Gwiyomi mendengus kesal, ia tidak suka jika ada wanita yang selalu menganggu orang karena masih terbelenggu masa lalu seperti Viona ini. Ia sengaja tidak menggubris perkataan wanita itu karena menurutnya tidak penting sama sekali.
"Udah diajak ngapain aja? Biasanya ke hotel apa penginapan?" Viona kembali berbicara karena Gwiyomi hanya diam saja.
"Hazel masih suka gitu 'kan? Dulu sih kalau aku dimana aja it's okey, masih seneng suruh minum kontrasepsi ya? Atau dia sendiri yang buang di luar?"
Gwiyomi mengernyit, kenapa pembicaraan Viona malah melantur kemana-mana? Kontrasepsi? Buang diluar?
"Hei wanita, dengarkan aku baik-baik, mau kau dan Hazel seperti apa dulunya, aku tidak perduli. Cobalah bersikap seperti wanita yang terhormat, sudah putus masih mengejar-ngejarnya? Sungguh menggelikan," tukas Gwiyomi kesal juga lama-lama jika ia diam saja.
"Oh my, Gwiyomi 'kan namamu? Oke fine, aku emang belum bisa ngelupain Hazel. Kalau kau berada di posisiku, kau pasti akan melakukan hal yang sama," ujar Viona dingin.
"Sorry, aku masih punya harga diri untuk tidak mengemis cinta kepada orang yang sudah tidak menjadi bagian hidupku," sahut Gwiyomi tersenyum sinis.
"Lalu, apakah kau juga bisa berkata seperti itu jika pria itu adalah orang yang pertama kali menyentuhmu? Yang kau cintai dengan tulus hingga kau rela mengorbankan apapun termasuk harga dirimu," ucap Viona balas tersenyum sinis.
"Itulah kebodohanmu, untuk apa terlalu mencintai seseorang jika dia sudah jelas tidak mencintaimu, membuang waktu saja," tukas Gwiyomi.
"Terserah deh, sepertinya kau memang sudah jatuh kedalam perangkap Hazel. Aku kesini bukan ingin mengajak ribut, aku cuma mau nitip ini, tolong kasih ke Hazel, aku balikin kenang-kenangan yang udah dia kasih ke aku dua bulan lalu," kata Viona mengambil sesuatu di dalam tasnya lalu menyerahkannya pada Gwiyomi.
Mata Gwiyomi terbelalak lebar, ia menatap Viona yang kini bangkit seraya menatapnya dengan sinis.
"Jangan kaget, karena aku juga bukan korban yang pertama, aku harap kau tidak akan menjadi korban selanjutnya." Setelah mengatakan hal itu, Viona langsung pergi dari sana meninggalkan Gwiyomi yang hanya bisa tercengang.
Gwiyomi menutup mulutnya karena benar-benar kaget melihat benda yang diberikan oleh Viona. Yaitu sebuah segitiga yang meninggalkan bercak darah yang sudah mengering. Pertanda jika wanita itu sudah kehilangan keperawanannya.
"Apa benar Hazel yang melakukannya?" gumam Gwiyomi memegang dadanya yang tiba-tiba sakit.
"Gwi, ah akhirnya aku menemukanmu, kenapa berangkat tidak membangunkan ku?" Hazel yang baru saja datang langsung memeluk Gwiyomi dari belakang, sejak pagi ia sudah dibuat pusing karena tidak menemukan Gwiyomi di Apartemen.
Gwiyomi tersentak, ia reflek langsung melepaskan tangan Hazel yang melingkari tubuhnya.
"Jangan menyentuhku!" bentak Gwiyomi marah.
"Kenapa Gwi? Kau masih marah karena semalam? Aku minta maaf," ucap Hazel mendudukkan dirinya disamping Gwiyomi, ia memegang tangan wanita itu dengan lembut.
Gwiyomi menarik tangannya dengan kasar, ia lalu melempar benda yang baru saja diberikan oleh Viona ke arah Hazel.
"Apa ini? Kau mempermainkan harga diri seorang wanita Haz?" bentak Gwiyomi sangat marah, matanya nyalang menatap Hazel dengan tajam.
Hazel melirik benda itu, ia memejamkan matanya singkat lalu menatap kembali ke arah Gwiyomi.
"Siapa yang memberikanmu ini? Apakah Viona?" tanya Hazel tak kalah kesalnya, ia sudah menduga jika wanita itu akan membuat ulah.
"Tidak penting siapa yang memberikannya, yang terpenting kenapa kau melakukannya Haz? Kau sudah menodai wanita itu!" Gwiyomi rasanya tidak bisa berbicara dengan nada suara rendah, emosinya memuncak karena ia juga seorang wanita.
"Kami melakukannya tanpa paksaan, jadi ini bukan kesalahanku Gwi, kenapa sekarang dia seolah yang rugi?" kata Hazel kesal.
"Hazel! Jadi benar kau dan dia sudah berhubungan? What the fu ck? Make love Haz?" Gwiyomi semakin meradang, ia merasa Hazel hanya menganggap keperawanan seorang wanita itu sama sekali tidak penting.
"Itu dulu Gwi, bukankah aku sudah bilang padamu, aku sekarang ingin berubah, aku ingin menjadi pria yang lebih baik lagi. Iya aku salah, tapi percayalah aku tidak pernah memaksa mereka, mereka yang datang suka rela padaku," ucap Hazel kembali memegang tangan Gwiyomi.
Gwiyomi menggelengkan kepalanya, semakin tidak percaya jika Hazel yang dikenalnya sangat pendiam ini ternyata tidak lebih dari seorang ma ni ac s e x.
"Aku benar-benar kecewa padamu Haz," ucap Gwiyomi melepaskan tangannya dari Hazel dengan kasar, matanya yang sejak tadi berkaca-kaca langsung meneteskan air matanya.
"Gwi, aku minta maaf," ucap Hazel mencoba memegang tangan Gwiyomi lagi, tapi wanita itu menolak.
"Mendingan kamu pergi, sebentar lagi dosen aku bakalan dateng," ucap Gwiyomi membuang mukanya kearah lain. Hatinya masih terlalu sakit untuk menerima jika Hazel memiliki masa lalu yang begitu mengerikan.
Hazel mengusap wajahnya kasar, sepertinya akan susah jika Gwiyomi sudah kecewa seperti ini.
"Baiklah, aku akan pergi dulu. Aku mencintaimu, Gwi." Hazel tidak lagi memaksa, ia langsung bangkit dari duduknya lalu mencium rambut Gwiyomi sebelum pergi.
Gwiyomi berusaha keras mengabaikan Hazel yang mengungkapkan perasaannya itu, ia butuh waktu untuk menerima semuanya.
"Bawa benda menjijikan itu pergi!" seru Gwiyomi mengingkatkan Hazel untuk membawa benda yang diberikan Viona itu.
Sebagai seorang wanita yang pernah terenggut masa depannya, Gwiyomi sangat membenci hal yang berbau tentang s e x. Entahlah, apa memang sudah menjadi hal yang biasa bagi para wanita diluar sana memberikan kesucian untuk pacarnya, lalu jika sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan?
Hazel? Pria manapun pasti akan melakukan hal yang sama jika wanitanya memberikan celah. Wanita itu? Sama saja dengan Hazel yang tidak bisa menahan nafsunya. Gwiyomi merasa dunia sekarang memang sudah benar-benar gila.
******
Hazel menunggu Gwiyomi di depan kelas setelah ia menyelesaikan kelasnya. Ia sangat takut jika Gwiyomi tidak akan memaafkannya.
"Gwi, sudah selesai kelas? Mau pulang dulu atau kemana dulu?" ucap Hazel menyapa seperti biasa.
"Aku mau ke tempat magang," sahut Gwiyomi melirik Hazel sekilas.
"Aku akan mengantarmu, kebetulan hari ini kelasku juga sudah selesai," ucap Hazel mengulas senyum tipisnya.
"Tidak perlu, aku akan pergi bersama Rachel naik taksi saja," tolak Gwiyomi dingin, ia malas jika harus berduaan dengan Hazel.
"Biarkan saja temanmu yang naik taksi, kau ikut saja denganku, ayo." Tanpa mendengar penolakan Gwiyomi, Hazel menarik tangan Gwiyomi untuk segera meninggalkan tempat itu.
"Maksa banget sih, aku bilang nggak mau Haz!" seru Gwiyomi kesal.
"Iya aku emang maksa, kamu boleh marah sama aku, tapi jangan nolak buat aku nganterin kamu. Sekarang kamu hamil, aku nggak mau apa-apa terjadi padamu," ucap Hazel serius.
Gwiyomi menipiskan bibirnya, ia tidak membantah karena ia tahu jika Hazel itu sangat keras kepala. Jadi ia membiarkan saja Hazel mengantarkannya ke tempat magang.
"Pegangan Gwi, kau akan jatuh nanti," tegur Hazel melirik Gwiyomi yang tidak mau memeluk pinggangnya.
"Nggak!" bentak Gwiyomi.
Hazel mendengus kesal, tanpa berbicara apapun, ia segera menarik tangan Gwiyomi lalu meletakkannya di pinggang dan memegangnya erat agar wanita itu tidak bisa melepaskan diri.
"Hazel! Aku nggak mau!" seru Gwiyomi berontak.
"Harus mau, kalau nolak lagi aku akan menciummu disini sekarang juga," ancam Hazel menatap Gwiyomi dengan tatapan tajamnya.
"Dasar pemaksa!"
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
komalia komalia
ko hazel jauh kali sipat nya sama kedua orang tua nya angga sama tiara sangat sangat menjaga kehormatan nya
2023-08-06
2
Ita rahmawati
kok jd gmna gitu ya sm hazel 🤔🤔🤔
2023-05-11
2
Bucinnya Rajendra 💞
Jangan sampai si Hazel cuma mainin Gwiyomi 😕
2023-03-08
1