Hal Aneh Yang Terlambat Disadari

Satu minggu berlalu sejak Jean bertemu dengan Enver, selama satu minggu itu pula Jean sering kali memikirkan perkataan Enver. Sambil berkeliling  di area panti yang cukup luas. Dia melihat banyak anak kecil yang tak terlalu dia kenali, dan menyadari kalau selama ini, Jean hanya bergaul dengan beberapa anak yang umurnya tak berbeda jauh dengan Jean seperti Clara dan Beny. Dia memperhatikan beberapa pergaulan yang cukup mirip, rata-rata anak panti hanya bergaul dengan orang seumuran mereka.

Mengapa harus seperti itu?, pertanyaan itu memulai banyak pertanyaan lain mengenai system panti. seragam yang sudah di tentukan untuk setiap harinya. Makanan sehat dan vitamin yang sudah disediakan panti, sesuai dengan keadaan kesehatan setiap penghuni. Pola asuh para pengurus yang penuh kasih sayang, tapi anehnya tak membuat kedekatan dengan anak yang diasuhnya. Sehingga para penghuni panti, menganggap para pengasuh sebagai petugas yang bekerja dengan baik, bukan sebagai keluarga.

Pengambilan darah setiap bulan juga masih membuat jean bertanya-tanya sejak terakhir kali, dan kemana perginya para penghuni panti sebelumnya ?. Dari semua keanehan tersebut, hal yang paling aneh adalah, kenapa baru sekarang dia bertanya-tanya mengenai semua itu?.

Jean duduk di bangku taman sambil memandangi pohon yang bergoyang-goyang tertiup angin, disamping Jean Clara sedang mengerjakan tugas sekolahnya dengan sangat giat. Tiba-tiba Jean teralihkan oleh seorang wanita yang berjalan sempoyongan di depan asrama yang cukup jauh.

“Mau kemana?”, tanya Clara yang masih fokus pada tugas sekolahnya.

“Aku jalan-jalan sebentar”, jawab Jean tanpa menghiraukan pertanyaan Clara.

Jean berjalan mengarah ke luar area Asrama yang ia tinggali, panti itu memiliki 5 gedung asrama, yang masing-masing memiliki 2 lantai.

"Uh, “, lenguh wanita itu, tubuhnya yang terlihat lemah hampir ambruk. Jean yang melihatnya bergegas setengah berlari untuk membantu wanita itu berjalan.

“Anda baik-baik saja?”, tanya Jean yang berhasil menahan tubuh wanita itu.

“Ah, terimakasih dek”, jawab wanita dengan tubuh kurus kering itu. bibirnya pucat, tulang pipinya menonjol di area pipi yang seperti tak memiliki daging.

“Mau kemana?, sepertinya kakak sedang kurang sehat”. Tanya Jean, setelah menyadari kalau sepertinya umur wanita itu tak terlalu jauh darinya.

“Ah, itu. Aku mau ke ruang kesehatan”. Jawab wanita itu.

Jean memutuskan menuntun wanita itu sampai keruang kesehatan yang wanita itu maksud.

Seorang pengurus panti yang melihat Jean dan wanita itu segera menghampiri mereka.

“Apa yang terjadi?, Kenapa ?”. Tanya pengurus panti khawatir.

Pengurus itu membantu Jean menuntun wanita itu memasuki ruang pemeriksaan.

Seorang perawat yang memang berjaga di sana terlihat agak kaget saat melihat Jean.

“Bukankah kalian berada di asrama yang berbeda?”, tanya perawat itu.

“Ya, kami berada di asrama yang berbeda” jawab Jean tanpa ragu.

“Tunggu sebentar disini”, pinta perawat itu kepada Jean, perawat itu pergi keluar dari ruangan dengan wajah yang sedikit panik.

Jean yang agak bingung, mematung di ruang pemeriksaan. Sementara pengurus panti membantu wanita tadi untuk tidur di kasur.

Jean melihat ke arah meja perawat, dia melihat berkas persiapan untuk hari pemeriksaan bulanan.

Jean yang tertarik melihat data itu, tanpa sadar memegang dan memperhatikan berkas-berkas itu. Jean membuka dan membolak-balikkan beberapa kertas yang ada di meja itu.

Dalam data itu terlihat ada total 323 penghuni panti dalam daftar. Ada juga data 50 pengurus panti.

“Apa yang sedang kamu lihat?”, suara yang bertanya itu membuat Jean terperanjat, ternyata itu adalah seorang dokter.

“Ah tidak, saya hanya asal baca saja”. Jawab Jean.

“Kemari, berbaring disini biar ku lihat keadaanmu”. Dokter meminta Jean berbaring di karus pemeriksaan, di samping wanita yang sakit tadi sedang berbaring.

“Tapi saya tidak sakit, saya hanya mengantar kakak itu kesini”. Jawab Jean yang tak menyangka atas ucapan dokter itu.

“Tapi kamu juga terlihat sedang sakit, kamu sangat pucat dan berkeringat banyak”. Ucapan dokter itu membuat Jean melirik ke pantulan dirinya, dari cermin yang ada di pintu lemari di ruangan tersebut.

Jantung Jean mendadak berdegup, keringat di punggung dan dahinya terasa bergulir, mengalir sesekali. Dia ternganga mendapati wajahnya yang pucat pasi. Perlahan penglihatannya kabur, dia melihat pengurus yang berdiri di samping wanita yang Jean antar, berlari menghampirinya dengan wajah cemas. Namun belum sampai pengurus itu menghampiri Jean, Jean kini hanya melihat sebuah ruang hampa yang gelap.

“HAHHH!!”, Jean membuka matanya dengan senggalan nafas yang tak karuan.

“Kamu siuman?, minum lah air dulu”. Ucap Clara yang ada di samping Jean. clara menyodorkan gelas berisi air ke mulut Jean.

Jean melihat wajah Clara yang terlihat sangat khawatir. Kemudian menerima gelas itu dan meminumnya setelah memastikan kalau orang yang ada di sampingnya itu adalah Clara.

Tapi kenapa?, kenapa aku harus memastikan siapa yang ada di sampingku?. Sejak kapan aku sakit?. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kepala Jean membuatnya termenung cukup lama.

“Kau kenapa?, harusnya kalau tahu tak enak badan, diam saja dikamar. Kamu malah berkeliling jalan-jalan”. Omel Clara sembari menyimpan kembali gelas bekas minum Jean ke meja yang ada di dekat pintu asrama.

Ah iya, tadi aku sedang  jalan-jalan di taman, setelah meninggalkan Clara yang sedang mengerjakan tugas. Pikir Jean yang kembali mendapatkan potongan ingatannya.

“Tapi tadi sore aku baik-baik saja, aku tidak sedang sakit”, Ucap Jean melihat ke arah Clara, membuat Clara terdiam sejenak.

“Lalu kamu kenapa?, dua orang pengurus menggotong kesini. Dan kamu dalam keadaan tak sadar, wajahmu juga pucat pasi. Aku sampai kaget, kau tahu!”, Tanya Clara.

“Aku tadi sore berjalan-jalan di sekitar gedung asrama sebelah, laluu.. lalu apa ya”, ucap Jean setengah bergumam.

Clara yang heran mengerutkan dahinya.

“Oh iya!!”, teriak Jean mengagetkan teman sekamarnya itu.

“Ya tuhan, aku melihat hantu!”, Jawab Jean kaget dengan ingatannya.

“Ha, hantu?, jangan bercanda kamu!”, tanggap Clara.

“Aku tak bercanda, aku berjalan-jalan di koridor gedung asrama sebelah, kemudian aku melihat seorang wanita dengan wajah yang pucat, wajah tirus, tubuh yang hanya dibalut kulit. Wanita itu memakai seragam panti”, jelas Jean membuat Clara yang tadinya berdiri, duduk di kasurnya.

“Jangan menakut-nakuti!”, keluh Clara yang memang penakut itu.

“Aku tak berbohong, aku mengingatnya. Saat memasuki koridor suasana koridor berubah menjari runyam seperti berawan. aku tak begitu ingat apa yang terjadi di sana, yang jelas saat melihat hantu wanita itu, ingatanku kabur. Sepertinya aku langsung pingsan di sana” jelas Jean.

“Tapi apa ini?”, sambung Jean ragu.

“Kenapa?”, tanya Clara yang masih merinding mendengar cerita Jean.

“Rasanya kejadian tadi pernah terjadi sebelumya, apa hanya dejavu?”. Ucap Jean menyimpulkan.

“Tau ah, kalau kamu sudah baikan aku mau tidur, ini sudah malam!” ucap Clara sambil menyelimuti dirinya setelah terlebih dahulu berbaring di tempat tidurnya.

Jean termenung sambil terlentang di kasurnya. Beberapa menit kemudian Jean pergi ke kamar mandi dalam diam dan kemudian kembali ke tempat tidur. Jean berbaring menyelimuti dirinya dengan selimut. Lima menit berlalu, Jean mencoba untuk tertidur ditengah kesunyian malam itu.

“Clara!, Clara!, bangun Clara!”, teriak Jean yang tiba-tiba terbangun, dan mengguncang tubuh Clara yang sudah pulas tertidur.

“Apa?, ada apa Jeeaann!?”, Jawab Clara yang sedikit kesal karena tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

“Clara, ayo pergi dari sini bersamaku, ayo kita kabur dari panti ini sebelum terlambat!”, bisik jean dengan wajah panik dan pasi.

“Kenapa?, kamu tipe remaja yang suka kabur?. Jangan ajak aku, dan biarkan aku tidur!”, ucap Clara sambil kembali tidur memunggungi Jean.

“Clara..”, “Jean berhenti, jangan becanda dan cepat tidur, wajahmu masih pucat karena kau pingsan tadi sore. Jangan membuat keributan malam-malam”, ceramah Clara memotong ucapan Jean yang belum sempat terucap.

Jean kembali duduk di kasurnya sambil mengatur nafas. Sesekali Jean mengelap keringat di dahinya sembari menggosok-gosok dadanya, memeriksa debaran jantung yang tak kunjung tenang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!