Mendapat Rejeki

Bab. 19

Pagi harinya, Ghani bangun lebih dulu. Sebelum benar-benar beranjak dari ranjang milik Rinda, Ghani mendudukkan tubuhnya di pinggiran ranjang. Menatap ke arah sofa, di mana gadis itu masih terlelap dengan posisi yang memeluk gulingnya.

Helaan napas secara kasar terdengar dari mulut Ghani. Pria itu termenung, memikirkan bagaimana hidup mereka ke depan.

Banyak pertimbangan yang harus dibicarakan berdua dengan Rinda. Namun sayangnya gadis itu tidak bisa diajak bicara serius mengenai hubungan mereka.

Ghani memejamkan mata sembari menyugar rambutnya ke belakang. Ingin mengabaikan, tetapi tidak bisa.

"Apa ini pilihan yang salah?" tanya Ghani pada dirinya sendiri.

Hatinya sangat berat, berat pada kekasihnya dan semua mimpi yang sudah mereka rencanakan. Namun, ia juga tidak mungkin menceraikan gadis yang sedang terlelap di sofa depannya. Ini mengenai dua keluarga besar dan hutang budi orang tuanya. Nama besar keluarga yang akan menjadi taruhannya. Lebih lagi gadis itu juga tidak salah apapun dalam hal ini.

"Udahlah. Jalani aja dulu, Gha. Nanti lo juga bakalan nemu solusinya," gumamnya lagi yang kemudian beranjak dari sana.

Ghani mengedarkan pandangannya. Seolah sedang mencari sesuatu hingga akhirnya ia menemukan yang ia cari. Saat akan masuk, Ghani mengurungkan niatnya karena beri teringat tidak membawa baju ganti dan seragamnya. Oleh karena itu ia menghubungi orang rumah untuk mengirimkan keperluannya ke sini. Sekaligus dengan motor sportnya.

"Ya. Bawakan ke sini segera," ucap Ghani dengan seseorang di seberang telepon.

Sembari menunggu, akan lebih cepat jika ia membangunkan Rinda dulu. Ia juga teringat jika adik kelas sekaligus istrinya itu akan ada ulangan harian.

"Bangun," Ghani menowel punggung Rinda dengan jari telunjuknya.

Namun, tidak ada pergerakan sama sekali dari Rinda. Lalu Ghani melihat jam yang ada di atas nanas. Jarum jam sudah menunjuk ke angka enam. Itu artinya sebentar lagi mereka harus cepat turun dan bergegas berangkat sekolah.

"Bangun, Rind," ulang Ghani sembari memanggil nama sang istri.

Kali ini Ghani sedikit lebih keras menusuk punggung Rinda dengan jemarinya. Dan tentu saja hal itu membuahkan hasil.

Gadis itu menggeliat lalu menyingkirkan tangan Ghani dari punggungnya.

"Apa sih, Bu. Rinda masih ngantuk banget, loh!" rengek Rinda dengan mata yang masih terpejam.

Rinda tidak bangun. Dia hanya berganti posisi menjadi telentang. Karena lebar sifa yang hanya lima puluh centimeter, membuat kaki Rinda terjuntai ke samping. Refleks, Ghani menahannya agar tidak membuat gadis itu sakit dan terbangun mendadak. Sebab kepalanya akan terasa pusing kalau itu dia langsung berdiri.

"Sudah jam enam. Buruan mandi," ujar Ghani.

Dalam tidurnya, samar-samar Rinda mendengar suara seorang pria. Suara itu sangat asing. Bukan suara ayahnya. Sontak, membuat Rinda teringat kaget. Takut kalau saja ada penyusup yang masuk ke kamarnya. Atau parahnya itu seorang maling yang tidak hanya ingin mengambil harta benda di kamarnya, walaupun tidak ada yang berharga sebenarnya. Namun takutnya orang itu akan memperkosanya. Aarkkhh ... tidaaakk! Jerit Rinda dalam hati.

Saat membuka mata, ia dikejutkan dengan posisi wajah Ghani yang berada di dekatnya. Sangat dekat sekali. Refleks Rinda pun memajukan wajahnya hingga terjadilah benturan di kening mereka. Sangat keras sekali.

"Akhh!" pekik Ghani terpental mundur. Pria itu memegang keningnya yang terasa sakit.

Sedangkan Rinda semakin nyolot.

"Mau apa lo? Mau ambil kesempatan di saat gue tidur, ya?" tanya Rinda dengan kadar emosi penuh. Tatapannya begitu tajam.

Ghani yang masih merasa sakit di bagian kening, lantas pria itu menegapkan tubuhnya lalu mendekat ke arah gadis yang kini menghilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Ini kepala apa batu, sih!" kesal Ghani mendorong kening Rinda dengan jemarinya. Membuat gadis itu terjerembab di sandaran sofa. "Mana sakit banget," keluh Ghani yang mengusap keningnya.

Rinda menatap sinis. Seolah tidak merasa bersalah sedikit pun.

"Salah sendiri mau cium-cium saat gue tidur!" tuduhnya. "Rasain, kena karma kan lo!" ketusnya lagi.

"Siapa juga yang mau nyium. Orang gue mau bangunin kebo mati. Udah jam enam, tuh!"

Ghani pun juga ikut tersulut emosinya menghadapi gadis ini.

Rinda menatap ke arah nakasnya. Benar apa yang dikatakan oleh Ghani. Sekarang pukul enam, dan dirinya ....

"Huuaaa ... kenapa nggak bangunin gue dari tadi! Gue belum persiapan!"

Gadis itu pun langsung terbirit lari ke arah kamar mandi tanpa membawa handuk yang masih tersampir di dekatnya pintu kamar mandi. Lalu menutup pintunya dengan sangat keras.

Ghani yang melihat Rinda dengan sikap cerobohnya tersebut hanya menghela napas panjang. Apa boleh buat, ia harus menunggu bajunya dan lebih baik memilih keluar dari kamar istrinya itu dan akan mandi di kamar mandi yang lain.

"Loh, Rindanya belum bangun, Nak?" tanya ibu Mela kepada Ghani, di kala Ghani menginjak lantai dasar.

"Sudah, Bu. Dia sedang mandi," jawab Ghani.

"Terus kamu ngapain keluar?" tanya ibu penasaran seraya menengok ke belakang Ghani.

"Mau nunggu seragam Ghani yang akan diantar ke sini, Bu. Sekalian nanti Ghani pinjam kamar mandinya yang lain, boleh?" ijin Ghani.

Bu Mela sedikit bingung dengan permintaan menantunya ini. Pasalnya, kamar mandi yang ada di bawah sedang diperbaiki saluran airnya.

"Aduh ... kamu mandi di kamarnya Rinda saja ya, Nak. Soalnya kamar mandi yang ada di bawah masih dibenerin," ucap bu Mela tak enak hati.

Ghani pun mengangguk, tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Iya, Bu," jawab Ghani.

"Ya sudah, nanti kalau sudah selesai buru turun lagi ya. Kita sarapan bareng," ucap bu Mela lagi dan mendapat anggukan dari Ghani.

Tidak berselang lama, orang suruhan Ghani datang mengantarkan keperluan pria itu.

Akhirnya Ghani kembali naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar Rinda.

Ketika berhasil membuka kamar sang istri, betapa terkejutnya Ghani melihat pemandangan yang ada di depannya saat ini. Bahkan sampai membuat tubuh pria muda itu mematung di ambang pintu dengan tangan membawa paper bag serta tas ransel.

"Menakjubkan," ucap Ghani tanpa sadar. Tidak sedikit pun mengedipkan matanya.

Sedangkan Rinda yang mendengar suara seseorang membuka pintu kamarnya, dan mendapati sosok yang begitu menyebalkan di sana, sontak gadis itu langsung berteriak. Tidak sampai di situ, Rinda juga melempar bedak dan hand body lotion ke arah Ghani yang masih terbengong melihat ke arahnya.

"Ketos sialaaaann ... ngapain lo masih natap gue kayak gitu!" teriak Rinda seraya melempar apa saja yang ada di dekatnya. Bukan malah segera mengancingkan seragamnya.

Terpopuler

Comments

Alivaaaa

Alivaaaa

astogee kelakuanmu Rind 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-03-03

1

Sofie Ilyas Ilyas

Sofie Ilyas Ilyas

ad aj kelakuan mu rinda/Joyful/

2024-03-01

0

pony lararasati

pony lararasati

seru

2024-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Kehujanan
2 Berangkat Sekolah
3 Perumpamaan
4 Perjodohan
5 Rumit
6 Tawaran Yang Menggiurkan
7 Bertemu
8 Negosiasi Mama Ayumna
9 Sebuah Syarat
10 Syarat Yang Rumit
11 Ancaman Ghani
12 Biawak
13 Tukang Selingkuh
14 Sah
15 Bukan Baper
16 Dikerjain Mertua
17 Perdebatan Kecil
18 Satu Kamar
19 Mendapat Rejeki
20 Kekasih Ghani
21 Tidak Punya Muka
22 Cenayang
23 Mas Imin
24 ATM Berjalan
25 Titisan Pir'un
26 Kehujanan
27 Kejutan Mama Ayumna
28 Demam
29 Kecupan Pertama
30 Tak Berkutik
31 Ambil Kesempatan
32 Dikurung
33 Cewek Aneh
34 Belum Waktunya Terbongkar
35 Ingin Meledak
36 Mengabaikan Pesan
37 Dapat Pacar Lagi
38 Ketahuan
39 Untung Aja Istri
40 Gue Suami Lo!
41 Udah Sah
42 Minta Kawin?
43 Peringatan Mama Ayumna
44 Kebiasaan Rinda
45 Tanggung Jawab!
46 Hukuman Istri Nggak Patuh
47 Ternistakan
48 Minjam Rinda
49 Di Antara Dua Pilihan
50 Kena Getahnya
51 Kejutan Ghani
52 Gosip Baru
53 Ruang UKS
54 Memanfaatkan Kesempatan
55 Mendesak
56 Salah Tangkap
57 Semakin Bersemangat
58 Ketahuan Mama
59 Makai Tidak?
60 Khilaf Yang Berkelanjutan
61 Dilema Ghani
62 Opertingking
63 Gaya Di Cafe
64 Cafe Nata
65 Kelulusan Rinda
66 Memberi Kejutan
67 Sang Bijak Leo
68 Membentak
69 Sayang Nyawa
70 Hukuman Istri Nakal
71 Pemanasan
72 Kurang
73 Permintaan Ghani
74 Konsekuensi Hamilin Istri
75 Kelahiran Alther
76 Akhir
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Kehujanan
2
Berangkat Sekolah
3
Perumpamaan
4
Perjodohan
5
Rumit
6
Tawaran Yang Menggiurkan
7
Bertemu
8
Negosiasi Mama Ayumna
9
Sebuah Syarat
10
Syarat Yang Rumit
11
Ancaman Ghani
12
Biawak
13
Tukang Selingkuh
14
Sah
15
Bukan Baper
16
Dikerjain Mertua
17
Perdebatan Kecil
18
Satu Kamar
19
Mendapat Rejeki
20
Kekasih Ghani
21
Tidak Punya Muka
22
Cenayang
23
Mas Imin
24
ATM Berjalan
25
Titisan Pir'un
26
Kehujanan
27
Kejutan Mama Ayumna
28
Demam
29
Kecupan Pertama
30
Tak Berkutik
31
Ambil Kesempatan
32
Dikurung
33
Cewek Aneh
34
Belum Waktunya Terbongkar
35
Ingin Meledak
36
Mengabaikan Pesan
37
Dapat Pacar Lagi
38
Ketahuan
39
Untung Aja Istri
40
Gue Suami Lo!
41
Udah Sah
42
Minta Kawin?
43
Peringatan Mama Ayumna
44
Kebiasaan Rinda
45
Tanggung Jawab!
46
Hukuman Istri Nggak Patuh
47
Ternistakan
48
Minjam Rinda
49
Di Antara Dua Pilihan
50
Kena Getahnya
51
Kejutan Ghani
52
Gosip Baru
53
Ruang UKS
54
Memanfaatkan Kesempatan
55
Mendesak
56
Salah Tangkap
57
Semakin Bersemangat
58
Ketahuan Mama
59
Makai Tidak?
60
Khilaf Yang Berkelanjutan
61
Dilema Ghani
62
Opertingking
63
Gaya Di Cafe
64
Cafe Nata
65
Kelulusan Rinda
66
Memberi Kejutan
67
Sang Bijak Leo
68
Membentak
69
Sayang Nyawa
70
Hukuman Istri Nakal
71
Pemanasan
72
Kurang
73
Permintaan Ghani
74
Konsekuensi Hamilin Istri
75
Kelahiran Alther
76
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!