Bukan Hanya Hazel saja yang terkejut, tapi Gwiyomi juga bingung saat melihat kedatangan wanita itu. Belum hilang rasa bingungnya, ia malah kaget bukan kepalang saat wanita itu tiba-tiba menampar Hazel dengan keras.
"Kau memang ba ji ngan! Setelah mendapatkan semuanya, kau malah meninggalkanku demi wanita ini!" Teriak wanita itu terlihat begitu marah.
Hazel mengusap pipinya yang terasa pedas, ia melirik Gwiyomi yang kebingungan itu. Sialan! Kenapa wanita ini harus datang saat aku bersama Gwiyomi?
"Apa maksudmu Viona? Urusan kita sudah selesai, tidak perlu berkoar-koar seolah kau aku rugikan," ucap Hazel kesal.
"Brengsek! Memang ya harusnya aku tuh nggak percaya sama kamu Haz, udah berapa korban yang kau tipu lagi, apa dia korban selanjutnya? Menjijikan!" Viona masih berteriak, wanita itu terlihat benar-benar kesal pada Hazel hingga wajah cantiknya memerah.
"Ngaco, dia istri aku sekarang. Jangan coba-coba mengganggu ku lagi." Hazel mengabaikan Viona yang masih marah-marah itu, ia segera menarik tangan Gwiyomi untuk pergi meninggalkan tempat itu sebelum Viona berbicara yang tidak-tidak tentang dirinya.
"Hazel! Jangan pergi kamu, aku tidak akan berhenti sebelum kamu hancur Haz, lihat saja pembalasanku!" Teriak Viona dengan suaranya yang melengking.
Namun, Hazel sama sekali tidak perduli, ia terus menarik tangan Gwiyomi pergi dari tempat itu. Gwiyomi melirik Viona yang kini menatapnya penuh kebencian, sebagai seorang wanita, ia tentu kasihan melihat Viona seperti itu.
"Hazel, kenapa kita harus pergi? Sebenarnya siapa wanita itu?" Tanya Gwiyomi langsung saja.
"Bukan orang penting, tidak perlu mengurusnya," sahut Hazel enggan membahas hal yang akan membuat hubungannya dengan Gwiyomi tidak baik.
"Kalau bukan orang penting, kenapa kau harus pergi? Apa maksud ucapannya tadi? Apa yang sudah kau lakukan pada wanita itu?" Gwiyomi kembali bertanya, ia tidak puas dengan jawaban Hazel.
"Astaga Gwi, semua wanita yang diputuskan secara mendadak pasti akan marah-marah. Dia memang mantan wanitaku, tapi itu dulu, aku bahkan lupa kapan berpacaran dengannya," jawab Hazel.
"Ish, terlalu banyak wanita sampai kau sendiri lupa, dasar play boy," tukas Gwiyomi berdecak kesal.
"Itu dulu sayang, sekarang cuma kamu wanita dalam hidupku," ucap Hazel memandang Gwiyomi dengan tatapan dalamnya.
"Aku tidak yakin," sahut Gwiyomi sekenanya.
"Ayolah Gwi, aku benar-benar sudah berubah sekarang. Aku memang brengsek, tapi sekarang aku mencoba merubah segalanya, tolong temani aku untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, aku tidak ingin anak kita tahu bagaimana hidup Ayahnya dulu," ucap Hazel memegang kedua tangan Gwiyomi, tatapan matanya kini berubah sendu dan penuh harap.
"Haz, kau yakin ingin mengakui anak ini?" Lagi-lagi Gwiyomi tidak yakin jika Hazel mau menerima bayi di dalam kandungannya.
"Ya tentu saja, bukankah sudah aku katakan sebelumnya? Sekarang aku Ayahnya Gwi, aku akan menyayanginya seperti anakku sendiri," ucap Hazel lagi.
"Kenapa aku tidak bisa seperti dirimu? Aku bahkan masih tidak percaya kalau dia ada disini," ucap Gwiyomi melihat perut bawahnya.
Untuk pertama kalinya setelah ia tahu jika ia hamil, ia baru mengelus lembut anak itu. Entahlah, Gwiyomi benar-benar membenci bayi yang tidak berdosa itu. Padahal seharusnya ia tidak seperti ini 'kan?
"Cobalah ikhlas Gwi, jangan menyiksa dirimu sendiri dengan membenci bayi ini. Aku yakin, suatu saat nanti, bayi ini akan menjadi sosok yang paling penting dalam hidupmu dan akan selalu membahagiakan mu," ucap Hazel ikut menyentuh perut Gwiyomi hingga tangan mereka bersama-sama menyentuhnya.
"Benarkah?" Gwiyomi mengangkat wajahnya, ia menatap Hazel yang juga menatap dirinya.
"Iya Gwi, percayalah jika dia akan menjadi anak yang hebat nantinya. Jangan pernah memandang dia sebagai anak yang hadir karena kesalahan, tapi anggaplah dia memang anak yang hadir karena anugerah dari Tuhan dan kita akan merawatnya bersama-sama nanti," ucap Hazel tersenyum lembut seraya mengusap pipi Gwiyomi.
Gwiyomi rasanya tidak bisa lagi berkata-kata mendengar ucapan Hazel yang menenangkan. Entah apa yang dipikirkannya saat itu, ia tiba-tiba mendekatkan wajahnya kepada Hazel lalu mencium bibir pria itu sebentar.
"Terimakasih Haz, aku sekarang akan menerima anak ini sebagai anakku dan tidak akan menganggapnya anak yang lahir karena kesalahan," ucap Gwiyomi pelan.
Hazel masih kaget dengan apa yang dilakukan Gwiyomi barusan, namun ia kemudian tersenyum tipis mendengar ucapan wanitanya.
"Aku percaya kau akan menjadi Ibu yang baik nantinya," ucap Hazel mencium kedua tangan Gwiyomi.
Gwiyomi tersenyum manis, ia lalu masuk kedalam pelukan Hazel yang hangat. Ya, ia harus mengikhlaskan semua yang sudah terjadi, sekarang sudah ada Hazel yang akan menemaninya melewati semua masalah hidupnya.
"Ehm Gwi, bolehkah aku bertanya satu hal padamu?" ucap Hazel setelah melepas pelukan hangat mereka.
"Apa?"
"Jika suatu saat nanti Ayah dari anak yang kau kandung datang dan ingin mempertanggungjawabkan semuanya, apakah kau akan memaafkannya?"
Gwiyomi mengangkat alisnya, sedikit tidak menyangka jika Hazel akan menanyakan hal itu.
"Tentu saja tidak, bukankah kau bilang sekarang kau Ayahnya? Jadi, sampai kapanpun akan seperti itu Haz," jawab Gwiyomi dengan sangat yakin, untuk apa ia harus kembali kepada seorang pria brengsek yang jelas-jelas tidak mau bertanggung jawab?
"Ya, begitu lebih baik Gwi. Mulai sekarang kita kubur dalam-dalam semua masalah ini. Anggap saja tidak pernah terjadi apapun," ucap Hazel tersenyum lega.
Gwiyomi mengangguk cepat-cepat seraya mengulas senyum manisnya. Melihat hal itu Hazel jadi sangat gemas, ia langsung menarik tengkuk Gwiyomi lalu me lu mat bibirnya.
Gwiyomi kaget, tapi ia juga tidak menolak, ia segera membalasnya hingga ciuman mereka saling memanas.
******
Rutinitas pagi pasutri biasanya akan diawali dengan sang istri memasak dan sang suami bersiap untuk berangkat kerja. Tapi berbeda dengan pasangan Hazel dan Gwiyomi, mereka justru kebalikannya. Hazel yang memasak dan Gwiyomi yang siap-siap akan berangkat magang.
"Selamat pagi Pak suami." Gwiyomi tiba-tiba memeluk Hazel dari belakang setelah dirinya bersiap.
"Selamat pagi my wifey, udah siap?" Hazel sedikit terkejut sebenarnya karena lagi-lagi Gwiyomi bersikap sangat manis, ia memegang tangan wanita itu lalu mencium pelipisnya.
"Iya udah, kayaknya nanti agak sorean pulangnya, mesti laporan ke kampus juga," sahut Gwiyomi langsung mengambil duduk di kursi yang baru saja ditarik oleh Hazel.
"Nanti sore aku jemput, hubungi aja kalau udah mau pulang," ucap Hazel menyodorkan susu strawberry yang baru saja dibuatnya untuk Gwiyomi.
"Rasa ini lagi? Aku bosen ah, pengen rasa yang lain." Gwiyomi mengernyit saat mencium bahu khas susu hamil yang membuatnya mual.
"Mau rasa apa? Nanti aku belikan pulang kampus," ucap Hazel menuruti saja keinginan istrinya.
"Apa aja? Kalau ada jangan yang terlalu manis, soalnya udah ada kamu yang lebih manis," ucap Gwiyomi mengerlingkan sebelah matanya.
"Astaga, dasar penggoda kecil." Hazel tergelak hingga kepalanya mendongak ke atas, ia mencubit gemas pipi Gwiyomi yang terang-terangan menggodanya itu. "Jangan menggodaku my wifey, kau tidak ingin aku menerkam mu sekarang juga kan?" lanjut Hazel menatap Gwiyomi dengan tatapan tajamnya.
"Ampun, aku kabur aja deh. Dadaahhhh ... " Gwiyomi malah terkikik geli seraya melarikan dirinya, tapi sebelum pergi ia menyempatkan mencium pipi Hazel membuat senyum pria itu kian merekah.
Akhirnya aku bisa mendapatkanmu Gwi.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ita rahmawati
semoga sllu bersama dn bisa mlwati lika liku kehidupan berumah tgga dg baik 🥰🥰
2023-05-11
1
Bucinnya Rajendra 💞
semoga bahagia selalu mereka berdua 🥰
2023-03-06
1
Lilis Bangkit
syukurlh gwi sdah bsa mnerima takdirnya apa hazel bnar ayah kndung anak yg ada didlm perur gwi atau emang bnar itu anak rain.smoga aja dech jka rain smbuh dia gk akn mrusak rmhtangga gwi dan jga hazel.ternyta hazel sma sprti eril dlu yg slalu diganggu sma mntan
2023-03-06
1