"Udah selesai 'kan kelasnya? Mau pulang sekarang atau kemana dulu?"
Setelah selesai kelas, Hazel langsung menghampiri Gwiyomi ke kelasnya. Ia tidak perduli saat ini masih banyak mahasiswa lain yang berada dikelas itu, ia hanya ingin menjemput istrinya, itulah yang ia pikirkan.
"Ngapain sih kesini segala?" sergah Gwiyomi memandang Hazel dengan kesal, ia melirik sekelilingnya yang kini menatapnya terang-terangan.
"Aku mau menjemput istriku, nggak ada salahnya 'kan?" sahut Hazel cuek saja, ia malah langsung menarik tangan Gwiyomi agar bangkit dari duduknya.
Gwiyomi mendengus kesal, ia hanya menunduk selama keluar dari kelasnya. Ia hanya malu karena banyak yang mengira kalau dia suka sama berondong karena umur Hazel jauh dibawahnya.
"Kau tahu kenapa aku malu jalan bersama mu?" kata Gwiyomi saat mereka berdua sampai di parkiran.
"Kenapa memangnya? Apa karena aku ganteng?" sahut Hazel tersenyum penuh percaya diri.
"Dih, percaya diri banget sih kau ini. Aku tuh nggak mau deket karena umurmu masih jauh di bawahku, yang benar saja aku dibilang suka sama berondong, dikira pedofil apa?" cetus Gwiyomi mengerucutkan bibirnya kesal.
"Umurku memang masih muda, tapi aku udah bisa memproduksi bayi, jadi artinya aku udah dewasa," sahut Hazel sekenanya saja.
"Eh?" Gwiyomi melotot demi mendengar ucapan absurd Hazel.
"Kenapa? Apa kau tidak percaya Gwi?" ucap Hazel mengangkat sebelah alisnya.
"Lu emang nggak ada seriusnya," tukas Gwiyomi semakin kesal saja rasanya.
"Loh, ini serius, serius banget malahan. Kalau kau tidak percaya, nanti setelah bayi ini lahir, kita langsung gas buat adiknya," ucap Hazel menaikturunkan alisnya menggoda Gwiyomi.
"Ogah! Satu aja udah buat aku eneg, apalagi mau buat lagi," ujar Gwiyomi tidak minat sama sekali.
"Kau bilang seperti itu karena belum tahu rasanya, coba saja nanti kalau udah tahu, palingan juga minta lagi," kata Hazel semakin menggoda istrinya ini.
"Memangnya kau sudah tahu rasanya gimana?" ujar Gwiyomi mengangkat alisnya.
"Udah bosen aku mah," seloroh Hazel sekenanya saja.
"Hazel!" Gwiyomi sampai berseru memperingatkan Hazel, otaknya sudah bertraveling kemana-mana saat Hazel mengucapkan hal itu.
Hazel hanya membalasnya dengan senyuman smrik. "Baiklah, sesuai janjiku padamu, hari ini kita akan periksa ke Dokter sekalian membeli susu hamil. Nggak boleh protes, aku pengen tahu keadaan anak aku," ucap Hazel mengambilkan helm untuk Gwiyomi lalu memakaikannya sekalian.
''Maksa banget sih, aku kan udah bilang nggak mau. Kita langsung pulang aja, aku capek banget hari ini, mana besok udah harus nyari tempat magang lagi," ucap Gwiyomi memasang wajah enggannya.
"Magang? Kamu udah mulai magang?" tanya Hazel.
"Iya udah," sahut Gwiyomi seadanya.
"Rencana mau magang dimana?" tanya Hazel lagi.
"Ya nggak tahu, besok kan baru mau nyari tempatnya, kalau bisa deket-deket sini aja, aku males kalau jauh-jauh," ujar Gwiyomi seadanya.
"Iya yang deket aja biar aku bisa nganterin kamu, sekarang ayo pulang." Hazel mengangguk menyetujui keputusan Gwiyomi, ia lebih senang jika wanita itu masih berada dalam jangkauannya.
Siang itu mereka berdua langung pulang ke Apartemen, Gwiyomi sendiri langsung menjatuhkan dirinya ke kasur karena benar-benar sangat lelah. Entahlah, apa mungkin memang bawaan orang hamil membuat ia mudah lelah.
Hazel yang melihat Gwiyomi lemas itu segera membantu melepaskan sepatunya tanpa diminta. Ia juga mengatur suhu AC yang pas agar Gwiyomi nyaman. Tidak lupa ia menarik selimut untuk menutupi kaki Gwiyomi.
"Selamat tidur," ucap Hazel mengusap pipi Gwiyomi lembut lalu beranjak pergi dari sana.
Gwiyomi hanya diam saja, sejak tadi ia hanya berpura-pura tidur karena ingin melihat apa yang Hazel lakukan. Ia pikir Hazel akan berbuat aneh-aneh padanya, tapi ternyata dia salah.
"Sepertinya aku harus menata hatiku lagi, aku tidak bisa membuat pria sebaik Hazel kecewa karena ku," gumam Gwiyomi mengusap pipinya yang baru saja diusap oleh Hazel.
"Apa sekarang aku juga harus menerima anak ini?" gumamnya pelan, ia menatap perut bawahnya yang masih rata.
Gwiyomi menghela nafas pendek, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Mungkin sebaiknya kini ia berdamai dengan takdir yang membawanya ke dalam jurang kehancuran ini.
******
Tidak terasa hari berlalu begitu cepat, sekarang sudah menjadi hari kedua pernikahan Gwiyomi dan Hazel. Pagi itu Gwiyomi terbangun cukup siang, ia terbirit-birit saat ingin masuk kedalam kamar mandi hingga tidak sengaja menabrak dada Hazel yang baru keluar dari kamar mandi.
"Akhhhhhhh!!!" Gwiyomi berteriak kaget saat dirinya hampir saja terjatuh kalau saja Hazel tidak menangkap pinggangnya.
"Berhati-hatilah, kenapa terburu-buru?" ucap Hazel menajamkan pandangannya.
"Kenapa kau tidak membangunkan ku? Ini sudah siang," ujar Gwiyomi sedikit kesal.
"Kau tidak akan terlambat, tenang saja Gwi," ucap Hazel.
"Yasudah aku mandi dulu," kata Gwiyomi melepaskan dirinya dari Hazel.
Hazel tidak menyahut, ia mengeringkan rambutnya yang masih basah seraya berjalan keluar kamar. Tapi Gwiyomi tiba-tiba memanggilnya membuat langkahnya terhenti.
"Ada apa?" tanya Hazel mengernyitkan dahinya.
"Kenapa dengan lehermu?" Gwiyomi sejak kemarin selalu salah fokus dengan leher Hazel. Sekarang ia melihat leher bagian belakang pria itu tampak diberi plester.
"Oh ini, aku baru tahu kalau ada luka juga disini. Mungkin karena hadiah kejutan dari Kak Rendra dan Papa waktu itu, aku baru mengobatinya kemarin," ucap Hazel mengusap lehernya yang dimaksud Gwiyomi.
"Benarkah?" Gwiyomi menyipitkan matanya curiga.
"Tentu saja, memangnya kenapa?" ucap Hazel dengan wajah biasa saja.
"Kau tidak sedang mencoba menutupi sesuatu dariku 'kan?" tanya Gwiyomi entah kenapa mulai berpikiran negatif.
"Menutupi apa Gwi? Ini memang terluka, apa aku perlu membukanya?" ujar Hazel mengerutkan dahinya karena pertanyaan itu.
"Lupakan, mungkin aku terlalu banyak pikiran," kata Gwiyomi mengibaskan tangannya.
Gwiyomi segera masuk ke dalam kamar mandi. Ia memejamkan matanya rapat-rapat, ia ingat saat melihat rekaman CCTV club yang menunjukkan pria yang memiliki tato naga di leher bagian belakangnya.
"Tidak mungkin Hazel pelakunya," gumam Gwiyomi mengerlingkan kepalanya berkali-kali, ia tidak ingin asal menuduh hanya karena Hazel menutupi leher bagian belakangnya.
"Hazel pria yang sudah menolongku, ya bukan dia pelakunya." Gwiyomi meyakinkan pada dirinya sendiri jika Hazel tidak mungkin melakukan hal menjijikan itu.
Lagipula jika memang dia pelakunya, tidak mungkin Hazel mau menikahinya 'kan? Pria itu tinggal lepas tangan, untuk apalagi kembali padanya dan malah memintanya untuk menikah?
******
"Sialan! Untung saja aku sudah menghapusnya, kalau Gwiyomi tahu, dia pasti akan sangat marah padaku."
Hazel mengumpat kesal seraya memakai bajunya dengan kasar. Ia lalu menyiapkan susu untuk Gwiyomi beserta sarapannya. Ia tidak ingin wanita itu terlambat makan sedikitpun atau malah melupakannya. Jadi sebisa mungkin ia harus menyiapkan semuanya sebelum mereka berangkat ke kampus.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
komalia komalia
hazel apa mantan nya jingga
2023-08-06
1
Ita rahmawati
ahay ternyta bner ya....kamu yg nakal ya hazel 😅😅
2023-05-11
1
imas sukarsih
Hazel Hazel Hazel, suatu saat pasti kamu ketahuan juga
2023-03-04
1