Jean menapakkan kakinya ke aspal jalan kawasan sekolahnya, tepat di depan gerbang sekolah. Enver yang memang tak berniat untuk sekolah terdiam memperhatikan Jean yang keluar dari mobil, sebelum kemudian mobil itu pergi meninggalkan Jean.
“Kamu Jean?”, tanya Angel yang sudah mematung di hadapan Jean.
“A.. ah iya, halo”, Jean menyodorkan tangannya hendak bersalaman dengan Angel.
“Ya, halo salam kenal”, jawab Angel yang anehnya sempat terdiam beberapa saat sebelum membalas jabatan tangan Jean.
Jean dan Angel berjalan beriringan bersama, namun hening tanpa obrolan. Jean yang terhanyut dalam kecanggungan dengan Angel, tak menyadari kalau dirinya menjadi pusat perhatian, karena sejak awal dia keluar dari mobil Enver, dan berjalan dengan anak baru yang sangat mencolok.
Jean yang sudah dekat dengan pintu kelasnya sedikit berlari, tanpa bisa mengontrol bibirnya yang terangkat menahan senyum.
Jean melihat Rani dan Clara yang terlihat sedang membaca buku di meja yang sama, yaitu meja paling depan milik Rani.
“Rani Clara!!”, Jean berteriak dengan penuh semangat sambil berlari menghampiri teman-temannya tanpa menyimpan dulu tas yang dia bawa kemejanya.
“Jean?!”, Rani yang kaget bercampur senang terlihat berdiri menengok ke belakang, kompak dengan Clara.
“Clara kamu baik-baik saja?”, tanya Jean sembari menepuk lengan Clara.
“Tentu saja, kau lihat?”, Jawab Clara sambil melenggok-lenggokan tubuhnya.
“Siapa?”, Tanya Rani saat melihat Angel yang berdiri di belakang Jean.
“Oh, ini murid pindahan baru., sepupunya Enver”. Jelas Jean memperkenalkan Angel.
Rani dan Clara tersenyum canggung ke Angel, bahkan orang yang mudah bersosialisasi pun sepertinya akan canggung jika harus berhadapan dengan aura Angel. Hingga Jean berpikir bahwa memang sepertinya keluarga besar Enver memiliki aura yang mirip. Namun walau begitu, Jean belum pernah bertemu dengan keluarga inti Enver, Jean hanya berpikir bahwa mungkin keluarganya memang menetap di tempat lain.
“Loh, Jean?”, ucap Beny yang baru masuk ke dalam kelas.
“Para guru bilang kamu tidak akan datang ke sekolah lagi?”, tanya Beny sembari berjalan ke arah perkumpulan empat wanita itu.
“Kok baru datang, kenapa gak barengan dengan Clara?”. Tanya Jean yang menghiraukan pertanyaan Beny.
“Kita kan gak tinggal di tempat yang sama, kamu gak tahu? , orang tua angkat kami kan berbeda”, Jelas Beny yang terlihat sumringah.
“Orang tua angkat?”, tanya Jean yang terlihat tak tahu apa-apa, Jean menyangka kalau Clara dan Beny akan berada di semacam asrama.
“Nanti kita ngobrol lagi!”, ucap Rani mendadak mengusir teman-teman yang mengerubungi mejanya, karena seorang guru masuk ke kelasnya.
Jean duduk di kursi tambahan paling belakang bersama Angel, sedangkan di bangku miliknya sebelumnya, ternyata Lisa berpasangan dengan Beny, dan Clara berpasangan dengan Rani, karena teman sebangku Rani sebelumnya pindah ke kelas lain.
“Minggu depan kita akan mengadakan Ujian akhir sebelum kenaikan kelas, mohon di siapkan dengan sungguh-sungguh”, Jelas seorang guru sebelum keluar dari kelas karena bel istirahat sudah berbunyi.
Ucapan yang didengar Jean untuk kedua kalinya hari itu, membuatnya syok karena banyak pelajaran yang tertinggal. Dia baru ingat kalau dia memang sudah dekat dengan ujian akhir.
Jean duduk di ruang kantin dengan tatapan kosong karena memikirkan nilainya, dia kini duduk dengan teman-temannya di tempat duduk dengan meja yang bisa menampung 6 orang.
“Loh, Jean?”, Lisa yang berteriak senang dari prasmanan kantin, terlihat terburu-buru mengambil makanannya dan sedikit berlari menghampiri meja teman-temannya.
“Kamu sekolah lagi?”, tanya Lisa yang duduk di Jajaran Rani dan Clara. Lisa yang melihat Angel yang anteng sendiri dengan gadgetnya sembari makan, hanya tersenyum kecil untuk menyapanya, begitupun dengan Angel.
“ Kau tahu?, Beny temanmu dari panti?, dia jadi adik angkatnya kak Bram, hahahah”, Lisa tertawa ditengah ceritanya dengan semangat.
“Hah?”, Jean yang teringat percakapannya dengan Beny sebelumnya yang belum selesai.
“Dan yang paling aneh adalah Clara yang menjadi adik Rani, hahahha”, Lisa yang tertawa terbahak-bahak. Sementara Jean menatap Rani dan Clara meminta kepastian.
“Yah begitulah, ibuku tiba-tiba mengatakan kalau akan mengangkat seorang anak angkat, dan saat anak angkat itu datang ke rumah, aku sangat kaget karena ternyata itu adalah Clara”, Jelas Rani dengan mulut yang penuh dengan makanan.
“Aku tak kalah kagetnya, karena ternyata kakak yang di maksud ibu angkat ku ternyata adalah Rani”, jelas Clara.
“Dan ayah dan ibu Rani pun kaget karena ternyata Rani dan Clara sudah saling tau sebelumnya”, cerita Lisa yang terlihat paling semangat dari semua orang.
“Tapi bukankah kamu yang paling lucu?, disaat semua orang keluar dari panti karena di jemput orang tua angkat, kamu malah di jemput tunanganmu?, para pengurus sangat sedih karena kamu tidak mengabari mereka mengenai pertunanganmu sebelumnya. Tau-tau tunanganmu datang untuk mengurus administrasi saat kau tak pulang ke panti selama dua hari. Kukira kamu kabur atau semacamnya, sampai aku, Lisa dan Rani mencari kamu kemana-mana”, penjelasan panjang Lebar Clara yang di bumbui anggukan Lisa dan Rani.
“Ha.. hah?, apa?”, Jean yang merasa bingung dengan alur cerita Clara.
“Hah apa?, Kamu masih mau menyembunyikan tunanganmu itu?, aku jelas tahu dari kak Bram, saat aku, Lisa dan Clara mencari mu di sekeliling daerah sekolah saat itu”, cerita Rani sembari agak mengejek.
“Kau tau, saat Clara datang di hari pertama kamu tak pulang?, wajahnya benar-benar khawatir. Dan di hari kedua ekspresinya seperti kamu mungkin di culik Alien atau semacamnya”, Lisa menyambung cerita Rani.
“Hei, wajah kalian berdua juga sama paniknya!. Untung di hari kedua saat kami memutuskan mencari mu, kami berpapasan dengan kak Bram di Jalanan”, Jelas Clara yang terlihat sudah akrab dengan Lisa dan Clara.
“Apa, Tapi aku kan tidur di rumahmu Lisa, selama dua hari itu”. Jelas Jean yang semakin bingung mendengar obrolan teman-temannya.
“Di Rumahku yang mana?, kamu tidur di kolong kasurku sambil menyelinap?”, tanya Lisa yang bercanda, dan memang sepertinya menganggap ucapan Jean sebelumnya hanyalah candaan.
“Ta..”, Jean yang hendak membuka mulutnya itu tersentak, karena sikut runcing milik Angel menusuk tulang rusuk kirinya.
Jean melihat ke arah Angel yang melihat kearah Jean, dengan tatapan yang seolah menyuruh Jean untuk tutup mulut.
Jean ternganga, sebelum kemudian terdiam sambil mengerutkan alisnya.
Beberapa saat Jean bahkan bingung dengan ingatannya sendiri, ingatan mana yang benar?, apakah ingatanku?, tau ingatan teman-teman?, dibanding dengan ingatannya sendiri, ingatan teman-temannya bukankah lebih bisa di percaya?, karena ingatan itu tertanam di kepala lebih dari satu orang.
Tapi saat Jean mengingat sikutan Angel, Jean kembali menyadari kebenarannya, dia bertanya-tanya apakah para vampire bisa mengubah ingatan orang lain?. Jean bahkan mulai menanyakan, apakah semua hal yang dia ingat adalah kebenaran?, mengingat dia berurusan dengan seorang vampire.
Jean bertekad untuk menanyakan semua itu kepada Enver sepulang sekolah, tapi bahkan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, sampai di titik Jean bahkan terkadang lupa pada pertanyaan itu. Jean benar-benar tak sempat berbicara dengan Enver, Jean bahkan tak pernah melihat wajah Enver dari dekat kecuali saat kesadarannya sedang tak penuh.
Karena Enver meminum darah Jean di tengah malam, saat Jean terlelap tidur, Jean menyadarinya karena beberapa kali terbangun dang menyadari Enver sedang menghisap darahnya, namun matanya sulit terbuka karena kantuk yang teramat sangat.
Angel yang sering menemani Jean kemanapun, baik di sekolah maupun saat jalan-jalan dengan teman-teman Jean, tak pernah menjawab pertanyaan Jean satu kali pun. Angel hanya terus berjalan di belakang Jean, atau duduk di samping Jean, tanpa berbicara, dan bahkan tanpa menjadi akrab dengan teman-temannya.
Itu sangat aneh, keberadaan Angel yang aneh itupun, seperti bukan hal aneh, terkadang teman-teman Jean bahkan tak menyadari kalau Angel ada di sekeliling mereka.
Setiap memikirkan semua itu Jean selalu merinding. Rasa akrabnya dengan Enver pun terkadang berganti dengan perasaan asing. Hingga pada titik tertentu Jean merasa mengawang. Dia bingung, apakah semua kegiatannya selama ini nyata atau hanya sebuah mimpi?.
Hingga 3 bulan setelah kelulusannya dari sekolah, Siska meminta Jean untuk bersiap-siap di pagi hari , karena katanya Enver akan mengajaknya ke suatu tempat. Jean merasa berdebar, karena hari itu adalah pertama kalinya lagi, Enver mengajak Jean bertatap muka saat Jean sadar, setelah terakhir kali, saat mengantar Jean pergi ke sekolah, tepatnya 2,5 tahun lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments