Hari Pernikahan

Jean terlihat sangat pulas di dikerubungi selimut tebal berwarna putih. Pintu menuju balkon di kamar itu berderak pelan, Enver berjalan keluar menjawab panggilan telpon. Angin subuh menelusup masuk, menyapa kulit wajah Jean yang tak tertutupi selimut.

Mata Jean terbuka, Jean  melihat jam di ponselnya dengan matanya yang masih merah. Dia memijat pelipisnya pelan sambil mengumpulkan kesadarannya. Jean duduk di pinggiran kasur sambil menggaruk halus lengannya, dia melihat punggung Enver yang terlihat sedang sibuk membahas sesuatu di balkon. Jean menyadari ada sesuatu yang menempel di lengan kanan bagian atasnya, Jean melihat plester sudah menempel di sana. Jean keluar dari pelukan selimutnya, sekujur tubuhnya di penuhi plester yang menempel. Sambil berjalan agak sempoyongan Jean mengungkapkan selimut di atas kasur, mencari sesuatu, namun yang dia cari tak ada di sana.

“Cari apa?”, Tanya Enver di ambang pintu balkon yang terbuka.

“Oh, itu dimana bajuku?”, Jean bertanya sambil menggaruk lehernya.

Enver berjalan menuju sofa, mengambil sebuah baju yang tersampai di senderan sofa.

“Pakai ini, bajumu sudah kubuang, karena terkena darah”. Jelas Enver memberikan baju kaus lain.

“Oh, lain kali jangan di buang, kan bisa di cuci”. Ucap Jean yang matanya masih terlihat ngantuk, sambil mengenakan pakaian yang di berikan Enver.

“Tidurlah sebentar lagi, ini masih jam setengah lima”, ucap Enver yang melihat keadaan wajah Jean yang jelas kekurangan tidur.

“Kamu bercanda?, harusnya aku bangun jam tiga untuk mulai bersiap. Aku merasa bersalah kepada para WO”. Jean berbicara sambil melenggang pergi keluar dari kamar.

Saat Jean menutup pintu kamar Enver dari luar, Jean melihat Rani yang melotot melihat Jean.

“Jean kamu kemana aja?, para WO dan perias kelabakan mencari kamu”. Rani menarik Jean masuk kekamar Jean.

“Ini aku mendapatkannya!”, Kamar Jean yang dipenuhi teman-teman dan beberapa WO membuat Jean tambah merasa bersalah karena bangun kesiangan.

“Nona tolong cepat mandi dan ikut dengan kami keruangan rias”, ucap salah satu WO.

Jean langsung bergegas mandi dan kemudian di bawa keruang rias.

“Ya tuhaan, Anda bergadang semalaman?”, reaksi panik seorang perias setelah melihat kantung mata Jean.

“Maafkan saya”.Jean hanya bisa tersenyum, karena dia ingat dia baru bisa tertidur sekitar jam setengah tiga malam, itupun ketiduran saat Enver masih meminum darah Jean.

Jean melihat kaca besar berhias lampu yang menyorot ke arahnya, orang-orang di belakangnya yang sedang sibuk kesana kemari menyiapkan pesta. ‘Ah iya, ternyata ini nyata, hari pernikahanku dengan Enver’, begitulah isi pikiran Jean merasakan suasana itu.

“Kemari saatnya memakai gaun”, seorang wanita berdiri di dekat pintu ruang ganti.

“Biar saya sendiri”, Pinta Jean.

“Tapi akan agak sulit memakainya sendirian”, orang itu menjawab.

“Kalau begitu, Kak Siska , tolong bantu aku”, Jean melihat kearah Siska dan seorang pegawai mansion lain yang memang selalu mengikuti Jean semenjak Jean keluar dari kamarnya.

Sinar matahari sudah rata menyinari setiap sudut kota, di dalam gedung yang luas banyak tamu yang sudah datang. Jean mengintip dari sudut panggung. Merasakan debaran gugup yang tak ia rencanakan sebelumnya.

“Jangan gugup, walau ada banyak orang penting yang datang, tapi anda adalah pemeran utama hari ini”. Seorang WO wanita yang mendampingi Jean memberikan semangat.

Sejak awal, Jean bahkan tak tau seberapa penting orang-orang yang hadir di pernikahannya. Dia hanya gugup karena Enver sudah berdiri di panggung untuk melakukan perjanjian pernikahan. Jean melihat pamannya berdiri di samping Enver sebagai Wali Jean. Jean juga melihat bibinya duduk berdampingan dengan seorang laki-laki muda yang sepertinya merupakan sepupu Jean yang sudah besar, serta seorang anak remaja perempuan.

Jean meminta Enver untuk mencari pamannya sekitar dua minggu sebelum hari pernikahan, karena Jean berharap keluarga dekatnya yang tersisa, akan hadir di pernikahannya. Awalnya Jean tak berani berharap Enver benar-benar menemukan mereka. Tapi ternyata sejak awal sepertinya Enver sudah tahu dimana keluarga pamannya itu berada, berapa kali pindah rumah pun sepertinya Enver tahu.

“Jeaan!”, empat teman Jean yang semalam menginap di kamar Jean, berbisik memanggil Jean. mereka berempat menggunakan pakaian dengan warna senada dan menghampiri Jean.

“Kamu yang menikah kok aku yang deg-degan”, Lisa menggenggam tangan Jean sambil menahan air matanya yang hampir keluar.

Jean keluar dari sudut panggung, berjalan di antar Empat temannya menghampiri paman dan Enver yang sudah menunggu di panggung acara. Jean melihat pamannya yang tak berani menatap Jean dengan benar disertai air mata yang menggenang di matanya. Jean mencoba melihat kearah Enver, dia melihat Enver menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca sambil tersenyum.

Terlihat sangat mengharukan, ekspresi Enver yang menunggu pengantin wanitanya keluar. Tapi pemandangan haru itu malah membuat Jean terus menerka, apakah luapan emosi tak lazim yang di perlihatkan Enver itu nyata dari hati, atau hanya acting semata.

Jean menganggapnya tak lazim, karena memang itu adalah pertama kalinya Jean melihat ekspresi emosi Enver yang seperti itu. Selama ini, Jean hanya sering melihat ekspresi Enver yang menahan emosi marah atau bahkan tak berekspresi sama sekali.

Jean kemudian menatap kearah tamu undangan yang hadir, dipenuhi wajah-wajah yang pernah dia lihat di ponselnya, politikus, actor, artis, atau pebisnis terkenal yang sebenarnya tak pernah Jean lihat secara langsung di kehidupan nyata.

‘Apakah karena orang-orang itu?, orang-orang yang berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan Valera. Sehingga Enver bersusah payah berakting sedemikian rupa untuk mengesankan citra yang baik.

Tapi walau begitu Jean tersenyum sambil tertunduk, perasaan bahagia yang meluap sulit untuk di tahan. Karena hari itu, dia akan menjadi istri Enver, lelaki yang dia sangat cintai.

Acara pernikahan berjalan meriah, tawa dan haru menyelimuti atmosfer di dalam gedung pernikahan. Pamannya yang memeluk Jean sambil terus meminta maaf, dan kenyataan bibi Jean yang sebenarnya tak mengetahui kalau suaminya membuang Jean sepertinya hanya berpikir suaminya meminta maaf karena menitipkan Jean ke panti asuhan, membuat Jean bernostalgia ke hari-hari sulitnya dulu saat hidup bersama keluarga itu.

Paman Jean memperkenalkan anak perempuannya yang sudah beranjak remaja.

Siang berselang sore, hingga malam tiba pesta terus berlanjut. Tamu yang silih berganti datang dan pergi menyelamati Jean dan Enver.

“Kalau lelah, kamu bisa kembali ke kamar dan beristirahat”, Enver berbisik kepada Jean. Hal itu masuk akal, karena kecuali teman-teman dan keluarga paman Jean, semua tamu adalah tamu Enver.

Pesta pernikahan akan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam, Jean hanya hadir di hari pertama, dan di hari lainnya Jean hanya hadir di sore hari selama satu jam saja. Selain karena lelah, sebenarnya kecuali dari pagi sampai siang di hari pertama, dari pada terasa seperti pesta pernikahan, pesta itu lebih terasa seperti lahan pertemuan bisnis dan politik.

Jean menatap Enver dengan heran di hari terakhir pesta, sore itu Jean mendampingi Enver yang menyapa beberapa tamu. Wajah Enver yang memang selalu terlihat pucat, membuat Jean tak bisa melihat rasa lelah dari wajah Enver. Padahal Enver selalu hadir di pesta setiap hari dari siang hingga malam.

Namun di tengah lamunan Jean yang menatap Enver, Jean melihat ekspresi Enver yang tiba-tiba berubah kecut, dia terlihat seperti kesal melihat seseorang. Tanpa sadar Jean melihat kearah pandangan Enver.

“Kurasa, aku tak mengundang kalian”, Enver berbicara kepada seorang wanita paruh baya dan seorang lelaki muda yang terlihat sangat mirip dengan Enver.

“Kupikir ibu dan saudaramu ini tak membutuhkan undangan untuk datang ke pernikahanmu”, wanita itu berjalan mendekat kearah Jean dan Enver. Salah seorang bodyguard yang bertugas berjaga di setiap sudut, terlihat membungkuk sungkan kearah Enver, bodyguard itu berjalan sedikit berlari mengikuti ibu dan saudara Enver. Enver menggerakkan tangannya seolah meminta bodyguard itu pergi kembali ke tempatnya.

“Oh anakku..!”, ibu Enver yang hendak memeluk Jean itu terhenti saat Enver menarik Jean kebelakang tubuhnya.

“Jangan macam-macam, silakan nikmati pestanya, ada banyak orang yang mengantri hendak memberi salam di belakang kalian”, Enver berbicara dengan nada datar.

Jean melihat ibu Enver tersenyum kearahnya yang mengintip dari belakang punggung Enver. Lalu disusul lelaki yang sepertinya kakak Enver membungkuk memberi salam kepada Jean dan Enver. Mereka berdua lalu pergi melenggang berbaur dengan para tamu undangan. Tangan Enver bergetar memegang pergelangan tangan Jean dengan erat.

Jean melihat Enver yang memanggil Siska melalui seorang bodyguard. Setelah beberapa saat Siska datang bersama Angel dan sekitar lima bodyguard bertubuh besar.

“Beristirahatlah di kamar, aku akan menjemputmu untuk pulang ke mansion nanti malam”, Enver melepaskan cengkraman tangannya dari pergelangan tangan Jean.

Jean yang dikawal oleh banyak orang itu terlalu mencolok untuk tidak di perhatikan semua tamu sore itu. Jean berjalan di tengah himpitan Siska dan Angel yang berjalan beriringan dengan jarak kurang dari satu jengkal.

Dibandingkan protes karena tak nyaman seperti biasanya, Jean hanya menurut karena merasakan suasana Enver yang aneh setelah ibu dan saudaranya datang.

Sejak sore itu, dibanding berpikir alasan Enver tak mempertemukan Jean dengan keluarganya karena Jean tak terlalu penting bagi Enver, Jean jadi berpikir bahwa mungkin ada masalah internal antara Enver dan keluarganya, sehingga Enver tak ingin berurusan dengan keluarganya.

‘Tunggu, apa mungkin keluarga Valera berebut darah ku?. Tapi karena Enver pelit berbagi makanya dia mengurungku selama ini, agar keluarganya yang lain tidak bisa mendekatiku?’, pikiran Jean membuat narasi yang membuat kepalanya menggeleng heran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!