinya."
Semuanya benar-benar kacau, ia berusaha menjawab dengan suara sangat pelan agar Kakaknya Eril tidak mendengar. Tapi hal itu mustahil terjadi, karena sekarang Eril sedang menajamkan pandangannya dengan dahi yang berkerut.
"Semuanya bagus, udah menjadi hal biasa kalau baru awal-awal sering pusing. Meskipun mual harus tetap makan ya, nanti kita bisa melakukan USG agar hasilnya lebih jelas," ujar Dokter mengulas senyumnya yang manis.
"Hasil USG untuk apa dokter?"
Deg
Gwiyomi memejamkan matanya rapat-rapat saat mendengar pertanyaan dari Eril. Jantungnya berdetak sangat kencang hingga ia merasa ingin mati saat itu juga.
"Untuk memastikan kalau kehamilan pasien baik-baik saja, Tuan. Selamat ya, sebentar lagi akan menjadi Ayah," seloroh Dokter mengerlingkan matanya pada Eril.
Eril membesarkan matanya, siapa yang tidak terkejut mendengar kabar seperti itu. Ia menatap Adiknya dan Dokter itu bergantian.
"Maksud Dokter dia hamil?" tanya Eril memperjelas.
"Menurut hasil pemeriksaan iya, apa mungkin Nona belum cerita? Mau surprise ya?" ujar Dokter masih dengan senyumannya yang tanpa dosa. Ia tidak tahu jika setelah ini akan ada peperangan besar.
"Dokter yakin? Kenapa dia bisa hamil? Berapa usia kandungannya sekarang?" Karena sangking terkejutnya, Eril sampai mencerca dokter dengan berbagai pertanyaan. Yang jelas ia berharap kalau semua ini salah.
"Usianya sudah 12 Minggu," sahut Dokter sepertinya mulai paham dengan apa yang terjadi.
Eril merapatkan bibirnya dengan tangan yang mengepal erat. Setelah berbasa-basi sejenak dengan Dokter, ia langsung mendatangi adiknya.
"Katakan siapa yang sudah membuatmu seperti ini?" Eril bertanya dengan suara paling datar yang pernah terdengar.
Gwiyomi menangis lirih, ia menggeleng lemah karena ia sendiri tidak tahu siapa yang telah menghamilinya. Ia bahkan sama sekali tidak menyangka kalau dirinya hamil, mereka hanya melakukannya satu kali, tapi kenapa ia harus hamil.
Ya Tuhan, tolong siapapun katakan padanya kalau semua ini hanya mimpi buruknya saja.
"Jangan bohong! Siapa yang sudah buat kamu seperti ini? Apa pria yang kau pacari secara diam-diam itu? Jawab!" Eril membentak penuh kekesalan, untung saja tadi Mamanya tidak ikut datang kesana, jika iya, bisa-bisa semuanya akan sangat kacau.
"Maafkan aku Kak," ucap Gwiyomi semakin mengencangkan tangisnya.
"Brengsek! Jadi benar pria itu yang sudah menghamili mu?" umpat Eril menendang kursi yang ada di depannya, ia tidak perduli kalau saat ini ia berada di rumah sakit, emosinya sudah berada di ubun-ubun.
"Siapa yang hamil?"
JEDEEERRRRR!!!
Bagai disambar petir di siang bolong, Gwiyomi dan Eril langsung membeku begitu mendengar suara lembut Mamanya. Kini keduanya menoleh bersamaan pada sosok wanita yang bertanya dengan wajah bingungnya itu. Lalu disampingnya ada Papa Axel yang hanya mengerutkan dahinya.
"Mama!"
"Eril, siapa yang hamil?" Bella melangkahkan kakinya lebar-lebar, tatapan matanya menyiratkan sesuatu yang tidak biasa.
Eril bungkam, ia tidak tega jika harus memberitahu Mamanya kabar yang pasti akan membuat wanita itu kecewa. Gwiyomi sendiri tidak bisa melakukan apapun, tangisnya semakin kencang hingga membuat Bella langsung menatapnya.
"Apakah Gwi hamil?" Bella bertanya lirih.
"Ma-"
"Maafkan Gwi Ma, Gwi salah, Maafkan Gwi ... ." Gwiyomi langsung menjatuhkan dirinya dari ranjang dan bersujud di kaki Ibunya. Ia tahu betapa kecewanya wanita ini jika tahu dirinya sudah ternoda sebelum menikah.
Bella mematung, tubuhnya bergetar hebat seiring air matanya yang meleleh membasahi wajahnya. Ia menatap semuanya dengan pandangan bingung, lalu ia menatap putrinya yang menangis dan bersujud kepadanya.
"Jadi, benar Gwiyomi hamil?" Bella kembali mengulangi pertanyaannya dengan wajah linglung, perlahan kakinya goyah hingga ia hampir terhuyung.
"Mama!"
"Bella!"
Axel langsung menangkap istrinya sebelum wanita itu terjatuh. Bella sendiri tidak bisa membendung air matanya, ia memeluk suaminya erat.
"Gwi hamil, dia hamil By, kenapa bisa seperti ini, Gwiyomi hamil, putriku ..." Bella menangis seraya merancau di pelukan suaminya.
Orang tua mana yang tidak ikut sakit jika tahu putri yang mereka jaga agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan masa lalunya. Justru kini bersujud dan menangis seraya mengatakan kalau dirinya hamil sebelum menikah. Entah dosa apa yang mengarungi perjalanan hidup mereka, kenapa putrinya harus memiliki nasib yang sama?
"Kenapa harus Gwi? Kenapa harus putriku By? Apa yang sudah aku lakukan sampai putriku harus seperti ini?" ucap Bella menangis meraung di pelukan suaminya.
Axel hanya bisa memeluk istrinya dengan memejamkan matanya. Ia sendiri tidak berdaya melihat kejadian ini. Apakah semua ini akibat dari dosa masa lalunya yang sering mempermainkan wanita hingga putrinya harus mengalami nasib yang mengerikan.
"Maafkan Gwi Ma, Gwi salah karena sudah tidak bisa menjaga diri. Mama tidak salah, Mama sudah mendidik Gwi dengan sangat baik, Gwi yang salah," ucap Gwiyomi masih menangis sesenggukan dibawah lantai. Ia benar-benar hancur saat melihat wanita yang telah melahirkannya menangis tidak berdaya seperti itu.
Bodoh, dia memang bodoh. Seharusnya ia tidak nekat menemui Bara waktu itu. Seharusnya ia diam saja dirumah dan mendengarkan kata Kakaknya kalau club itu tempat yang tidak baik. Andai saja ia bisa memutar waktu kembali, ia tidak akan datang kesana dan ia tidak akan kehilangan kesuciannya ditangan pria brengsek yang tidak bertanggungjawab. Sekarang siapa yang harus disalahkan?
"Bangun Gwi," ucap Axel tegas.
Gwiyomi masih terus menangis, ia menurut untuk bangkit dari duduknya.
"Katakan siapa yang sudah melakukan ini padamu?" tanya Axel datar, tangannya sudah mengepal erat penuh emosi, mungkin perasaan ini yang dirasakan oleh Ayah Bella dulu saat ia menghamili putrinya. Begitu sakit dan tidak berdaya.
"Gwi ... tidak tahu, Pa." Gwiyomi menyahut sejujurnya, ia tidak mungkin menjadikan seseorang menjadi kambing hitam untuk kesalahan yang tidak diperbuat.
"Jangan mencoba menutupi ba ji ngan itu Gwi, katakan siapa yang sudah melakukannya?" Eril membentak dengan tidak sabar, ia paling emosi disini karena Adik kesayangannya dinodai.
"Aku benar-benar tidak tahu, Kak. Aku-"
"Lalu kenapa kau bisa hamil? Kau tidur dengan banyak pria? Atau ONS?" Bentak Eril semakin geram, ia merasa Gwiyomi hanya melindungi ba ji ngan itu.
"Gabriel!" Untuk pertama kali dalam hidupnya, Axel membentak Eril dengan sangat keras. Ia tidak suka dengan cara Eril menuduh Gwiyomi serendah itu, ia masih percaya jika putri kecilnya tidak akan melakukan dosa memalukan itu.
"Terus aja bela dia, Pa. Jika memang dia terus menutupi ba ji ngan itu, aku sendiri yang akan mencarinya! Dia harus datang dan mempertanggungjawabkan semua apa yang sudah diperbuat, bukan bersembunyi layaknya pengecut!" Eril berdecih penuh emosi, tatapan matanya tajam dan mengerikan membuat semuanya bungkam.
Happy Reading.
TBC.
Hai, hai, selamat datang kembali di cerita author Virzha.
Mohon dukungan LIKE, KOMEN, VOTE DAN SUBSCRIBE ya gengs.
Sini tak kasih bonus Visual Gwiyomi dulu yakk ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Lena Laiha
ceritanya keren.
2023-09-11
1
Neng zahra
ninggalin kenangan dulu 😆
2023-09-11
1
yanktie ino
ceritanya super kereeen
eyank kasih mawar cantik buat Gwi yaa
2023-09-11
1