"Hazel, aku pakai baju yang mana ya kira-kira? Perut aku udah kelihatan gede banget kayaknya."
Pagi-pagi Gwiyomi sudah terlihat sibuk di depan kaca rias kamarnya. Ia sibuk mencoba baju yang sekiranya bisa menutupi perutnya yang sudah cukup besar diusia kehamilan yang 6 bulan.
Tak terasa sudah dua bulan berlalu, hubungan rumah tangga Hazel dan Gwiyomi selalu diliputi cinta dan kasih sayang. Hazel benar-benar memperlakukan Gwiyomi sangat baik hingga membuat perlahan-lahan rasa cinta itu tumbuh di hati Gwiyomi.
"Nggak apa-apa kelihatan, kita udah nikah juga." Hazel menyahut seraya menggosok-gosok rambutnya yang masih basah sehabis mandi.
Gwiyomi mengernyit, ia masih cukup malu jika teman-temannya tahu dirinya sudah hamil. "Mereka pasti berpikir yang tidak-tidak nanti, aku malu Haz," ucap Gwiyomi.
Hazel meletakan handuknya disembarang tempat, ia lalu memeluk Gwiyomi dari belakang seraya mengelus lembut perutnya.
"Ih, masih basah nih," ucap Gwiyomi cukup risih jika melihat Hazel seperti ini. "Kenapa sih suka banget pakai baju dikamar mandi? Kan aku udah bilang, keringkan dulu rambut dan badannya baru pakai baju. Kamu nanti bisa sakit," omel Gwiyomi paling tidak suka kalau Hazel suka memakai baju saat tubuhnya masih basah.
Selain itu, Gwiyomi kadang heran kenapa Hazel selalu memakai baju di kamar mandi. Kecuali saat mereka bercinta, baru ia bisa melihat tubuh po los suaminya meski tidak terlalu jelas karena mereka larut dalam kenikmatan surgawi.
"Aku udah terbiasa seperti ini Sayang," sahut Hazel seadanya.
"Kebiasaan buruk, harus dihilangkan," tukas Gwiyomi menggeleng tidak setuju.
"Siap Tuan putri, sekarang gimana tadi masalahnya? Malu kalau temen-temen tahu kamu udah hamil?" Hazel mengalihkan pembicaraan dengan hal yang lain, ia tidak mau membahas hal yang membuat jantungnya selalu berdetak kencang karena ia takut jika Gwiyomi tahu alasannya selalu memakai baju di kamar mandi.
"Iya, kita emang udah nikah, tapi kan baru tiga bulan. Mereka pasti tetep curiga," kata Gwiyomi mengutarakan keluh kesahnya.
"Biarin ajalah Sayang, yang penting kita nggak merugikan mereka. Kamu harus bangga karena bisa mengandung anak hebat ini. Apalagi kamu, kamu adalah Ibu yang sangat hebat karena sudah mengandungnya, aku sangat bangga bisa memiliki mu," ucap Hazel mencium pipi Gwiyomi seraya menenangkan kegusaran wanita itu.
Gwiyomi tersipu-sipu, Hazel ini memang paling bisa membuatnya salah tingkah. "Jadi, tidak masalah jika teman-temanku tahu kalau aku hamil?" ucap Gwiyomi.
"Tentu, kamu pokoknya nggak boleh malu, kamu cantik dan tetep cantik mau dalam keadaan apapun," kata Hazel merayu, ia sangat suka jika bisa membuat Gwiyomi salah tingkah seperti itu.
"Gombal banget sih, pantesan dulu banyak cewek yang mau," tukas Gwiyomi melepaskan dirinya dari Hazel.
"Selalu aja nggak percaya, padahal aku serius," ujar Hazel mengerucutkan bibirnya.
Gwiyomi hanya mencibir pelan, tidak ingin menanggapi apa yang dikatakan suaminya, Gwiyomi segera menyelesaikan acara berpakaiannya sebelum Hazel kembali menerkamnya. Pria itu paling tidak bisa jika melihat dirinya tanpa sehelai benang meski sedikit saja.
"Kamu daritadi gini terus, aku jadi gemes," ujar Hazel kembali mendekati Gwiyomi, wanita itu begitu seksi dalam balutan pakaian da lam saja.
"Nggak usah main-main, udah jam 7, waktunya berangkat." Gwiyomi mengabaikan Hazel yang mulai menggelayuti dirinya.
"Quickie aja," bisik Hazel mengerlingkan matanya menggoda.
"Haz-"
"Aku janji nggak lama." Hazel langsung membungkam mulut istrinya sebelum wanita itu sempat memprotes, ia sudah hafal bagian mana saja yang mampu membuat istrinya ini luluh lantak.
Beberapa menit kemudian, suara de sa han merdu Gwiyomi sudah terdengar memenuhi kamar. Wanita itu sudah memeluk tubuh penuh peluh suaminya yang bergerak liar diatasnya.
"Ah ... Hazel ... . " Gwiyomi menjambak rambut Hazel saat pria itu semakin menggila. Di sela-sela kenikmatan surgawi yang ia rasakan, ia sedikit heran saat meraba bagian leher suaminya. Daerah itu cukup kasar tapi berbentuk, Gwiyomi mencoba menerka apa yang ada dileher bagian leher suaminya.
Namun, sebelum ia bisa menemukan jawabannya, gelombang kenikmatan datang menggulung dirinya hingga ia tidak berdaya.
"Gwi, arghhhhhhhh ..."
"Hazel, ehmmmmppttttt ... ."
Nafas keduanya terengah-engah setelah menyelesaikan semuanya. Hazel mengakhirinya dengan sebuah kecupan manis di kening lalu saling bertukar saliva.
"Terima kasih," bisik Hazel melempar senyum penuh cinta.
"Ish, ini udah jam berapa lihat? Minggir, aku mau mandi lagi," cetus Gwiyomi pura-pura kesal menutupi salah tingkahnya.
Hazel tersenyum kecil, kali ini ia benar-benar melepaskan Gwiyomi dan membiarkan wanita itu mandi. Seraya menunggu Gwiyomi mandi, Hazel merokok seraya membuka-buka ponselnya. Ia sedikit mengernyit saat melihat pesan yang berada paling atas.
"Aku lupa tentang ini, sepertinya aku harus segera mengakhirinya," gumam Hazel menyimpan ponselnya, ia segera memakai bajunya sebelum Gwiyomi datang.
******
Seperti dugaan Gwiyomi, saat mereka datang ke kampus, semua mahasiswa tampak memandang Gwiyomi dengan tatapan yang tidak biasa. Ada yang kaget, sinis, dan juga bingung, sindiran pedas pun tak jarang langsung terlontar begitu saja membuat Gwiyomi hanya bisa menunduk.
"Anggap saja mereka tidak ada, fokus dengan apa yang menjadi tujuan kita, abaikan yang tidak penting," ujar Hazel mengusap lengan Gwiyomi pelan.
Gwiyomi menatap Hazel, ia mengangguk dan mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Pantesan cepet-cepet nikah ..."
"Ternyata MBA ..."
"Hahaha, nggak nyangka banget ya ...
"Mukanya mana polos gitu, taunya suka sama berondong ..."
"Nggak malu lagi ..."
Gwiyomi mengigit bibirnya, ia berusaha keras untuk tidak terpancing dengan cemoohan teman-temannya itu. Dua bulan lagi, dua bulan lagi ia sudah lulus kuliah, setidaknya ia harus menahan sampai saat itu tiba.
"Gwi, nanti malam aku ingin keluar," ucap Hazel tiba-tiba teringat akan sesuatu, ia menghentikan langkahnya di depan kelas Gwiyomi.
"Keluar kemana?" tanya Gwiyomi mengernyit.
"Ada urusan sebentar, kamu nggak usah nunggu aku, paling agak malem pulangnya," kata Hazel.
"Mau kemana sih? Nongkrong sama temen geng motor kamu? Aku ikutan dong," ucap Gwiyomi.
"Ngapain ikutan? Mereka nggak baik buat kamu," ujar Hazel menggeleng tidak setuju.
"Udah tahu nggak baik, kenapa kamu masih temenan sama mereka? Kalau mau pergi boleh aja, tapi aku ikut." Gwiyomi tetap memaksa meski Hazel tidak memperbolehkannya, justru karena Hazel melarang ia menjadi penasaran.
"Gwi, kamu boleh minta apapun, tapi jangan ikut aku kesana, kamu sedang hamil 'kan? Kapan-kapan aja aku ajak kamu kesana," kata Hazel membujuk istrinya.
"Pilihan ada di kamu, mau pergi sama aku atau nggak usah sama sekali," ancam Gwiyomi.
"Ya udah, lebih baik kita nggak pergi. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa nanti," kata Hazel tegas.
"Kamu lebih mentingin mereka ya Haz daripada aku? Aku cuma pengen ikut, please boleh ya? Kali ini aja," ucap Gwiyomi kini berganti merayu Hazel, dari dulu ia sangat penasaran dengan bagaimana teman-teman Hazel. Tapi saat Gwiyomi ingin ikut, Hazel selalu melarangnya.
"Gwi ..."
"Hazel ... " Gwiyomi kembali merengek dengan suaranya yang manja, tatapan matanya begitu menggoda membuat siapapun akan luluh, termasuk Hazel.
Dengan sangat berat hati, Hazel akhirnya mengangguk menyetujui untuk mengajak Gwiyomi bertemu teman-temannya.
"Yeay, makasih Hazel." Gwiyomi bersorak senang, ia memeluk Hazel lalu mencium pipinya sebelum masuk kedalam kelas.
Hazel tersenyum kecut seraya memegang pipinya. "Mungkin aku bisa mengurusnya lain kali," batin Hazel terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk menyelesaikan sesuatu yang akan menjadi masalah nantinya.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
komalia komalia
hazel penuh dengan teka teki
2023-08-06
1
Ita rahmawati
si hazel diem² mnghanyutkn..ad ap lg nih dg hazel 🤔🤔🤔🤔🥱🥱🥱
2023-05-11
2
Lilis Bangkit
akn lbh baik hazel blang scpatnya sma gwi dridpa gwi nntinya tau dri ornglain dan mngarang crita kejadian yg sbnarnya sdah pasti gwi bertmbah kecewa dan jga skit hti pdamu.
2023-03-10
1