Hari sudah sepenuhnya gelap. Maribel merasa begitu sepi menginap seorang diri di vila besar itu. Sesekali terdengar suara binatang malam dari luar, seperti nyanyian para jangkrik dan lolongan anjing liar yang meretas sunyi nya malam. Lengkingan kerasnya terkadang hadir dengan sedikit rasa horor.
Biar begitu Maribel tidak takut.
Semenjak dia bertekad berhenti menjadi boneka polos bibinya, sejak itu dia telah bertekad untuk tidak menjadi pecundang. Jadi ketakutan seperti tehadap hantu, dia hanya akan menyapunya langsung dari pikirannya jauh-jauh.
Maribel telah memesan sekotak pizza yang barangkali akan terlambat sampai. Mengingat jarak dari kota ke vila nya yang lumayan membutuhkan banyak waktu.
Selama menunggu, dia duduk selonjoran di atas sofa panjang sambil memainkan ponselnya. Dia tidak pernah menyentuh game sebelumnya. Tapi akhir-akhir ini dia melakukannya untuk me-nyantai kan pikirannya yang tegang.
Hingga sekitar tiga puluh menit kemudian. Dia mendengar bel vila nya berbunyi.
Maribel menstop permainan dan mengerutkan alisnya, "Kenapa cepat sekali?"
Padahal seingatnya dia baru saja memesan sekitar sepuluh menit yang lalu. Jika diperkirakan, pesanannya paling cepat datang sejam kemudian. Tapi ini...
Bel vila nya kembali dibunyikan. Kali ini berbunyi berkali-kali, sepertinya seseorang yang menekannya tampak tak sabar.
Meletakkan ponselnya di atas meja, tidak tau kenapa perasaannya buruk soal itu. Dia bangun dari sofa dan memilih untuk memeriksanya.
Menyingkap tirai jendela sekecil mungkin, dia diam-diam mengintip.
Terlihat di luar sana sebuah motor dibelakangnya memiliki kotak khusus—sekilas kondisi motor tersebut menunjukkan untuk mengantarkan makanan pesanan. Di sisi lain ada seorang pria dengan helm dengan jaket kulit bewarna coklat. Tampak masih terus menekan bel.
Maribel langsung menutup tirai jendela dan detak jantungnya berdetak kencang.
Diluar sana barangkali memang kurir pengantar makanan. Tapi jelas itu bukan pesanannya. Dia ingat restoran pizza yang dipesannya itu sudah memiliki nama besar dan memiliki kurir pengantar khusus. Sedang yang dilihatnya tadi..
"Tidak mungkin kurir yang salah alamat kan?"
Mengingat letak vila nya yang tersendiri dan jauh dari pemukiman warga.
"Aku harus segera pergi"
Bukan tidak mungkin itu adalah skema jahat yang dilakukan bibi atau pamannya.
Seperti itu Maribel berlari ke ruang tengah, mengambil ponsel yang ada di atas meja dan berlari keluar dari vila melalui pintu belakang.
Diam-diam dia pun keluar dari pintu kecil yang ada halaman belakang vila dan berjalan masuk kedalam hutan. Menyalakan lampu flash di ponselnya, dia pun berlari sekeras mungkin untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.
Detak jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin telah melapisi pelipis dan punggungnya. Kakinya jenjangnya tidak pernah berhenti. Itu terus berlari secepat yang dia bisa.
Deru nafasnya bersama derap langkah cepatnya tampak memecah keheningan malam yang sunyi. Dia berlari dan berlari, hingga berhasil keluar dari hutan dan menginjak jalan.
Sebentar dia membungkuk dan bernafas terengah-engah melepas lelah. Kemudian dia kembali berlari dan berlari sekeras yang dia bisa untuk menemukan pertolongan.
......................
Aldrich baru saja selesai mandi. Rambutnya basah dan penampilannya yang terbungkus dalam jubah mandi abu-abu longgar itu terlihat menyegarkan. Karena tak membawa sepotong pakaian pun dari Merland, dia mau tak mau mengenakan jubah tidur ayahnya yang masih tersimpan rapi dalam ruang ganti.
Dia mengambil satu yang bewarna hitam dengan sulaman emas di pinggiran. Selesai mengenakan jubah tersebut, dia berdiri didepan cermin memandangi betapa rupawan nya dia dalam jubah tersebut sambil mengikatnya longgar. Itu membuat atasannya sedikit terbuka, memperlihatkan jejak dadanya yang kotak-kotak menawan.
Kemudian dia pergi meninggalkan kamarnya dan mengambil beberapa botol anggur darah kelinci di gudang penyimpanan.
Kembali ke kamarnya, dia telah menata botol dan gelas di atas meja dengan cantik.
Dia pergi menyingkap tirai dan membuka jendela. Sengaja membuat angin malam masuk dan membiarkan cahaya rembulan datang setengah mengintip.
Membuka ponselnya, dia secara khusus menyalakan sebuah instrumen musik yang membangkitkan semangat dan meletakkannya di atas meja rias.
"Baik, tinggal sentuhan terakhir"
Dia mematikan lampu kristal dan menyalakan lampu kuning yang bergantung di setiap sudut ruang. Dalam kamar yang dipenuhi cahaya keemasan itupun, dia langsung melompat ke tengah dan berteriak lantang, "Yuhuuu"
"Saatnya berpesta"
Dentuman musik yang keras terus mengiringi tiap gerakan kakinya yang begitu lihai menari-nari dan melompat ria di atas karpet merah.
Dia berlari ke sisi meja. Membuka tutup botol dan menuangkan anggur darah itu kedalam gelas. Dia mengambil gelas tersebut, menyesapnya dan kembali melompat ria.
"Huuu.."
Aldrich begitu menikmati pesta kecilnya malam itu.
Di sisi lain, Maribel sudah naik ke salah satu mobil pickup pengangkut barang yang kebetulan lewat di jalan. Dia baru saja meminta tolong untuk menumpang ke kota dengan mobil tersebut.
Sepanjang jalan, dia menghela nafas lega.
Tapi tidak tau kenapa, supir tersebut menghentikan mobilnya di suatu tempat yang gelap dan sepi.
"Maaf pak, kenapa kita berhenti di sini ya?" Maribel menoleh ke samping hanya untuk melihat tatapan supir tersebut yang menatap penuh hasrat kearahnya.
"Nona cantik, bagaimana jika kita bermain di sini sebentar?"
Deg!
Berusaha tenang, dia menjawab, "Maksud bapak apa ya?"
Pria itu langsung mencubit gemas pipi Maribel, "Seperti ini, apa kau masih tidak tau apa maksud saya hum?"
Maribel tertegun.
"Oh!" Tapi segera dia memperbaiki ekspresi wajahnya, "Tapi apa tidak masalah kita melakukan sesuatu seperti itu di tempat ini?"
Pria itu terkekeh, "Kenapa tidak? Hanya ada kita berdua di sini"
Maribel memainkan perannya. Dia menyentuh dagu supir tersebut dan berkata dengan berani, "Kalau begitu, bagaimana dengan kita turun dan menikmati kesenangan di alam liar?"
"Hehe.. cantik. Kau ini ternyata nakal juga ya" Pria itu sekali lagi mencubit gemas pipi Maribel.
Rahang Maribel mengencang, seusaha mungkin dia tetap tersenyum.
Mereka pun turun dari mobil. Saat pria itu mulai mendekat kearahnya, Maribel langsung memanfaatkan keadaan lengahnya dengan menendang keras ke perutnya.
Pria itu tersungkur di tanah dan menggeram marah pada Maribel.
"Gadis sial*n! Beraninya kau mempermainkan ku huh!"
Dia bangun langsung meraih tangan Maribel, bersiap untuk memberinya pelajaran. Tapi Maribel lebih dulu menghindar dan dengan beberapa kemampuan bela diri yang dimilikinya sebagai sabuk biru, dengan sigap dia meraih lengan pria itu dan memelintirnya ke belakang.
Pria itu pun berteriak.
Maribel tidak ingin gegabah. Dia langsung menendang keras perut pria itu sekali lagi dan memanfaatkan situasi tersebut untuk melarikan diri.
Selama dia berlari keras, dia hampir menangis deras mengingat nasib malangnya yang telah mendatanginya secara beruntun malam itu.
Dari gigitan ular, kurir palsu dan sekarang dia hampir celaka oleh supir mes*m.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sergiy Karasyuk Lucy S.K.L.
Nostalgia paman Sean and Dr Parker 😎...klo mommy Aldrich jdi vampire gk ya Thor ? pnisirin ✌
2023-03-27
2